Foto Ilustrasi |
Penguasa
yang satu ini adalah penguasa yang sangat romantis, setidaknya dia menciptakan
lagu-lagu semasa dia menjabat, selain pintar bernyanyi dan mencipta lirik,
beliau juga pintar membuat puisi. Romantis sekali bukan?
Tapi
tahukah anda, beliau ini mungkin punya kecenderungan gagal move on (bahasa gaul
sekarang). Apakah karena romantis? Atau memang terkena post power syndrome yang sudah akut?
Coba
teman-teman perhatikan, gaya, cara dan penampilannya, lalu bandingkan dengan
mantan-mantan pengauasa lainnya. Berpidato di rumah, bak serasa di Istana
Negara, atau seperti lagi tampil pidato sebagai presiden.
Menurut
saya ini tak hanya soal tampilan, pasti juga pemikiran yang masih melekat
romantika kekuasaan. Ingin hidup selalu dalam masa kekuasaannya.
Ahhh...
itu hanya kulit saja pikirku, yang terutama adalah beliau sekarang lagi
melancarkan aksinya supaya tidak bisa disentuh hukum. Menghalalkan segala cara
adalah cerminannya sejak sebelum sebagai presiden. Hanya saja beberapa dari
kita baru sadar hari ini.
Kasus
Munir, Hambalang, Mega skandal BLBI/Bank Century, KPK (Buaya dan Cicak) dan
beberapa proyek yang mangkrak hingga kini. Itu semua adalah hal yang harus di amankan.
Beberapa
kasus di atas cenderung terjadi sebelum pemilu dan sarat akan kepentingan
kekuasaan di depan, tentunya ketahuan setelah lewat pemilu dan sampai hari ini belum
juga bisa terselesaikan.
Fenomena
411 adalah fenomena politik untuk pemilu 2019. Menciptakan opini tak percaya
pada pemerintahan sekarang adalah salah satu strateginya, menunggangi isu agama
adalah alat untuk negosiasi kepentingan politik dan membuat energi Jokowi habis
terkuras untuk mengurusi ini dan itu yang seharusnya digunakannya untuk bekerja
melayani rakyat. Mereka berhasil melakukannya, paling tidak, mereka menang 1
poin. Banyak yang kesurupan yang tiba-tiba hilang kendali dan kesadaran
kebangsaannya.
Sebagai
masyarakat, kita harus sadar dengan semuanya yang terjadi, bahwa yang kita
lihat hanyalah sebuah euforia, makna yang sebenarnya terjadi dibalik semua yang
kelihatan itu.
Katakan
sajalah seperti nyanyian dan puisi, dibuat tidak di tempat dimana dibacakan,
bunyi dan lirik tak melulu sesuai dengan makna.
EmoticonEmoticon