Tuesday, December 27, 2016

Rebutan Ketua BODT (Eps 3)

Tags


Siporsuk Na Mamora - Ada mainan baru di Tanah Batak, begitu pikir mereka para tengkulak dan pemodal/kapitalis, bukan mereka yang bergembira, tetapi para kaki tangannya di Tanah Batak.

Sepertinya jika ada orang bilang bahwa ada yang benar-benar tulus, itu hal mustahil bagiku. Kenapa begitu, karena kulihat dari tingkah mereka-mereka yang berebut itu, jejak langkah dan afiliasinya kemana. Aku takkan sebut nama disini ya, nanti kenak adukan lagi, cukuplah saya menghadapi satu aduan. HeHeHeHe

Ada hal yang sangat penting kita kupas tentang revitalisasi pariwisata kawasan Dananu Toba melalui BODT yang dibentuk pemerintahan Jokowi.

Pertama bahwa BODT akan menjadi karpet merah bagi para kapitalis asing untuk menanamkan modal di Tanah Batak, kenapa demikian? Karena badan ini adalah badan khusus yang mewakili pemerintahan berhubungan langsung dengan lembaga dan pengusaha-pengusaha luar. Khusus soal penanaman modal, sudah pastilah mereka akan disambut baik, bahkan tidak akan ada susahnya mereka masuk, baik dari Singapura, Cina, AS maupun lembaga-lembaga keuangan internasional dan lain-lain. Jika mereka butuh tanah, maka siap-siaplah tanah nenek moyangmu akan dikapling-kapling, mau membuat sertifikat? Apa iya kita bisa berlomba cepat dapat sertifikat ketimbang mereka yang memiliki uang tak terbatas? Aku ragu saudaraku.

Seperti kita pahami, bahwa tanah di Tanah Batak adalah tanah ulayat, tanah adat dan hutan adat, tidak ada sertifikat karena semua adalah pemilik, tidak akan ada kesepakatan kalau-kalau tanah itu harus diatas namakan satu orang dari keturunan Oppung ini dan Oppung itu, artinya milik bersama.

Selanjutnya, bahwa Perda yang mengatur soal tanah adat belum ada hingga hari ini diterbitkan oleh pemerintah daerah dalam rangka menyambut keputusan MK tentang Perlindungan Masyarakat Adat, jadi mustahil anda bisa memiliki sertifikat tanah bersama di Tanah Batak, untuk memiliki sertifikat tanah, anda harus memberi kuasa ke satu nama saja, iya kalau semua sepakat, kalau berebut gimana? baco-bacokan dan pecahlah satu rumpun, jika sudah begitu maka mudah sekali mereka menguasai kita kan?

Ke 2 tentang anggaran BODT yang sangat fantastis, yaitu hampir 2 kali R-APBD Provinsi Sumatera Utara 2017, yaitu 21 Trilliun rupiah pertahun. Jadi ketua BODT membuat anda menguasai dan mengelola anggaran lebih besar dari seorang Gubernur Provinsi Sumatera Utara, tidak perlu ikut pilkada yang membuat pundi-pundi anda terkuras hingga ke level minus karena maraknya praktek politik uang. Anda hanya butuh melobi seorang saja dan yakin jika mendapat persetujuannya maka anda akan jadi Ketua BODT.

Tidak hanya sekedar anggaran yang fantastis, ada hal-hal lain yang menjadi otoritas BODT seperti yang sudah saya jabarkan diatas, itulah yang membuatnya jadi istimewa sekaligus jadi rebutan banyak oknum.

Kita reefres lagi ke belakang, sebelumnya BODT diharapkan supaya dipimpin oleh orang Batak yang mereka bilang sudah berpengalaman, mungkin bukan cuman saya yang mendengar nama-nama yang santer di publik dan di jagokan sebagai calon Ketua BODT, semua pada tunjuk tangan kalau ditanya soal kesiapan menjadi Ketua BODT. Takkan kau temukan orang yang bilang "biarlah yang muda disitu" sampai berdarahpun gigimu meyakinkan mereka takkan bisa itu.

Semua kesetanan, ada yang kesetanan pulang kampung untuk mengurus surat tanah, ada yang kesetanan masuk media agar terlihat kepada publik bahwa dia telah berbuat di Tanah Batak, ada yang sebelumnya tidak pernah ngopi-ngopi dan kumpul-kumpul jadi rajin, hanya saja berkumpulnya di Jakarta bersama para elit lain.

Akhirnya jonk, pemimpinnya dari yang tidak pernah mereka duga, bukan orang Batak pulak lagi, yah...

Merekapun kecewa berat sama pemerintah, dulu dengar-dengar katanya mereka kumpul dan membuat komitmen kalau Ketuanya akan di seleksi terbuka alias lelang seperti era Jokowi di DKI Jakarta, bebas memberi rekomendasi siapa saja dengan catatan telah berbuat di Tanah Batak serta track recordnya sudah jelas. Komitmen yang tidak dijalankan ini membuat mereka kecewa berat, karena seseorang telah menunjuk langsung dari staf khususnya untuk mengetuai BODT.

Untuk seseorang itu aku salut, luar biasa pintarnya, memang betul dia ahli strategi ya... Kirim salam ya pak...

Bukan apa-apa, nanti kita malah goltok-goltokan lagi, apalagi masuk lagi Nepotisme yang sangat tinggi dikalangan orang kita, jadi paslah itu, untuk menghindari konflik dibawah.

Oh iya, jangan lupa kalau saya bukan pada posisi setuju atau tidak ya... Jangan ada anggapan kalau saya bagian orang yang sakit hati sama mereka, bukan itu... Sayapun kalau ditanya, mau jadi Ketua BODT atau tidak, ya saya jawab mau dong...

Jangan terlalu tegang kawan, bukankah menjadi bagian dari BODT akan membuat waktu kita lebih banyak minum kopi lintong dan menyaksikan keindahan di Danau Toba? Itu saja untungnya, selebihnya kerja untuk Tanah Batak!

Tapi apa iya bisa kerja maksimal tanpa mengenal karakteristik dan budaya orang Batak? Tak selamanya pendekatan struktural itu efektif kan? Walah... Itu soal lain, lupakan saja. 

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon