Monday, December 19, 2016

Tarida Kolorna


Siporsuk Na Mamora - Kufikir manusia hari ini sudah semakin gilak saja, negarapun sudah sinting, coba kawan-kawan fikir, bagaimana mungkin negara hukum dan majemuk bisa menggantungkan sebagian nasibnya ke organisasi masyarakat, bahkan kelihatan seperti disetarakan, atau bagainama mungkin Negara membenarkan asumsi dari satu organisasi masyarakat yang kental dengan kepentingan satu kelompok saja?

Ada-ada saja memang Negara ini, mengurusi agama sepertinya prioritas, seoralah-olah negara juga pengen masuk surga. Gawat sudah e... harusnya tugas negara itu melindungi hak-hak rakyat tanpa peduli kuantitasnya kecil atau besar.

Pernah bertanya seorang Kristen begini "bung, kira-kira, kalau Alkitab dibakar dihadapanmu, gambar Yesus juga dibakar dan Salib ataupun simbol-simbol yang lain, apa yang kamu lakukan terhadap orang itu?" lalu jawabnya "emosilah bung, kutikami saja orang itu".

Beginilah karakter salah satu orang yang fanatik tapi tak mengerti ajaran Yesus, bukan soal tidak bisa membunuh atau soal megasihi, bukan disitu maksud saya kawan.

Ada suatu pola pikir yang salah pada orang tersebut, yaitu fanatisme tanpa pengetahuan. Mungkin orang yang tidak berpengetahuan juga akan menganggap orang seperti inilah yang paling beriman dan menganggap bahwa dirinya laskar Kristus, busettt... bisa kacau nanti di surga kalau memang orang seperti ini yang di inginkan Tuhan. Saya bilang ini adalah kesesatan berfikir.

Pertanyaannya, apakah simbol bisa menyelamatkanmu? Apakah simbol itu begitu penting untuk menjelaskan keimananmu? Apakah Yesus bawa Alkitab atau simbol-simbol dalam pengajarannya? Jawabannya semua tidak, yang ada manusialah yang pintar-pintaran membuat simbol-simbol itu, bahkan ada yang memanfaatkannya dulu sebagai modus mengumbul harta, dijualnya sebagai tiket masuk surga (*indlugensia, dll).

Begini kawan, mari kita berfikir tentang arti penyembahan berhala, apa bedanya kita dengan penyembah berhala ketika kita mengkultuskan sebuah simbol-simbol itu?

Yang paling parahnya lagi adalah, adanya lembaga yang katanya sangat mewakili agama tertentu mengeluarkan "instruksi" tentang pelarangan pemakaian simbol-simbol yang dianggap terlarang dan kalau memakainya mungkin menurut mereka akan berdosa lalu masuk neraka. Itu aneh, ada pulak yang marah gara-gara itu, difikirnya dia sedang menjadi laskar Kristus. Kalau soal ini, saya samapaikan stop kau marah-marah, apalagi melawan ayat dengan ayat, takkan pernah ketemu kawan!

Persoalannya adalah, kita harus memahami konsep Kekristenan, bukan simbol-simbol, dan berhentilah baper, atau berhentilah dari perasaan didiskriminasi terus, itu tidak ada, hanya ada didalam fikiranmu saja, ketika itu terjadi, maka benarlah jiwamu akan terpenjara.

Simbol yang kita kenal telah mewakili identitas keimanan kita hanyalah konsep yang di ciptakan manusia, dan aku yakin itu tidak mewakili Tuhan dan bukan juga keinginan Tuhan. Itulah kenapa kita tidak perlu marah, pasalnya tidak ada catatan dalam sejarah bahwa Tuhan pernah ngopi-ngopi bersama dengan manusia untuk membahas logo dan simbol-simbol yang bisa mewakilinya.

Lahirnya simbol itu dari histori dimana dan kapan kejadian-kejadian yang tercatat dalam Alkitab, juga sangat erat hubungannya dengan budaya yang berlaku pada masa kejadian itu berlangsung.

Contohnya, seperti Yesus, lahir di Nazaret, waktu itu pakaian paling populer adalah baju daster, kolor juga mungkin hanya di lilit-lilitkan supaya bisa membungkus barang itu saja agar tidak liar dan tidak belepotan. Lalu di sunat karena di perintahkan oleh Raja Herodes.

Lalu apakah kita tidak akan selamat dengan tidak disunat? Atau kita harus disunat, pake kolor lilit dan pake daster biar kita “kelihatan” sama seperti Yesus dan “kelihatan” beriman? Itu konsep berfikir yang sesat kawan.

Kemudian soal salib, yang dulu sebagai simbol dari segala bentuk "kejahatan luar biasa", kemudian setelah kematian Yesus di kayu salib secara serta merta juga merubah maknanya sebagai simbol "pengharapan". Pertanyaannya apakah seorang bisa selamat karena salib? Tidak!

Jadi jangan berlaku sebagai hamba yang sesat, tidak perlu simbol-simbol, yang terpenting adalah firman itu sendiri, Dia tidak berbentuk apapun dan tidak kelihatan, Dia adalah keselamatan sesungguhnya, itulah makanya Yesus disebut firman yang telah menjadi manusia, firmanlah yang hidup didalamnya, terpancar dalam setiap ajaran dan tindakannya. Itu dia, jadi bukan pakaiannya, salib dan yang lain-lain, kita hanya perlu menghidupi firman itu dalam diri kita masing-masing.

Oya... ada beberapa ormas yang razia simbol, saya hanya mau bilang sama kawan-kawan, hati-hati dengan kolor kawan-kawan ya, jangan sampe kelihatan sama ormas itu, nanti anda bisa di swipingnya, soalnya Yesus kelihatan kolornya sewaktu disalibkan, jadi jangan sampai mereka berfikir itu adalah simbol agama tertentu. Atau memajang foto ilustrasi gambar Yesus disalib besar-besar di dinding rumah, nanti dibilang pornografi.

Saya ingatkan lagi hati-hati dengan kolor, janga sampai tarida (kelihatan) sama "mereka" nanti bisa di rame-ramekan kau, oke...? Tapi jangan pulak jadi gak pake kolor ya... Aromanya nanti bisa mengganggu konsentrasi saat minum kopi, bukan apa-apa bosss... aroma kopinya bisa hilang karenanya.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon