Rekam Foto Asma Dewi |
Siporsuk
Na Mamora – Siang ini
kita perhatian kita kembali dibawa pada kelompok Saracen yang beberapa bulan
lalu telah di ungkap Kepolisian RI. Pemberitaannya pun meledak, mengambil
tempat-tempat berita headline hampir diseluruh media nasional dan juga lokal.
Presiden RI Joko Widodo telah
memerintahkan Kapolri Tito Karnavian untuk mengusut tuntas kasus Saracen sampai
ke akar-akarnya.
Saracen ini begitu menarik
perhatian karena keprofesionalannya memproduksi dan menyebarkan konten-konten
berbau SARA, ujaran kebencian dan HOAX, turut serta juga menyeret nama-nama
politikus dan tokoh-tokoh kenamaan -versi sebelah- yang suka nyinyir kepada
pemerintah dan bahkan ada beberapa dari mereka yang terlibat kasus makar.
Kita mengapresiasi kerja keras dan
gerak cepat kepolisian kita atas pengungkapan kasus ini. Jika terlambat, bukan
tidak mungkin kelompok ini akan menjadi monster penebar kebencian di negeri ini
dan menjadi alat strategis para kelompok radikal dan politikus yang haus akan kekuasaan.
Siang ini, seorang lagi bagian
penting dari mereka –grup Saracen– diciduk polisi karena terlibat dengan kasus
yang sama, yaitu menyebarkan ujaran kebencian. Seorang ibu rumah tangga bernama
Asma Dewi.
Asma Dewi adalah orang kedua
berjenis kelamin perempuan dan ibu rumah tangga yang diciduk polisi, setelah
sebelumnya menangkap Sri Rahayu Ningsih yang juga perannya tidak kalah penting
di grup Saracen.
Aktivitas Asma Dewi ini tidak jauh
berbeda dengan Sri Rahayu Ningsih. Makan bersama politikus, update status
berisi ujaran kebencian dan foto-foto bersama politikus-politikus kenamaan dari
partai yang sama, yaitu Gerindra.
Apakah ini kebetulan?
Kalau sekali saja, mungkin hanya
kebetulan. Namun ini sudah berkali-kali terjadi. Itu artinya perkara kedekatan
antara anggota kelompok Saracen dengan partai Gerindra tidak bisa tertepis
lagi.
Polri menyebutkan bahwa Asma Dewi
diduga pernah men-transfer uang sebesar 75 juta kepada kelompok Saracen. Uang
yang tidak sedikit jika dibandingkan dengan isi tabunyan saya. :D
Oya teman-teman, bertemu dan
berfoto bersama Ketua Umum DPP Gerindra itu bukan perkara mudah, ditambah lagi
foto bersama Anies dan Sandiaga. Silahkan lihat di foto yang ada di atas,
teliti dan simpulkan. Apakah mungkin itu hanya sebatas foto biasa? TIDAK! Foto
itu sangat dekat dan berada di tempat-tempat khusus yang bukan keramaian, pasti
ada sesuatu yang penting disana.
Mudah-mudahan Pak Prabowo, Anies
dan Sandiaga nanti tidak menyangkal keberadaan ibu Asma Dewi disamping mereka,
dengan mengatakan bahwa mereka tidak kenal dengan Asma Dewi seperti Pak Kivlan
Zein menyangkal dan mengaku tidak kenal dengan Sri Rahayu Ningsih di acara ILC
akhir bulan Agustus lalu namun foto-fotonya bersamaan ada di media sosial milik
Siti.
Cuci tangan adalah budaya politikus
kita. Dibelakang dimanfaatkan, di muka pura-pura tidak kenal. Kalau sudah
ketahuan, mengaku tidak kenal dan tidak pernah bertemu. Kasihan ibu rumah
tangga ini kalau akhirnya nanti diperlakukan seperti itu setelah mereka
mendapat manfaat kemengan politik di DKI Jakarta.
Patut diduga kuat grup Saracen
dimanfaatkan politikus terntentu dalam mendongkrak kemenangan Anies-Sandi,
apalagi dengan tertangkapnya ibu Asma Dewi yang adalah bagian penting dari grup
Saracen dan juga pernah menyetor uang sebesar 75 juta.
Uang sebesar 75 juta tidak mungkin
diberikan sia-sia, pasti ada deal politik atau orderan khusus. Apalagi kalau
bukan tentang konten isu SARA, ujaran kebencian dan berita HOAX yang massive
menyebar di media sosial yang menyudutkan pasangan tertentu selama pilkada DKI
Jakarta berlangsung.
Pertanyaan yang tidak kalah
penting, siapakah orang atau donatur yang memberi uang tersebut kepada Asma
Dewi yang kemudian dilanjutkan kepada bendahara grup Saracen?
Semoga lambat laun tapi pasti
melalui polri pertanyaan ini bisa terjawab.
Kemudian, kita harus tetap
mengingat kedekatan para anggota kelompok grup Saracen dengan
politikus-politikus yang sangat haus kekuasaan di atas, yang ingin menghalalkan
segala cara termasuk politik menebar kebencian, SARA, HOAX dan memelihara kaum
intoleran untuk merebut kekuasaan.
Salam sada roha dari Anak Medan. HORAS!
EmoticonEmoticon