Monday, September 11, 2017

Jejak Politik Dibalik Grup Saracen

Rekam Foto Asma Dewi

Siporsuk Na Mamora – Siang ini kita perhatian kita kembali dibawa pada kelompok Saracen yang beberapa bulan lalu telah di ungkap Kepolisian RI. Pemberitaannya pun meledak, mengambil tempat-tempat berita headline hampir diseluruh media nasional dan juga lokal.
Presiden RI Joko Widodo telah memerintahkan Kapolri Tito Karnavian untuk mengusut tuntas kasus Saracen sampai ke akar-akarnya.
Saracen ini begitu menarik perhatian karena keprofesionalannya memproduksi dan menyebarkan konten-konten berbau SARA, ujaran kebencian dan HOAX, turut serta juga menyeret nama-nama politikus dan tokoh-tokoh kenamaan -versi sebelah- yang suka nyinyir kepada pemerintah dan bahkan ada beberapa dari mereka yang terlibat kasus makar.
Kita mengapresiasi kerja keras dan gerak cepat kepolisian kita atas pengungkapan kasus ini. Jika terlambat, bukan tidak mungkin kelompok ini akan menjadi monster penebar kebencian di negeri ini dan menjadi alat strategis para kelompok radikal dan politikus yang haus akan kekuasaan.
Siang ini, seorang lagi bagian penting dari mereka –grup Saracen– diciduk polisi karena terlibat dengan kasus yang sama, yaitu menyebarkan ujaran kebencian. Seorang ibu rumah tangga bernama Asma Dewi.
Asma Dewi adalah orang kedua berjenis kelamin perempuan dan ibu rumah tangga yang diciduk polisi, setelah sebelumnya menangkap Sri Rahayu Ningsih yang juga perannya tidak kalah penting di grup Saracen.
Aktivitas Asma Dewi ini tidak jauh berbeda dengan Sri Rahayu Ningsih. Makan bersama politikus, update status berisi ujaran kebencian dan foto-foto bersama politikus-politikus kenamaan dari partai yang sama, yaitu Gerindra.
Apakah ini kebetulan?
Kalau sekali saja, mungkin hanya kebetulan. Namun ini sudah berkali-kali terjadi. Itu artinya perkara kedekatan antara anggota kelompok Saracen dengan partai Gerindra tidak bisa tertepis lagi.
Polri menyebutkan bahwa Asma Dewi diduga pernah men-transfer uang sebesar 75 juta kepada kelompok Saracen. Uang yang tidak sedikit jika dibandingkan dengan isi tabunyan saya. :D
Oya teman-teman, bertemu dan berfoto bersama Ketua Umum DPP Gerindra itu bukan perkara mudah, ditambah lagi foto bersama Anies dan Sandiaga. Silahkan lihat di foto yang ada di atas, teliti dan simpulkan. Apakah mungkin itu hanya sebatas foto biasa? TIDAK! Foto itu sangat dekat dan berada di tempat-tempat khusus yang bukan keramaian, pasti ada sesuatu yang penting disana.
Mudah-mudahan Pak Prabowo, Anies dan Sandiaga nanti tidak menyangkal keberadaan ibu Asma Dewi disamping mereka, dengan mengatakan bahwa mereka tidak kenal dengan Asma Dewi seperti Pak Kivlan Zein menyangkal dan mengaku tidak kenal dengan Sri Rahayu Ningsih di acara ILC akhir bulan Agustus lalu namun foto-fotonya bersamaan ada di media sosial milik Siti.
Cuci tangan adalah budaya politikus kita. Dibelakang dimanfaatkan, di muka pura-pura tidak kenal. Kalau sudah ketahuan, mengaku tidak kenal dan tidak pernah bertemu. Kasihan ibu rumah tangga ini kalau akhirnya nanti diperlakukan seperti itu setelah mereka mendapat manfaat kemengan politik di DKI Jakarta.
Patut diduga kuat grup Saracen dimanfaatkan politikus terntentu dalam mendongkrak kemenangan Anies-Sandi, apalagi dengan tertangkapnya ibu Asma Dewi yang adalah bagian penting dari grup Saracen dan juga pernah menyetor uang sebesar 75 juta.
Uang sebesar 75 juta tidak mungkin diberikan sia-sia, pasti ada deal politik atau orderan khusus. Apalagi kalau bukan tentang konten isu SARA, ujaran kebencian dan berita HOAX yang massive menyebar di media sosial yang menyudutkan pasangan tertentu selama pilkada DKI Jakarta berlangsung.
Pertanyaan yang tidak kalah penting, siapakah orang atau donatur yang memberi uang tersebut kepada Asma Dewi yang kemudian dilanjutkan kepada bendahara grup Saracen?
Semoga lambat laun tapi pasti melalui polri pertanyaan ini bisa terjawab.
Kemudian, kita harus tetap mengingat kedekatan para anggota kelompok grup Saracen dengan politikus-politikus yang sangat haus kekuasaan di atas, yang ingin menghalalkan segala cara termasuk politik menebar kebencian, SARA, HOAX dan memelihara kaum intoleran untuk merebut kekuasaan.
Salam sada roha dari Anak Medan. HORAS!

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon