Monday, October 24, 2016

NEGERI LAWAK-LAWAK

Ilustrasi

Siporsuk Na Mamora : Dulu ada namnya wikileaks dan ada lagi panama paper yang membongkar rahhasia-rahasia beberapa negara dan pemimpin-pemimpin negeri tersohor hingga membuat dunia geger, mulai dari pemimpin adidaya sampai pemimpin negeri terperdaya angkat bicara saling menyangkal.

Hari ini muncul kasus hilangnya TPF Munir, tapi bedanya adalah jika wikileaks dan panama paper membocorkan/membuka rahasia, yang ini menutup rahasia atau boleh dikatakan menghilangkan arsip negara.

Analogi sederhananya mana mungkin seorang tersangka menunjukkan bukti yang menguatkan dirinya sebagai tersangka atau pribahasanya “ada udang dibalik batu” (enak tu kalau di goreng apalagi rame-rame). Atau dari sudut pandang lain, bagaimana mungkin berkas negara hilang tanpa sepengetahuan penguasa istana.

Kasus munir hanya satu dari begitu banyak kasus HAM yang terjadi di negeri ini, ada yang kecil dan ada pulak yang sangat besar, katakan saja kasus Petrus (penembakan misterius), kasus pembunuhan massal G30 September dan kasus penculikan aktivis ’98 yang sangat terkenal itu dan syarat dengan kejadian by design para elit-elit negeri ini untuk kepentingan kestabilan kekuasaannya.

Sebagai negara hukum dan terlebih negara yang katanya sebagai pelopor HAM di tingkat internasional (anggota dewan Hak Azasi Manusia PBB), seharusnya negeri ini tak tersandung kasus-kasus HAM agar bisa memberi contoh tauladan pada negara-negara lain, atau katakanlah ada, tapi seharusnya mampu menyelesaikannya tanpa berlarut hingga bertahun-tahun lamanya.

Jika sudah begini, lantas selain negara, kepada siapa lagi kita harus percayakan penyelesaian kasus semacam ini. Biar jangan pusing-pusing memikirkannya mari kita bernyanyi saja “... coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang ...” seperti yang dilantunkan bang Ebiet G. Ade.

*Siporsuk Na Mamora

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon