Ilustrasi |
Siporsuk Na Mamora : Dulu ada namnya wikileaks dan ada
lagi panama paper yang membongkar rahhasia-rahasia beberapa negara dan
pemimpin-pemimpin negeri tersohor hingga membuat dunia geger, mulai dari
pemimpin adidaya sampai pemimpin negeri terperdaya angkat bicara saling
menyangkal.
Hari
ini muncul kasus hilangnya TPF Munir, tapi bedanya adalah jika wikileaks dan
panama paper membocorkan/membuka rahasia, yang ini menutup rahasia atau boleh
dikatakan menghilangkan arsip negara.
Analogi
sederhananya mana mungkin seorang tersangka menunjukkan bukti yang menguatkan
dirinya sebagai tersangka atau pribahasanya “ada udang dibalik batu” (enak tu
kalau di goreng apalagi rame-rame). Atau dari sudut pandang lain, bagaimana
mungkin berkas negara hilang tanpa sepengetahuan penguasa istana.
Kasus
munir hanya satu dari begitu banyak kasus HAM yang terjadi di negeri ini, ada
yang kecil dan ada pulak yang sangat besar, katakan saja kasus Petrus
(penembakan misterius), kasus pembunuhan massal G30 September dan kasus
penculikan aktivis ’98 yang sangat terkenal itu dan syarat dengan kejadian by
design para elit-elit negeri ini untuk kepentingan kestabilan kekuasaannya.
Sebagai
negara hukum dan terlebih negara yang katanya sebagai pelopor HAM di tingkat
internasional (anggota dewan Hak Azasi Manusia PBB), seharusnya negeri ini tak tersandung
kasus-kasus HAM agar bisa memberi contoh tauladan pada negara-negara lain, atau
katakanlah ada, tapi seharusnya mampu menyelesaikannya tanpa berlarut hingga
bertahun-tahun lamanya.
Jika
sudah begini, lantas selain negara, kepada siapa lagi kita harus percayakan
penyelesaian kasus semacam ini. Biar jangan pusing-pusing memikirkannya mari
kita bernyanyi saja “... coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang ...”
seperti yang dilantunkan bang Ebiet G. Ade.
*Siporsuk
Na Mamora
EmoticonEmoticon