Facebook : Eas Saputro |
Siporsuk Na Mamora : Kini tak lagi hijau, tak lagi
jernih dan tak lagi sejuk, seperti dulu dimasa kecil saat berkunjung kerumah ompung
(istilah untuk panggilan kakek/nenek di Batak) di tahun baru atau natal.
Teringat kalau keluar rumah jam 5 pagi atau jam 6 pagi, tanah tak terpijak
karena dinginnya seperti Es, mata tak bisa jauh memandang karena embun yang masih
tak mau berpisah dengan dedaunan pohon-pohon rindang.
Hamparan
tanaman pinus, haminjon (kemenyan) dan tanaman padi atau cabe dimusimnya tak
lagi terlihat seperti dimasaku kecil waktu masih duduk dipangkuan di hari sabtu
menuju rumah ompung karena padatnya mobil sewa yang jarang masuk kampung. Tanah-tanah
yang dulu terlihat hijau sudah tandus dan kering.
Oya,
saya tak ingin lagi bernostalgia, itu meyakitkan karena sudah tidak bisa lagi
kunikmati sekarang, sudah berubah menjadi kerambah di danau, ekaliptus di hutan
dan kearifan lokal tak lagi seindah yang dulu. Masyarakat yang dulu saling
membantu dan bergotong royong mengerjakan sawah sekarang sudah berubah menjadi
saling mencurigai, saling perang dan saling memisahkan diri dari kelompok yang
lain.
Ada
lagi tanah yang sudah di kapling-kapling dan di patok-patok, mungkin akibat si
Bodat yang mau berekspansi kesana dengan modal hidup 20 trillyun/tahun. Katanya
mau bangun infrastruktur untuk dijadikan tempat wisata unggulan di republik
ini.
Ahh...
Mesti kali si Bodat yang datang fikirku dalam otak, tidakkah ada putra yang
rindu membangun dan tidakkah ada putra yang mampu mempersatukan orang-orang
ditanah ini lagi? Tak apalah si Bodat itu datang, membangun gedung-gedung dan
jalan-jalan beton, segerombolan akan menyusul kemudian, membeli tanah
masyarakat dengan mahal dan atas nama investasi mereka akan dilindungi
undang-undang untuk membangun lebih tinggi lagi gedung-gedung disana.
Bodat
bertemu dengan Bodat, tapi Bodat yang datang lebih gemuk-gemuk dan besar-besar,
karena Bodat import pasti lebih baik dari Bodat lokal, lalu Bodat lokal kalah
dan menyingkir dari area kekuasaannya serta mengais di pinggir-pinggir hutan
belantara, hanya bisa menatap dari jauh bahwa area kekuasaannya yang dulu sudah
menjadi kemilau namun tak bisa menyentuhnya lagi apalagi untuk kembali kesana,
karena tanahnya sudah dibayar cash, tidak dalam pinjam sewa yang setelah habis
masanya bisa diambil dan di kelola pemilik lagi.
Bodat
import itu yang datang, sedangkan Bodat lokal adalah yang tinggal disana dalam
waktu yang teramat lama. Keduanya sama-sama Bodat, tak ada baiknya, Bodat impor
datang untuk memerkosa lebih gilak, sedangkan Bodat lama tidak tau merawat dan
mempertahankan, hanya ingin menikmati seadanya tanpa pernah merawat dan
mengotori dengan sampah mulut dan sampah anus!
*Siporsuk
Na Mamora
EmoticonEmoticon