Sunday, October 23, 2016

PASRAHKAN SAJA TUBUHMU DIPERKOSA

Facebook : Eas Saputro
Siporsuk Na Mamora : Kini tak lagi hijau, tak lagi jernih dan tak lagi sejuk, seperti dulu dimasa kecil saat berkunjung kerumah ompung (istilah untuk panggilan kakek/nenek di Batak) di tahun baru atau natal. Teringat kalau keluar rumah jam 5 pagi atau jam 6 pagi, tanah tak terpijak karena dinginnya seperti Es, mata tak bisa jauh memandang karena embun yang masih tak mau berpisah dengan dedaunan pohon-pohon rindang.

Hamparan tanaman pinus, haminjon (kemenyan) dan tanaman padi atau cabe dimusimnya tak lagi terlihat seperti dimasaku kecil waktu masih duduk dipangkuan di hari sabtu menuju rumah ompung karena padatnya mobil sewa yang jarang masuk kampung. Tanah-tanah yang dulu terlihat hijau sudah tandus dan kering.

Oya, saya tak ingin lagi bernostalgia, itu meyakitkan karena sudah tidak bisa lagi kunikmati sekarang, sudah berubah menjadi kerambah di danau, ekaliptus di hutan dan kearifan lokal tak lagi seindah yang dulu. Masyarakat yang dulu saling membantu dan bergotong royong mengerjakan sawah sekarang sudah berubah menjadi saling mencurigai, saling perang dan saling memisahkan diri dari kelompok yang lain.

Ada lagi tanah yang sudah di kapling-kapling dan di patok-patok, mungkin akibat si Bodat yang mau berekspansi kesana dengan modal hidup 20 trillyun/tahun. Katanya mau bangun infrastruktur untuk dijadikan tempat wisata unggulan di republik ini.

Ahh... Mesti kali si Bodat yang datang fikirku dalam otak, tidakkah ada putra yang rindu membangun dan tidakkah ada putra yang mampu mempersatukan orang-orang ditanah ini lagi? Tak apalah si Bodat itu datang, membangun gedung-gedung dan jalan-jalan beton, segerombolan akan menyusul kemudian, membeli tanah masyarakat dengan mahal dan atas nama investasi mereka akan dilindungi undang-undang untuk membangun lebih tinggi lagi gedung-gedung disana.

Bodat bertemu dengan Bodat, tapi Bodat yang datang lebih gemuk-gemuk dan besar-besar, karena Bodat import pasti lebih baik dari Bodat lokal, lalu Bodat lokal kalah dan menyingkir dari area kekuasaannya serta mengais di pinggir-pinggir hutan belantara, hanya bisa menatap dari jauh bahwa area kekuasaannya yang dulu sudah menjadi kemilau namun tak bisa menyentuhnya lagi apalagi untuk kembali kesana, karena tanahnya sudah dibayar cash, tidak dalam pinjam sewa yang setelah habis masanya bisa diambil dan di kelola pemilik lagi.

Bodat import itu yang datang, sedangkan Bodat lokal adalah yang tinggal disana dalam waktu yang teramat lama. Keduanya sama-sama Bodat, tak ada baiknya, Bodat impor datang untuk memerkosa lebih gilak, sedangkan Bodat lama tidak tau merawat dan mempertahankan, hanya ingin menikmati seadanya tanpa pernah merawat dan mengotori dengan sampah mulut dan sampah anus!


*Siporsuk Na Mamora

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon