Siporsuk Na Mamora - Saya tidak ingin mengenang perayaan
Natal hari hanya dengan bermacam-macam kebahagiaan, pernak-pernik, bukan juga
dengan baju baru, bukan pulak dengan makanan yang serba enak dan bukan juga
dengan sukacita kelahiran Yesus Kristus sang pembebas manusia dari jerat kelam
dosa yang menyelimuti bumi.
Suatu
hal yang teringat adalah tentang kebebasan mereka yang ingin merayakan ibadah
Natal tahun ini dalam ketenangan, mereka yang tidak memiliki tempat untuk
merayakan serta mengekspresikan kebahagiaannya.
Disatu
sisi, anda akan melihat kemewahan Natal di Dolok Sanggul, Humbanghasundutan dan
di Manado akhir tahun ini, mungkin dengan dana miliaran rupiah atau bahkan
lebih.
Disisi
lain, banyak orang yang tidak memiliki tempat tinggal untuk merayakan Natal,
ada yang tidak memiliki makanan dan ada yang tidak memiliki harapan setelah Natal.
Kandang
domba untuk mereka tempatipun tak ada untuk menyalakan lilin dan berkumpul di
hari Natal.
Seyoginya,
setiap tahun semua berharap akan menemukan harapan baru, jangan dulu
muluk-muluk soal jaminan masuk surga, soal makan sehari-hari saja dan tempat
tinggal serta kebebasan mengekspresikan rasa syukur lewat ritual-ritual
keagamaan dengan leluasa. Itu bahkan tidak ada lagi hari ini.
Apakah
mungkin untuk meminta presiden menyisihkan anggaran Natal nasional untuk
sebidang tanah yang memiliki sertifikat dan ijin membangun bagunan Gereja?
Rasanya tidak, sepertinya lebih baik membiarkan uangnya di makan para
tikus-tikus berjubah dan berperisaikan salib.
Selamat Hari Natal untuk para kaum-kaum yang
belum terbebaskan dalam berekspresi, baik secara Iman maupun secara akal dan logika.
EmoticonEmoticon