Siporsuk Na Mamora - Ketika masih menjadi mahasiswa
di Medan, saya pernah menghadiri kegiatan pelantikan sebuah organisasi,
bertempat di Alfa Omega (depan kantor Gubernur Sumut), disana hadir seorang
yang tidak asing bagi saya, sudah lama saya mengikuti jejak langkah beliau,
perawakannya memang kecil, tetapi jangan anda pertanyakan pengalaman hidupnya
di dunia militer maupun pemerintahan, baik di kancah nasional maupun
internasional, mengetahuinya anda akan terkaget-kaget keheranan.
Jika
boleh mengulang ingatan kita semua, saya ingin menyampaikan sebagian kecil
informasi mengenai beliau dan juga beberapa prestasinya di dunia militer dan karyanya
untuk bangsa dan negara.
Nama
kecil beliau adalah Tiopan Bernhard Silalahi, sekarang akrab dipanggil Oppung
TB Silalahi. Pernah duduk dibangku kuliah tepatnya di ITB, namun karena
kesulitan ekonomi keluarga, beliau tidak bisa menyelesaikan studi dari ITB,
akan tetapi perjuangannya tidak sampai disitu, Tuhan memberi jalan lain
untuknya, masuk sebagai Taruna Militer di Akademi Militer Nasional (AMN) pada
tahun 1958 dan selesai pendidikan militer pada tahun 1961.
Penugasan
dinas dilaluinya dengan penuh tanggungjawab, didunia militer diawali sebagi
Danton Yonkav 4 Siliwangi dalam operasi Kamdagri di Jawa Barat (1962), Wadanki
dalam operasi Kamdagri di Sulawesi Selatan (1963-1965) bersamaan dengan operasi
Dwikora. Danyonkav 8 Tank Kostrad (1972), ke Timur Tengah sebagai pasukan PBB
pada perang Oktober 1973 antara Israel dan Mesir sebagai Camp Commandant UNEF
Middle East di Kairo. Dosen Sesko AD (1974), Asops Kasdam XVI Hasanuddin di
Ujung Pandang (1978), Kasdam IV Diponegoro (1984) dan Asisten Perencanaan dan
Anggaran KASAD (1986) dengan pangkat Mayor Jenderal TNI.
Tak
berhenti di dunia militer saja, Oppung ini juga melanjutkan karyanya dibidang
pemerintahan, seperti pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Departemen
Pertambangan dan Energi (1988), Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (1993)
dan oleh Suharto pangkatnya dinaikkan menjadi Letnan Jenderal TNI. Pada era
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diangkat menjadi Penasehat presiden yang
kemudian pada tahun 2006 menjadi Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan
pada tahun 2007 diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden
(Wantimpres) dalam bidang pertahanan dan keamanan.
Sebagai
orang Batak, yang menganggap pentingnya pendidikan, Oppung TB Silalahi juga
tidak lupa melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Padjajaran
Bandung sampai Sarjana Muda (1968) dan mendapatkan S1 pada Sekolah tinggi Hukum
Militer dengan predikat Cumlaude (1995). Atas prestasinya dalam bidang
pemerintahan dan sosial, ia beroleh gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas
Gregorio Araneta, 8 agustus 1996 di Manila, Filipina.
Masa-masa
cemerlangnya tidak berhenti sampai disini saja, bagiku yang paling penting
diberi apresiasi adalah tentang jasanya membangun Tanah Batak, terkhusus untuk
pendidikan sepertihalnya mendirikan Yayasan Soposurung dan bekerjasama dengan
Mendikbud mendirikan SMA Negeri 2 Soposurung lengkap dengan asramanya dimana
para siswa/i tidak membayar uang asrama atau gratis selama 15 tahun.
Oppung
TB Silalahi juga mendirikan Museum Batak di Toba Samosir yang oleh Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata RI menganugerahkan Citra Pesona Wisata Cipta Award
2011 sebagai Museum Terbaik di Indonesia ditinjau dari tujuan pariwisata dan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dianugerahkan Pelestari Cagar Budaya dan Permuseuman dengan kategori Museum Swasta
Terbaik 2014. Beliau juga sangat gigih memperjuangkan kepada Pemerintah Pusat
untuk melanjutkan pembangunan lapangan terbang Silangit dan hasilnya seperti yang kita saksikan
sekarang ini.
Tentu
masih banyak lagi jasa-jasa beliau yang diberikan kepada negara sehingga mendapatkan 3 (tiga) bintang, yaitu Bintang
Mahaputra Adipradana, Bintang Dharma dan Bintang Budaya Parama Dharma serta
lebih dari 20 tanda-tanda jasa yang lain. Khususnya ke kampung halaman
Bonapasogit masih banyak jasa-jasa yang lain yang tidak bisa saya sebut satu
persatu. Silahkan anda cek sendiri, jika saya tuliskan semuanya, akan repot
jadinya.
Kita
semua tidak bisa menutup mata memang untuk jasa-jasanya, sekarang beliau lagi
rajin-rajinnya membangun Tanah Batak, dan atas semua itu kita harus mendukung
dan memberikan apresiasi.
Sebenarnya,
saya pernah menyela beliau lewat tulisan saya berjudul "ORANG BATAK
KANIBAL (?)", tetapi itu sebenarnya diluar kesengajaan dan tidak benar,
setelah mendengar penjelasan langsung dari beliau melalui sambungan handphon,
saya pun merefleksikan kesalahan saya tersebut, saya menyampaikan kalau saya
benar-benar merasa bersalah atas beberapa poin tulisan yang menyangkut Oppung,
poin itu murni kesalahan saya dan tidak benar adanya. Untuk itu saya menarik
kata-kata saya dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi, saya harus
sampaikan dengan hati yang tulus saya
meminta maaf kepada Oppung TB Silalahi, saya telah membuat Oppung marah besar
dan tidak bisa tidur selama satu minggu. Atas pengertian dan kebesaran hari
Oppung memaafkan kesalahan saya, saya berterimakasih.
Setelah
mendengarkan beberapa penjelasan langsung, saya semakin mengenal beliau, benarlah kalau dia memiliki kharisma
kepemimpinan yang luar biasa berbeda dari tokoh-tokoh Batak yang ada sekarang
ini. Bagiku yang paling menarik adalah bahwa beliau benar-benar memberi
pelajaran berbeda secara pribadi, caranyapun sangat lembut walaupun saya sudah
salah, mengirimkan utusannya ke Medan dan berdiskusi panjang dengan saya,
sambil minum kopi dan makan semeja hingga membuat suasana benar-benar akrab
penuh dengan suasana kekeluargaan. Suasana seperti ini memberiku penjelasan
bahwa citra "sangar" yang terpaku dalam fikiranku selama ini terhadap
para Jenderal terbantahkan sudah. Mungkin karena Oppung TB Silalahi benar-benar
tokoh Batak sejati.
Amang dohot Inong saya pernah berpesan begini “molo tu marga Silalahi, ho ingkon
hormat! Jou abang molo saletting, jou Bapa molo nga matobang”. Inilah yang
membuatku semakin merasa bersalah telah menyela Oppung.
Semoga
Oppung membaca tulisan ku yang sederhana ini, kusadari bahwa Oppung lebih besar
dari apa yang saya tulis ini, baik jasa maupun hatinya.
Sesekali, Oppung harus mengajariku tentang
kepemimpinan, agar saya bisa seperti Oppung, walaupun kufikir itu tidak akan
mungkin. Mauliate...! Horas...! Shalom...!
EmoticonEmoticon