Saturday, December 10, 2016

Orang Batak "Kanibal" (?)

Foto : Situasi Musyawarah Orang Batak
Siporsuk Na Mamora - Baiklah kawan’s, saya ingin mengajak anda untuk mengulas sebagian kecil sejarah perdaban Bangsa Batak, kenapa ini penting menurut saya? Karena kuping saya tidak tahan lagi mendengar kalau Batak itu dikatakan pemakan manusia “kanibal”.

Penyematan kutukan “kanibal” ini sangat dikaitkan dengan kematian Munson dan Leyman (1834), dua orang misionaris asal New England, Amerika Serikat yang meninggal di Desa Lobu Pining (daerah antara Sibolga dan Tarutung) yang katanya jasadnya dimakan orang Batak.

Ini adalah salah satu rekayasa opini publik yang dilakukan oleh Belanda melalui pedagang dan pengunjung yang berada di Sibolga. Sekarang pertanyaannya, untuk apakah Belanda melakukannya? Tidak lain tidak bukan adalah dikarenakan ketakutan Belanda akan timbulnya pengaruh Inggris kembali di Sumatera khususnya dan Nusantara umumnya (Prof. Dr. WB. Sijabat "Ahu Sisingamangaraja XII").

Pelaku pembunuhan sebenarnya adalah Belanda melalui isu akan datangnya penjajah si “Bottar Mata” ke Tapanuli, tidak mereka sebutkan bahwa Munson dan Leyman adalah misionaris dari Amerika. Untuk menutupi aroma politiknya, Belanda mensabotase cerita dikalangan pedagang dan pendatang bahwa orang Batak (yang bermukim di pegunungan) lah yang memakannya, Belanda melengkapi ceritanya dengan mengatakan bahwa kejadian itu tidak lain tidak bukan adalah atas perintah Raja Sisingamangaraja yang berkedudukan di Bakara.

Hal yang paling mengejutkan adalah, bahwa pada dewasa ini, ada tokoh Batak  setingkat Nasional yakni TBS melalui sebuah pertunjukan opera Batak di Pesta Silalahi Sabungan di tahun-tahun lalu telah mempertontonkan ke publik cerita bohong itu, sehingga menimbulkan opini kuat di kalangan masyarakat awam terutama pemuda Batak dan bahkan seluruh dunia yang beranggapan bahwa nenek moyang orang Batak adalah pemakan manusia (kanibal). Menurut saya itu sangat memrendahkan jati diri orang Batak.

Pemahaman ini mempengaruhi pemikiran orang Batak tua jaman sekarang, hingga beberapa kali dijadikan sebagai bahan tontonan dalam beberapa film dan opera Batak, tujuannya untuk mencari simpatik para orang-orang tolol. 

Dalam hati, oppungmu sajalah yang “kanibal” lontong...! Jangan bawa-bawa orang Batak kedalam alur pikir sejarah penjajahmu itu. Mentang-mentang punya pengaruh, kau mau rusak otak anak muda ini dengan pengetahuan sejarah budaya yang salah!

Perlu diketahui bahwa pada masa periode setelah tahun 1824 (Perjanjian London), Belanda telah menguasai Nusantara kecuali Aceh dan Tapanuli.

Pembunuhan misionaris Munson dan Leyman dengan cara "katanya" dimakan oleh orang Batak dewasa ini di kait-kaitkan dengan kekejaman orang Batak jaman dulu, ditambahkan lagi degan pendapat yang mengatakan bahwa Raja Sisingamangaraja tidak suka dengan keberadaan zending.

Sementara orang Batak menyandang kutukan cap “kanibal" itu hingga sekarang tak lebih karena ulah Belanda yang pada masa itu membatasi misionaris berbahasa Inggris masuk ke pulau Jawa dan Sumatera yang saat itu sebagai fokus jajahan Bangsa Belanda. Sedangkan untuk misionaris yang tidak berbahasa Inggris dan tidak berasal dari Inggris dan Amerika seperti I.L Nomensen diperbolehkan Belanda masuk ke Tapanuli untuk melakukan zending.

Sebenarnya, keberhasilan I.L Nomensen dalam misi zendingnya untuk daerah Tapanuli adalah salah satu bantahan kuat kalau orang Batak bukanlah "kanibal" dan Raja Sisingamangaraja tadak pernah "menolak" zending di Tapanuli, hal ini berlaku untuk misionaris agama manapun. Perlawanan terjadi ketika ada kelompok yang ingin menguasai tanah Batak dengan topeng Agama, seperti halnya perlawanan terhadap perang “padri/padiri” dengan panglima perang Tuanku Rao (Pongkinangolngolan Sinambela) dan Tuanku Tambusai yang bertopeng agama Islam penganut sekte Wahabi.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon