Foto : Google |
Siporsuk Na Mamora - Pertama saya ingin mengajak
kalian membaca dan memahami isi artikel ini secara lengkap! Jangan bertindak
seperti orang "berotak sumbu pendek" yang lagi naik pamor dan banyak
energi sekarang ini, saya tidak ingin kalian mengutukiku dengan makian kalian akibat
judul dan gambar ini.
Kita
beri sebutan dengan orang yang saya maksudkan dalam tulisan ini dengan istilah
"mereka" ya, dan “kita” untuk anda yang masih berjiwa Nasionalis dan
Manusiawi serta memiliki tujuan sama dengan saya untuk masa depan NKRI yang Pancasilais
dan ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Sekedar
menjernihkan ingatak kita ke tahun-tahun yang lalu, tentang sebuah kejadian
yang menjadi viral di media sosial saat itu, tentang penghakiman sepihak
kelompok "mereka" terhadap salah satu toko minuman keras, cafe remang-remang
(itupun tebang pilih, tepatnya cafe yang tidak bayar upeti) dan banyak tempat
yang mereka anggap maksiat menurut paham mereka. Waktu itu saya hadir disana
loh... Saya menanyakan sesuatu, tapi nantilah saya kasih tau pertanyaan saya
mengenai apa.
Jika
sudah teringat, mari kita kembali ke masa ini, tentang sebuah peledakan bom
molotov di Gereja Oikumene Samarinda dan pengusiran/pembubaran paksa peserta
kebaktian perayaan Natal di Sabunga Bandung yang bagi saya itu menunjukkan
kemunduran peradaban kita.
Kita
lihat pihak ketiga dengan pemerintahnya Jokowi yang gemar bekerja itu, kenyataan
bahwa banyak perobahan di eranya memang harus kita apresiasi, seperti halnya menutup
jaringan pasar gelap, menangkap mafia-mafia jenis apapun (pajak, pasar gelap,
narkoba, teroris dll) dan banyak lagi yang lain lain, silahkan di teruskan saja
dalam ingatan masing-masing ya kwan's.
Ketegasan
dan kerja keras Jokowi ini yang sebenarnya mengganggu mereka, bayangkan saja
yang dulunya mereka bisa mengumpulkan pahala banyak sebagai modal masuk sorga
lalu dapat pelayan bidadari cantik dan bahenol dengan hanya membawa fentungan
dan swiping tempat-tempat yang mereka duga sebagai tempat maksiat tidak lagi
bisa dilakukan sekarang, karena tempatnya sudah tutup dan tidak beroperasional
lagi akibat jaringannya sudah di putus, atau katakanlah tutup karena penegakan
aturan yang sudah mulai tegas. Hal ini membuat mereka semakin kepanikan saja karena
takut "pahala"-nya tidak akan mencukupi nanti kalau sudah wassalam.
Hal
yang paling membuat mereka semakin panik adalah ketika kesempatan mereka dapat
pahala banyak hanya dengan "menjadi pengantin" yang sudah pasti
mereka kehilangan nyawa. Ternyata tidak semua mereka memiliki mental yang
seekstrim itu, mungkin mereka masih ingin kenikmatan di dunia ini bersama perempuan
atau minuman keras yang setiap saat bisa mereka nikmati dalam kesembunyian
gelap gulita tanpa banyak yang tau.
Keadaan
itu membuat mereka semakin kreatif dan memunculkan ide untuk masuk ke Gereja
dengan dalih memberangus orang "kafirun" yang lagi berkumpul, tentu
ada "pahala" lebih besar dari situ ketimbang mereka sebatas hanya
melakukan ritual keagamaan.
Begitulah
kira-kira alasan kenapa mereka semakin sering saja masuk ke Gereja akhir-akhir
ini tanpa ada undangan bagaikan jelangkung yang datang tak dijemput dan pulang
tak diantar pulak. Jadi jangan kalian marahi mereka, mereka hanya berbuat untuk
mengumpulkan bekal pahala untuk dibawa ke pintu surga, untuk itu kasihilah
mereka.
Tapi
ngomong-ngomong soal pintu surga, apakah pintunya tidak di jaga si Nabi Isa bin
Maryam itu? Kan dia katanya hakim paling adil? Emang bisa disogok pake pahala? Macam
pugli di Indonesia saja mereka buat di surga itu ya? Yasudahlah, saya belum
pernah kesana, yang saya dengar memang dia mahapengasih, tak lebih, itu saja,
sehingga kalau saya ingin masuk surga, saya berdoa untuk Dia sajalah, supaya
Dia mengasihiku dan menjadikanku anak-Nya.
Soal
kehadiranku di tempat yang saya bilang di alinea ketiga tadi, sebenarnya saya
mempertanyakan surat tugas/perintah penghakiman mereka dari Tuhan, apakah ada
atau tidak, sekaligus saya ingin menitip surat undangan untuk Tuhan, agar
kiranya Dia cepat-cepat datang saja ke Indonesia, supaya jangan semakin banyak
saja korban penindasan dan pendiskriminasian akibat mereka yang berfikir tentang
agama mereka yang paling benar.
Stelah
bertanya akhirnya saya tau bahwa mereka tidak punya surat apa-apa dari Tuhan,
dan akhirnya suratkupun tak jadi terkirim, sambil mengelus dada sayapun
berfikir untuk pulang ke Tapanuli saja, disana ada Danau Toba yang bisa saya
lihat keindahannya yang merefresentasikan kuasa Tuhan itu, sayapun ingin
mengatur pertemuan di sana saja. Sembari bersantai, berkecamuk sebuah
kegelisahan, apakah mereka yang sedang
bermain sandiwara dan memaksa Tuhan terlibat untuk berpihak kepada mereka?
Mereka sedang lupa kalau Tuhan adalah sang Maha Kuasa yang kapanpun kami bisa
dimusnahkan. Yasudahlah, Dia tidak akan marah dengan semua sandiwara itu dan
lalu memusnahkan begitu saja, karena yang saya tau dia menginginkan kembalinya manusia pendosa itu kepada-Nya.
EmoticonEmoticon