Sunday, December 11, 2016

Mereka Berburu Pahala di Gereja

Foto : Google
Siporsuk Na Mamora - Pertama saya ingin mengajak kalian membaca dan memahami isi artikel ini secara lengkap! Jangan bertindak seperti orang "berotak sumbu pendek" yang lagi naik pamor dan banyak energi sekarang ini, saya tidak ingin kalian mengutukiku dengan makian kalian akibat judul dan gambar ini.

Kita beri sebutan dengan orang yang saya maksudkan dalam tulisan ini dengan istilah "mereka" ya, dan “kita” untuk anda yang masih berjiwa Nasionalis dan Manusiawi serta memiliki tujuan sama dengan saya untuk masa depan NKRI yang Pancasilais dan ber-Bhinneka Tunggal Ika.

Sekedar menjernihkan ingatak kita ke tahun-tahun yang lalu, tentang sebuah kejadian yang menjadi viral di media sosial saat itu, tentang penghakiman sepihak kelompok "mereka" terhadap salah satu toko minuman keras, cafe remang-remang (itupun tebang pilih, tepatnya cafe yang tidak bayar upeti) dan banyak tempat yang mereka anggap maksiat menurut paham mereka. Waktu itu saya hadir disana loh... Saya menanyakan sesuatu, tapi nantilah saya kasih tau pertanyaan saya mengenai apa.

Jika sudah teringat, mari kita kembali ke masa ini, tentang sebuah peledakan bom molotov di Gereja Oikumene Samarinda dan pengusiran/pembubaran paksa peserta kebaktian perayaan Natal di Sabunga Bandung yang bagi saya itu menunjukkan kemunduran peradaban kita.

Kita lihat pihak ketiga dengan pemerintahnya Jokowi yang gemar bekerja itu, kenyataan bahwa banyak perobahan di eranya memang harus kita apresiasi, seperti halnya menutup jaringan pasar gelap, menangkap mafia-mafia jenis apapun (pajak, pasar gelap, narkoba, teroris dll) dan banyak lagi yang lain lain, silahkan di teruskan saja dalam ingatan masing-masing ya kwan's.

Ketegasan dan kerja keras Jokowi ini yang sebenarnya mengganggu mereka, bayangkan saja yang dulunya mereka bisa mengumpulkan pahala banyak sebagai modal masuk sorga lalu dapat pelayan bidadari cantik dan bahenol dengan hanya membawa fentungan dan swiping tempat-tempat yang mereka duga sebagai tempat maksiat tidak lagi bisa dilakukan sekarang, karena tempatnya sudah tutup dan tidak beroperasional lagi akibat jaringannya sudah di putus, atau katakanlah tutup karena penegakan aturan yang sudah mulai tegas. Hal ini membuat mereka semakin kepanikan saja karena takut "pahala"-nya tidak akan mencukupi nanti kalau sudah wassalam.

Hal yang paling membuat mereka semakin panik adalah ketika kesempatan mereka dapat pahala banyak hanya dengan "menjadi pengantin" yang sudah pasti mereka kehilangan nyawa. Ternyata tidak semua mereka memiliki mental yang seekstrim itu, mungkin mereka masih ingin kenikmatan di dunia ini bersama perempuan atau minuman keras yang setiap saat bisa mereka nikmati dalam kesembunyian gelap gulita tanpa banyak yang tau.

Keadaan itu membuat mereka semakin kreatif dan memunculkan ide untuk masuk ke Gereja dengan dalih memberangus orang "kafirun" yang lagi berkumpul, tentu ada "pahala" lebih besar dari situ ketimbang mereka sebatas hanya melakukan ritual keagamaan.

Begitulah kira-kira alasan kenapa mereka semakin sering saja masuk ke Gereja akhir-akhir ini tanpa ada undangan bagaikan jelangkung yang datang tak dijemput dan pulang tak diantar pulak. Jadi jangan kalian marahi mereka, mereka hanya berbuat untuk mengumpulkan bekal pahala untuk dibawa ke pintu surga, untuk itu kasihilah mereka.

Tapi ngomong-ngomong soal pintu surga, apakah pintunya tidak di jaga si Nabi Isa bin Maryam itu? Kan dia katanya hakim paling adil? Emang bisa disogok pake pahala? Macam pugli di Indonesia saja mereka buat di surga itu ya? Yasudahlah, saya belum pernah kesana, yang saya dengar memang dia mahapengasih, tak lebih, itu saja, sehingga kalau saya ingin masuk surga, saya berdoa untuk Dia sajalah, supaya Dia mengasihiku dan menjadikanku anak-Nya.

Soal kehadiranku di tempat yang saya bilang di alinea ketiga tadi, sebenarnya saya mempertanyakan surat tugas/perintah penghakiman mereka dari Tuhan, apakah ada atau tidak, sekaligus saya ingin menitip surat undangan untuk Tuhan, agar kiranya Dia cepat-cepat datang saja ke Indonesia, supaya jangan semakin banyak saja korban penindasan dan pendiskriminasian akibat mereka yang berfikir tentang agama mereka yang paling benar.

Stelah bertanya akhirnya saya tau bahwa mereka tidak punya surat apa-apa dari Tuhan, dan akhirnya suratkupun tak jadi terkirim, sambil mengelus dada sayapun berfikir untuk pulang ke Tapanuli saja, disana ada Danau Toba yang bisa saya lihat keindahannya yang merefresentasikan kuasa Tuhan itu, sayapun ingin mengatur pertemuan di sana saja. Sembari bersantai, berkecamuk sebuah kegelisahan, apakah  mereka yang sedang bermain sandiwara dan memaksa Tuhan terlibat untuk berpihak kepada mereka? Mereka sedang lupa kalau Tuhan adalah sang Maha Kuasa yang kapanpun kami bisa dimusnahkan. Yasudahlah, Dia tidak akan marah dengan semua sandiwara itu dan lalu memusnahkan begitu saja, karena yang saya tau dia menginginkan kembalinya manusia pendosa itu kepada-Nya.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon