Boru Batak |
Siporsuk
Na Mamora - Situasi
kebangsaan kita hari ini sedang mengalami masalah serius, dibanyak sektor
terutama disektor kebudayaan sebagai identitas paling menonjol dari sebuah
bangsa mulai memudar drastis, bahkan hampir tidak bisa dibendung lagi.
Banyak alasan untuk meninggalkan
kebudayaan kita, yang paling berbahaya adalah dengan alasan tuntutan iman
kepercayaan, atau paling lazim kita sebut dengan budaya yang dibawa bersamaan
dengan agama itu datang ke bumi pertiwi.
Entah apa hubungannya, sehingga
meninggalkan kebudayaan asli ditinggalkan dengan rasa bangga. Tentu saja, jika
alasannya adalah agama, maka tidak jauh-jauh dari alasan yang paling umum,
yaitu agar punya tempat di surga.
Belakangan memang kerap kali
kebudayaan kita tinggalkan dengan alasan yang dihubung-hubungkan dengan
okultisme, mistis dan penyembahan berhala.
Kelompok-kelompok fundamental
terkadang tidak ragu-ragu menghancurkan sebuah tempat yang berhubungan erat
dengan warisan budaya hanya karena dianggap sebagai tempat yang musrik. Ada
juga yang tidak segan-segan menuduh seseorang sesat hanya karena masih mewarisi
ritual-ritual kebudayaan yang diwariskan para leluhur.
Saya bahkan tidak bisa berfikir,
kenapa orang-orang itu melakukanannya? Apakah mereka juga akan memperoleh
tempat di surga dengan melakukan hal semacam itu?
Padahal, kita bisa lihat bersama,
sebenarnya para agamais fundamental itu juga secara tidak sadar juga melakukan
ritual budaya warisan yang dibawa dari tempat agama itu awal mulanya berasal.
Karena asal agama itu sendiri dominan dari timur tengah, maka yang mereka bawa
sampai ke Indonesia-pun adalah warisan budaya. Hanya saja, mereka beranggapan
bahwa warisan yang dibawa agama itu adalah warisan yang wajib demi memperoleh
sebuah jaminan keabadian hidup setelah kematian.
Apa benar begitu?
Tentu saja saya bilang tidak.
Saya berfikir bahwa budaya dan
agama yang sekarang itu hanya sebuah kondisi situasional yang akan berubah-ubah
disetiap jamannya.
Contohnya, dulu nenek moyang kita
mengakui bahwa adanya kekuatan diluar dari apa yang bisa kita lihat, tetapi
dengan nyata kita bisa rasakan. Mereka menyimpulkannya dengan kekuatan alam
semesta. Oleh karena itu, kebudayaan dan adat istiadat kita sangat berkaitan
erat dengan alam.
Setelah berkembang, manusia juga
menemukan hal baru, yang mereka namai dengan Tuhan, tapi tetap dengan prinsip
bahwa Dia-lah sang pengendali alam semesta ini, ditambah lagi dengan ilmu
pengetahuan yang semakin maju, sehingga menggambarkan sosok Tuhan itupun
kemudian dibalut dengan narasi-narasi yang semakin ilmiah. Maka manusia sekarang
menyembah Tuhan, sang pemilik dan pengendali alam semesta.
Hal yang paling ekstrim adalah,
bahwa manusia sekarang dengan bangga mengatakan bahwa Tuhan hanya ramah dengan
satu ritual saja tergantung aliran agama masing-masing.
Ada yang meyakini bahwa Tuhan itu
akan mengerti doa dengan bahasa Arab, ada juga yang merasa bahwa Tuhan itu hanya
mengerti dengan bahasa roh. Yang kedua lebih koplak, karena saya benar-benar
tidak bisa mengerti entah apa maksudnya, tapi sebagian yakin bahwa Tuhan
mengerti itu, dan mereka merasa sangat bangga saat bisa berkata-kata tanpa ada
seorangpun mengerti dengan ucapan yang keluar dari mulutnya, itu seperti sebuah
pencapaian spritual yang luar biasa bagi mereka, namun bagiku itu hanya
kebodohan! Saya tidak tau apakah itu cakap kotor atau sedang meledek Tuhan itu
sendiri.
Kemudian tentang bahasa Arab yang
pertama, baru-baru ini ada pengakuan yang mengatakan bahwa sebuah partai di
Indonesia menggunakan bahasa Arab untuk loby-loby korupsi. Mungkin kalau
kita bertanya langsung kepada mereka yang mengerti, mereka akan sebut bahwa itu
“korupsi suci”. Maka semakin anelah dunia ini. Bayangkan jika anda sebagai
orang yang meyakini bahwa bahasa itu adalah bahasa yang suci atau bahasa resmi
untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Pertanyaannya, apa mereka tidak takut Tuhan
akan dengan mudah mengerti niat busuk mereka untuk korupsi?
Itulah bahayanya jika kita tidak
mengerti bahasa namun kita yakini bahasa tersebut adalah bahasa resmi
berkomunikasi dengan Tuhan.
Jika saya berada diantara mereka
yang loby-loby korupsi tadi, saya bahkan tak bisa berbuat apa-apa karena saya
tidak bisa mengerti. Sayapun tidak akan sadar bahwa mereka ternyata akan
berencana memenggal kepala saya keesokan harinya dengan uang korupsi yang
mereka ambil tersebut.
Cara bepakaian juga menjadi penentu
masuk sorga hari ini, padahal rata-rata disemua suku yang ada di Indonesia,
semua pakaian lumayan terbuka, memperlihatkan leher, punggung dan bahkan sampai
telanjang dada.
Jika mengacu pada cara berfikir
kaum fundamentalis tersebut, maka mustahil diantara kita yang hidup di
Indonesia akan mendapat tempat di surga. Katanya, berpakaiannya harus ala
pakaian dijaman dan ditempat para nabi-nabi agama hidup. Inilah yang membuat
kepongahan orang-orang fundamental semakin menjadi-jadi.
Beruntung tidak ada agama populer
yang lahir dari Papua atau Tapanuli, kalau sempat ada, maka penampilannya akan
ditiru para pengukutnya di seluruh dunia. Para lelaki pakai koteka,
perempuannya bertelanjang dada. Atau kalau dari tapanuli, lelakinya
bertelanjang dada pakai ulos dan perempuannya seperti dalam gambar perempuan
cantik diatas.
Kufikir, Tuhan itu maha mengerti
semua. Tidak ada bahasa daerah dan esensi dari adat dan budaya itu sendiri yang
tidak Dia mengerti. Tidak ada juga hal yang diistimewakan, semua sama
dimatanya.
Jika merubah dan meninggalkan
budaya asli kita adalah sebuah jaminan untuk mendapatkan surga, kufikir kita
keliru memaknai kebesaran Tuhan.
Mari bangga pada kebudayaan kita,
memang akan banyak perbedaan. Namun suatu hal yang pasti, kita tidak akan bisa belajar
menghargai dan merendah hati kalau perbedaan itu tidak ada. Oleh karena itu,
kita telah menjadi bagian dari rencana Tuhan itu sendiri.
Kita perkenalkan kepada dunia bahwa
kita bangga dengan kebudayaan kita, dari situ dunia akan mengingat dan mengenal
kita.
EmoticonEmoticon