Meme Film G30S/PKI |
Siporsuk
Na Mamora - Menarik
memperhatikan dinamika perdebatan di media sosial akhir-akhir ini. Perubahan
isu-isu yang muncul kepermukaan sangat cepat sekali, seolah-olah ada kekuatan
di balik semua isu-isu tersebut untuk memanipulasi opini dan persepsi publik
sesuai yang di inginkan.
Dalam pengamatan saya, yang di
target mereka tetap saja adalah Jokowi. Hal ini terlihat dari penggorengan
semua isu, baik nasional maupun internasional sengaja digiring untuk
menyalahkan Jokowi.
Beberapa hari yang lalu, masyarakat
kita masih sibuk membahas tentang konflik komunal di wilayah Rakhine State,
Myanmar di media sosial. Bukan hanya di media sosial, di jalan-jalan juga ada
yang sampe kesurupan dan lepas kendali saat memberi orasi. Tanpa dasar menuduh
pemerintahan Jokowi pencitraan karena telah mengirim bantuan kemanusiaan untuk
pengungsi etnis Rohingya di Bangladesh.
Belum berakhir sampai disitu, ada
juga yang teriak bahwa Jokowi harus segera menghentikan konflik di Rakhine
State, Myanmar. Emang Jokowi presiden di Myanmar? Yang kacolah pikiran kakek
tua itu.
Ada lagi, yang ini lebih gilak.
Demonya bertema soal Rohingya, tapi isinya malah teriak "jangan pilih Ketua
PSSI jadi Gubernur Sumatera Utara!". Loh... Hubungannya apa ya?
HaHaHaHa... Dasar bani saracen! Maksud mereka sebenarnya mungkin begini,
"pilihlah Bekacul Sembriwing si penyebar foto hoax pembantaian etnis
Rohingya itu."
Kecenderungan mengait-ngaitkan
persoalan atau masalah apapun yang terjadi di bumi ini terhadap Jokowi sudah
sangat sering terjadi. Pembantaian etnis Rohingya, yang disalahkan Jokowi. Saat
sudah dibantu malah dituduh pencitraan, Jokowi disalahkan lagi. Raisa jatuh ke
pelukan Hamish Daud yang adalah warga negara Australia juga yang disalahkan Jokowi.
Ini jaman mulai edan! Tapi bisa kita maklumi karena tahun politik nasional 2019
sudah mulai mendekat. Persaingan dan penggorengan isu, bahkan yang sudah
basipun akan dilakukan dengan cara apapun untuk menghempang Jokowi di tahun
2019.
Setelah semua isu diatas digoreng
habis-habisan untuk menyerang Jokowi, muncullah isu PKI yang katanya akan
bangkit kembali. Lalu pemerintahan Jokowi dihujat, dituduh sebagai antek-antek
dan juga pelindung PKI.
Baca juga : Semakin Cinta Pak Jokowi
Sepertinya mereka telah kehabisan
isu dan cara untuk menyerang Jokowi, sampai akhirnya muncullah ide soal PKI.
Pintarnya mereka, tangan seorang Jenderal dijadikan sebagai pemantik pemicunya.
Kebijakan kontraversial “nonton bareng film G30/S lalu dikeluarkan melalui
tangan sakti sang Jenderal.
Kita memahami betapa kerja kerasnya
TNI melindungi dirinya agar senantiasa dimasa depan tidak dipersalahkan oleh siapapun
atas penumpasan anggota-anggota PKI tanpa ada pendekatan hukum yang berlaku
saat itu. Para warga yang dituduh PKI seakan-akan halal hidupnya diambil TNI tanpa
ada pengadilan pada masa itu.
Dalam catatan wikipedia.org, ada
sekitar setengah juta orang yang dituduh anggota PKI dibantai dan kurang lebih
satu juta orang dipenjara. Kejadian pembantaian ini terjadi pada masa transisi
ke masa Orde Baru. Tidak ada yang pernah mempersoalkannya. Anehnya lagi, kita
lebih takut pada PKI ketimbang kejamnya masa Orde Baru.
Kecenderungan narasi sejarah yang terbangun
di mata publik dari materi film G30S/PKI hasil produksi Orde Baru tersebut tidak
lain adalah menjadikan PKI sebagai orang-orang yang sangat kejam, tidak punya
agama, pembunuh, tidak punya rasa kemanusiaan dan pemberontak negara. Di sisi
lain, muncul image bahwa TNI bersih dari lumuran darah orang-orang tak berdosa yang
di bantai bebas sesuai yang mereka inginkan.
Namun terlepas dari pro-kontra
materi film nya, yang sebagian orang menganggapnya lebih cocok diketegorikan sebagai
film fiksi ketimbang kategori film sejarah. Kita perlu membuat catatan kritis
sebelum nanti film tersebut merusak generasi kita kedepan dan lalu kita
menyesalinya dikemudian hari.
Salah satu kesalahan fatal Orde
Baru adalah mewajibkan semua warga negara untuk menyaksikan film G30S/PKI setiap
tahunnya, tepat di tanggal 30 September, tak peduli umurnya berapa. Dalam arti
kata, tidak ada control atau batasan sama sekali buat mereka yang masih dibawah
umur.
Baca juga : Operasi Senyap Anies-Sandi : Mencari Dukungan Orde Baru, Umat Islam Harus Ingat Ini
Baca juga : Operasi Senyap Anies-Sandi : Mencari Dukungan Orde Baru, Umat Islam Harus Ingat Ini
Film G30S/PKI dengan segala
kesadisannya menjadikan film tersebut termasuk dalam kategori film paling
berbahaya jika ditonton oleh anak-anak dibawah umur. Jauh lebih berbahaya dari
tayangan SMACK-DOWN yang terlarang itu. Kenapa? Karena sadisnya bisa
mempengaruhi mental anak-anak, bahkan bisa lebih parah, bermuara pada praktek/meniru
adegan sadir tersebut tanpa mereka sadar bahwa itu berbahaya.
Apakah ini yang diinginkan sang
Jenderal? Sehingga beliau ngotot memutar film G30S/PKI di ruang-ruang publik,
terlebih mengeluarkan perintah nobar bersama masyarakat?
Jika ini yang dilakukan, saya kira masyarakat
bukannya memetik isi sejarahnya, namun sebaliknya malah menuai kerugian dari
segi mental anak-anak mereka yang rusak akibat menonton kesadisan dalam film
tersebut. Mereka (*anak-anak) tidak akan mengerti isi sejarah yang Bapak
Jenderal maksud, tetapi lebih pada isi kekerasannya dan kesadisannya.
Oleh karena itu, kita tidak mau
pemutaran film ini merusak mental kita lagi setelah sekian banyak generasi yang
rusak dimasa Orde Baru akibat pemutaran film G30S/PKI secara berlebihan dan dalam
waktu yang sangat lama.
Inilah perlunya merevolusi mental
seperti yang dikatakan Jokowi, mental yang membaja untuk terus bekerja demi
tanah air. Bukan mental yang selalu dijajah oleh masa lalu.
Mungkin salah-satu kerisauan yang
mendorong Jokowi untuk membuat film G30S/PKI baru versi melanial atau kekinian.
Manfaatnya akan sangat banyak. Salah satu contoh kecilnya adalah pembatasan
adegan sadis atau sensor adegan sadis.
Jadi, gimana nonton barengnya pak
Jenderal? Tunggu dulu, setelah lulus sensor dari lembaga sensor perfilman
Indonesia. Ini demi anak-anak kita, para penerus bangsa ini. Jangan kita rusak
mental mereka dengan adegan-adegan sadis.
Salam sada roha dari Anak Medan. HORAS!
EmoticonEmoticon