Monday, September 4, 2017

Tak Hanya Menyebar Hoax, Kini Tifatul Sembiring Coreng Wajah DPR-RI Sebagai Lingkaran Transaksi Informasi Hoax!

Postingan Foto HOAX di Akun Twitter Milik Tifatul Sembiring 

Siporsuk Na Mamora – Tak enak rasanya jika saya tidak ikut serta menuliskan sedikit saja opini saya tentang konflik etnis Rohingnya yang kembali meledak belakangan ini di Myanmar. Selain karena gelisah akan propaganda massive di media sosial yang sangat kental dengan bau-bau kebencian, provokasi dan terlebih mendiskreditkan pemerintahan Presiden Joko Widodo karena dianggap tak gesit dalam mengambil sikap terhadap persoalan tersebut, Saya juga ingin turut memberi pandangan tentang siapa dan apa tujuan yang tersembunyi dalam aktivitas maraknya penyebaran berita, foto dan seruan bernada provokatif di media sosial hari ini.
Kita semua boleh menagmati, semakin hari, semakin banyak saja orang-orang yang menyebarkan berita-berita bohong beserta foto-foto editan di media sosial terkait isu pembantaian etnis Rohingnya di Rakhine State, Myanmar. Mereka (penyebar hoax) seolah-olah sekarang tiba-tiba kerasukan setan fanatisme yang sangat akut.
Kalau dulu mereka yang berteriak “PBB jangan campuri kasus Ahok”, sekarang justru berteriak kira-kira seperti ini, “PBB harus turun tangan menekan pemerintahan Myanmar yang telah melakukan pembantaian terhadap saudara kami muslim”. Tak hanya berhenti disitu, mereka juga teriak agar pemerintahan Presiden Joko Widodo segera mengusir Dubes Myanmar dari Indonesia serta segera memutus hubungan diplomatik Indonesis-Myanmar sesegera mungkin dengan tujuan agar pemerintah Myanmar merasa terasingkan karena telah melakukan kejahatan terhadap etnis Rohingnya. Padahal mereka buta, atau mungkin memang tidak mau mencari tahu bagaimana sebenarnya persoalan yang terjadi di Rakhine State, Myanmar.
Sedikit saja menjelaskan tentang persoalan di Rakhine State, Myanmar.
Persoalan mengenai etnis Rohingnya ini adalah persoalan lama dan kompleks. Kabarnya juga mereka ingin mendirikan negara di dalam negara dengan meng-kalim Rakhine State menjadi wilayah mereka.
Etnis Rohingnya ini tidak memiliki kewarganegaraan, mereka juga bukan etnis asli yang diakui di Myanmar meski saat ini mereka menempati wilayah Rakhine State yang notabanenya adalah merupakan bagian wilayah administrasi negara Myanmar. Bahkan saat mereka ingin disensus menjadi warga negara Myanmar mereka menolak. Karena itu, mereka dijuluki sebagai penduduk illegal di Myanmar.
Suku Bengali, yang berasal dari wilayah India, Pakistan dan Bangladesh yang sekarang, itulah asal muasal etnis Rohingnya. Mereka memakai identitas suku baru, yaitu Rohingnya setelah mereka berada di daerah Rakhine State, Myanmar. Intinya, mereka bukan suku asli orang Myanmar, melainkan pendatang yang ditampung oleh negara Myanmar selama puluhan tahun. Semakin tahun, jumlah mereka semakin bertambah-tambah secara signifikan. Hari ini, mereka bahkan ditolak masuk ke negara-negara terdekat, seperti India, Pakistan dan Bangladesh yang notabanenya memiliki suku serumpun dengan mereka dan memeluk agama yang sama, yaitu suku Bengali dan agama Islam. Kenapa demikian? Karena memang ada sesuatu dengan mereka yang tidak umum.
Etnis Rohingnya ini kelihatannya adalah orang-orang pembangkang pemerintahan Myanmar yang sah, kenapa? Kerena mereka menolak menjadi warganegara Myanmar. Selanjutnya, sebagian dari mereka menjadi milisi yang ingin melepaskan wilayah negara bagian Rakhine State dari negara Myanmar yang telah berdaulat sejak 1948. Aksi-aksi separatis, teror dan penyerangan terhadap simbol-simbol pemerintahan Myanmar juga kerap terjadi.
Etnis baru bernama Rohingnya ini ibarat seperti pribahasa anak muda di Indonesia, “Dikasih hati, mau minta jantung.”
Kembali fokus pada fenomena berita, narasi dan foto-foto hoax serta provokatif di dalam negeri berkaitan dengan konflik Rohingnya.
Menurut pengamatan saya, ada sesuatu yang secara sengaja, terstruktur dan massive dilakukan untuk memprovokasi, menimbulkan kebencian antar umat beragama di Indonesia dengan memboncengi isu konflik Rohingnya.
Siapa mereka? Dan apa kepentingan mereka?
Mereka adalah kaum-kaum yang tidak suka dengan kerukunan kita Indonesia, mereka adalah kaum-kaum intoleran, meraka adalah kaum-kaum yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan kita, dan yang ingin mengambil keuntungan pribadi dari isu krisis kemanusian di Rakhine State, Myanmar.
Semakin sedih ketika seseorang pejabat kawakan, Anggota DPR-RI, mantan Ketua Umum PKS dan mantan Menteri Komunikasi dan Informasi di era pemerintahan SBY ikut serta menyebarkan foto yang jelas-jelas adalah palsu atau hoax di akun media sosial miliknya.
Bagi sebagian orang, mungkin bisa mengenali mana foto yang benar dan mana foto yang bohong. Akan tetapi, dengan logika sederhananya akan banyak orang yang terpengaruh dan terprovokasi dengan postingan tersebut, karena Tifatul Sembiring adalah pejabat dan memiliki konstituen sendiri. Pernahkan dia berfikir tentang dampak yang akan muncul kemudian di masyarakat? Untung saja warga nitizen banyak yang sudah waras dan menyadarkan pejabat kita yang satu ini. Sehingga beliau meminta maaf melalui media serta menghapus postingannya di media sosial tersebut. Jika tidak, beliau ini akan mempermalukan bangsa ini.
Tifatul Sembiring Menghapus Foto HOAX Postingannya Sendiri

Tifatul Sembiring Mencoreng Wajah DPR-RI
Sudah barang tentu kalau bersalah harus minta maaf bukan? Tapi minta maaf harus didasari rasa penyesalan, dari hati yang bersih dan berikut rasa kesadaran agar tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari. Begitu sikap yang seharusnya dilakukan oleh bapak terhormat Tifatul Sembiring.
Akan tetapi, bukannya meminta maaf karena rasa bersalah, Tifatul Sembiring dalam pernyataannya di media seolah-olah justru melempar kesalahannya tersebut kepada teman-temannya di DPR-RI, dengan alasan mendapat kiriman foto tersebut dari temannya yang berada di Komisi III DPR-RI saat ini.
“Saya dikirimi sama teman Komisi III, ada foto pembantaian, tidak usah saya sebutkan namanya. Ada pembantaian, foto itu banyak, lo. Saya juga sudah koreksi,” ujar Tifatul Sembiring di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (4/9/2017).
Kemudian merujuk pada pernyataan diatas, kita layak bertanya kepada pak Tifatul Sembiring :
(1) Apakah DPR-RI saat ini telah menjadi lingkaran penyebaran/transaksi informasi HOAX? Atau justru Anda sengaja ingin mencoreng wajah lembaga DPR-RI. Kemudian,
(2) Dikoreksi, kok yang HOAX disebar pak? Situkan mantan Menkominfo? Ngak tau mana yang asli dan mana yang palsu? Malang sekali nasib bangsa ini kalau Anda yang pernah menjabat sebagai Menkominfo bertahun-tahun namun tak tau membedakan informasi elektronik yang palsu dan yang benar!
Untuk pertanyaan poin pertama, ini sangat penting! Ini penghinaan  lembaga DPR-RI jika yang bersangkutan (*Tifatul) tidak menyebutkan oknum anggota DPR-RI yang mengirim foto HOAX tersebut kepada dirinya.
Lagi pula, tidak seharusnya Tifatul Sembiring mengatakan pernyataan diatas yang berdalih kesalahan dengan membawa-bawa nama DPR-RI atas tujuan menghindar dari kesalahan/kebodohannya sendiri di depan publik karena telah menyebarkan foto HOAX di media sosial.
Terakhir buat pak Tifatul Sembiring, hanya satu HOAX yang ingin Saya dengar dan anggap sebagai kebenaran menyangkut bapak. Yaitu, semoga berita keinginan Anda untuk maju menjadi Gubernur Provinsi Sumatera Utara adalah HOAX ya pak. Sungguh, tidak sudi rasanya daerah kami dipimpin oleh orang penyebar HOAX seperti Anda.
Salam sada roha dari Anak Medan. HORAS!

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon