Mayjend TNI. dr.Terawan Agus Putranto |
Ditengah
hebohnya kasus puisi "Ibu Indonesia" yang begitu populer akhir-akhir
ini, disatu sisi ada seorang Dokter jenius yang terjalomi oleh lembaga profesi
IDI, namanya dr. Terawan si penemu metode "Cuci Otak" yang
terabaikan. Beliau dipecat dengan tuduhan pelanggaran kode etik profesi
kedokteran, "mengikklankan diri dan memuji diri" dalam menjalankan
profesi dokternya.
Kesimpulan
yang mengatakan bahwa beliau dijolimi oleh lembaga profesi IDI tidak lain
karena sampai sekarang lembaga kode etik IDI belum pernah menunjukkan bukti
iklan dan pujian diri ke publik. Ini sejalan dengan pengakuan dr. Terawan di
Kompas.com saat melakukan konprensi pers di RSPAD Gatot Subroto pada hari Rabu,
(4/4/2018) lalu. "Lah, saya tidak tahu iklan yang mana karena tidak boleh,
harus ditunjukkan di mana saya beriklan. Mohon izin ditunjukkan iklannya
seperti apa. Bahaya menuduh sesuatu mengiklankan," ungkapnya.
dr.
Terawan dinilai sebagai dokter berkompeten, jenius, ceria dan sangat telaten
dalam merawat dan menyembuhkan pasiennya. Beliau memakai metode temuannya yang
paling baru di dunia medis, yaitu metode "Cuci Otak" dalam
penyembuhan pasien yang terkena stroke. Temuannya ini juga telah di
disertasikan di Fakultas Kedokteran, Universitas Hassanuddin (Unhas), Makassar,
tahun 2013 lalu dan di akui di dunia Internasional.
Sederet
prestasi, penghargaan, jabatan penting dan pengakuan terhadap kejeniusan dan
kontribusinya di dunia kedokteran/kesehatan telah didapatkan, dan yang tidak
kalah penting adalah pengakuan/testimoni dari beberapa pasiennya yang merupakan
tokoh-tokoh paling tersohor di Republik ini, antara lain adalah : SBY, AM
Hendropriyono, BJ. Habibie, Mahmud MD, dan banyak lagi yang pernah menjadi
pasien dr. Terawan. Mereka semua membela dr. Terawan.
Sebenarnya,
melihat dari banyaknya pembelaan dan testimoni dari para mantan pasien, saya
berpendapat bahwa kehlian, kejeniusan, ketelatenan, keprofesionalan serta
keberhasilan kepemimpinannya di RSPAD Gatot Subroto inilah yang menjadi pekabar
dari mulut ke mulut yang menjadi iklah berjalan yang hidup bagi sang dokter,
yang kemudian disalah artikan oleh lebaga kode etik IDI.
MKEK IDI
telah mengambil keputusan yang terkesan tendensius, tidak memiliki dasar dan
mengabaikan hal-hal ilmiah dan mendasar bagi kemajuan dunia kesehatan
Indonesia. Yang justru disoroti adalah soal "ketenaran" seorang
dokter karena keahlian, terobosan baru dan kejeniusannya dalam menyembuhkan
pasienlah yang di jadikan dalil untuk pemecatan keanggotaan dari IDI dan
pencabutan ijin keprofesiannya sementara waktu.
Sungguh
keputusan yang sangat tidak profesional, dasar keputusannya terkesan hanya
karena "Like or dis-Like" antar personal.
Apapun
itu, katanya "kalau emas mau dibuang kemana aja akan tetap menjadi
emas".
Karena hidup harus jadi berkat, maka kita doakan semoga Pak Dokter Terawan kedepannya tetap menjadi berkat di lingkungan dimanapun nantinya berada.
Karena hidup harus jadi berkat, maka kita doakan semoga Pak Dokter Terawan kedepannya tetap menjadi berkat di lingkungan dimanapun nantinya berada.
Salam
Sada Roha dari Anak Medan.
h o r a s
!
EmoticonEmoticon