Friday, April 6, 2018

dr. Terawan, Si Penemu Metode "CUCI OTAK"

Tags

Mayjend TNI. dr.Terawan Agus Putranto
Ditengah hebohnya kasus puisi "Ibu Indonesia" yang begitu populer akhir-akhir ini, disatu sisi ada seorang Dokter jenius yang terjalomi oleh lembaga profesi IDI, namanya dr. Terawan si penemu metode "Cuci Otak" yang terabaikan. Beliau dipecat dengan tuduhan pelanggaran kode etik profesi kedokteran, "mengikklankan diri dan memuji diri" dalam menjalankan profesi dokternya.
Kesimpulan yang mengatakan bahwa beliau dijolimi oleh lembaga profesi IDI tidak lain karena sampai sekarang lembaga kode etik IDI belum pernah menunjukkan bukti iklan dan pujian diri ke publik. Ini sejalan dengan pengakuan dr. Terawan di Kompas.com saat melakukan konprensi pers di RSPAD Gatot Subroto pada hari Rabu, (4/4/2018) lalu. "Lah, saya tidak tahu iklan yang mana karena tidak boleh, harus ditunjukkan di mana saya beriklan. Mohon izin ditunjukkan iklannya seperti apa. Bahaya menuduh sesuatu mengiklankan," ungkapnya.
dr. Terawan dinilai sebagai dokter berkompeten, jenius, ceria dan sangat telaten dalam merawat dan menyembuhkan pasiennya. Beliau memakai metode temuannya yang paling baru di dunia medis, yaitu metode "Cuci Otak" dalam penyembuhan pasien yang terkena stroke. Temuannya ini juga telah di disertasikan di Fakultas Kedokteran, Universitas Hassanuddin (Unhas), Makassar, tahun 2013 lalu dan di akui di dunia Internasional.
Sederet prestasi, penghargaan, jabatan penting dan pengakuan terhadap kejeniusan dan kontribusinya di dunia kedokteran/kesehatan telah didapatkan, dan yang tidak kalah penting adalah pengakuan/testimoni dari beberapa pasiennya yang merupakan tokoh-tokoh paling tersohor di Republik ini, antara lain adalah : SBY, AM Hendropriyono, BJ. Habibie, Mahmud MD, dan banyak lagi yang pernah menjadi pasien dr. Terawan. Mereka semua membela dr. Terawan.
Sebenarnya, melihat dari banyaknya pembelaan dan testimoni dari para mantan pasien, saya berpendapat bahwa kehlian, kejeniusan, ketelatenan, keprofesionalan serta keberhasilan kepemimpinannya di RSPAD Gatot Subroto inilah yang menjadi pekabar dari mulut ke mulut yang menjadi iklah berjalan yang hidup bagi sang dokter, yang kemudian disalah artikan oleh lebaga kode etik IDI.
MKEK IDI telah mengambil keputusan yang terkesan tendensius, tidak memiliki dasar dan mengabaikan hal-hal ilmiah dan mendasar bagi kemajuan dunia kesehatan Indonesia. Yang justru disoroti adalah soal "ketenaran" seorang dokter karena keahlian, terobosan baru dan kejeniusannya dalam menyembuhkan pasienlah yang di jadikan dalil untuk pemecatan keanggotaan dari IDI dan pencabutan ijin keprofesiannya sementara waktu.
Sungguh keputusan yang sangat tidak profesional, dasar keputusannya terkesan hanya karena "Like or dis-Like" antar personal.
Apapun itu, katanya "kalau emas mau dibuang kemana aja akan tetap menjadi emas".

Karena hidup harus jadi berkat, maka kita doakan semoga Pak Dokter Terawan kedepannya tetap menjadi berkat di lingkungan dimanapun nantinya berada.
Salam Sada Roha dari Anak Medan.
h o r a s !

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon