Ruhut Sitompul Bersama Para Inang-Inang di Sumut |
Si Poltak Raja minyak dari Medan dan
idola ibu-ibu tahun 90-an ini tak pernah gagal mencari perhatian publik, dari
dulu sampai sekarang, dari bintang film sampai jadi politikus kakap, tetap saja
tak pernah sepi dari perbincangan masyarakat.
Setelah mengundurkan diri dari
kepengurusan Demokrat dan DPR-RI, kupikir abang ini akan istirahat dari dunia
politik, eh… Tak taunya makin ganas! Seperti kata orang, “makin tua, makin
jadi” HeHeHe
Begitulah si Poltak, dengan gaya
bicara khas anak dan blak-blakan serta totalitas “hancur demi kawan” kata anak Medan.
Konsistensinya dalam bersikap tak perlu diragukan. Era SBY beliau total, era
Jokowi juga total. Semua tindakannya sejalan dengan sikap politik yang diungkapkannya
ke public.
Melompat ke pihak Jokowi baginya
bukan tanpa konsekuensi, beliau harus rela baju “politik biru”-nya dilucuti dan
mundur dari kursi empuk pimpinan DPR-RI yang oleh sebagian banyak politikus,
salah satunya papa Setya Novanto rela “stel gilak” untuk mempertahankannya.
Kita masih ingat betul, awal mula
sikap berbeda bang Ruhut Sitompul dimulai dari Pilpres 2014, waktu itu Partai
Demokrat menyatakan sikap netral, dengan tegas dan pasti bang Ruhut Sitompul
membentuk Relawan untuk memenangkan Jokowi-JK. Hanya segelintir kader PD yang
mendukung Jokowi-JK saat itu, salah satunya yang paling getol adalah Bang Ruhut
Sitompul, selebihnya mendukung Prabowo-Hatta Rajasa.
Kali kedua sikap politiknya berbeda
dari PD dan yang paling kontraversial adalah saat Pilkada DKI Jakarta 2017,
beliau mendukung Ahok-Djarot sekalipun yang diusung PD adalah anak mahkota SBY,
yaitu AHY. Saat itu juga Bang Ruhut disingkirkan dari kepengurusan PD dan
mengundurkan diri dari DPR. Setelah itu, beliau semakin leluasa mendukung Ahok
sebagai Juru bicara. Ahok adalah calon yang didukung PDI-P dan beberapa partai
lain.
Dari kedua sikap di atas, saya
menyimpulkan bahwa naluri politik beliau baik, ditambah lagi track rekordnya
yang tidak pernah tersandung korupsi selama di DPR-RI hingga menjadi politikus
penting di era 10 tahun SBY berkuasa. Banyak orang-orang PD yang sudah jeblos
ke penjara, tapi beliau benar-benar clear,
itulah mengapa saya semakin tertarik melihat jejak politiknya.
Sikap terakhir adalah, beliau secara
resmi telah bergabung ke PDI-P, hal itu dinyatakan saat beliau tampil berbaju
“merah” berlogo “banteng moncong putih” pada kampanye akbar Cagub-Cawagub Sumut
Nomor 2 Djarot-Sihar (DJOSS) di Asahan kemarin. Ini penampilan pertama beliau
dengan baju PDI-P di hadapan public, dan pada hari yang sama beliau membenarkan
telah resmi menjadi kader PDI-P, kepada media beliau sampaikan dengan tegas dan
tanpa keraguan, “iya benar, aku sudah masuk PDI-P. Apa salahnya aku bergabung
dengan PDI-P”.
Ada banyak orang yang menilai beliau
ini sebagai “kutu loncat” atau “ular politk” karena selalu pindah kepartai
penguasa. Tapi bagiku beliau ini benar-benar seorang politikus sejati yang
baik, karena meski selalu berada di partai berkuasa (dulu Golkar, Partai
Demokrat dan sekarang PDI-P), beliau tak pernah korupsi. Itu terbukti hingga
sekarang.
Melihat kenyataan bahwa kehadiran
dan peran Bang Ruhut Sitompul dalam politik kita masih didambakan sebagaian
banyak orang, khususnya Ibu-ibu pemirsa sinetron Gerhana di era 90-an dan
terkhusus lagi masyarakat Sumatera Utara, sudah tepat langkah beliau tetap
berpolitik dan masuk PDI-P, agar 2019 bisa lebih leluasa membantu pemenangan
Jokowi periode kedua dan membantu pemerintahannya, baik jadi DPR-RI lagi maupun
menjadi Menteri atau menjadi kepala di kelembagaan setingkat kementerian
lainnya.
Jangan anggap remeh sama si Poltak
Raja Minyak dari Medan, namanya masih terukir dihati para Ibu-ibu penggemarnya
hingga sekarang. Lihat saja nanti kalau beliau mencalon DPR-RI lagi, pasti
menang. Eh… Targetnya mau jadi Menteri
Jokowi ternyata!
Bergonta-ganti kulit “politik” yang
dipraktekkan Bang Ruhut Sitompul menurutku adalah hal yang perlu ditiru,
apalagi dengan karakternya yang tidak
korup. Ada banyak politikus yang bertahan pada partai tertentu hanya karena
kedudukan, kekuasaan dan yang terakhir karena takut kasus korupsinya dibongkar
oleh teman serumah “partai”, dan kenyataan berpindah partai itu artinya akan
mati karir politik lebih menakutkan bagi politikus yang tidak punya kualitas.
Kualitas yang seperti apa? Yah… Dalam istilah populer disebut, “emas dibuang
kemana aja tetap akan menjadi emas”, tak peduli mau pake baju warna kuning,
biru dan atau yang merah, yang penting masih tetap dicintai masyarakat, itu
baru politikus sejati.
Ular sih ular, tapi kenapa tidak
kalau untuk membisai para koruptor?
Salam sada roha dari Anak Medan.
h o r a s !
EmoticonEmoticon