Saturday, October 27, 2018

90 Tahun Sumpah Pemuda, Tetaplah Satu!


Saya mengagumi Bang Putra Nababan sejak lama, yang dalam kaca mataku adalah seorang jurnalis handal dan smart. Karena itu belum pernah terbayangkan bisa berdiri sepanggung dan dipandu oleh beliau, apalagi saya ini dari kampung, Batak tembak langsung –meminjam istilah Hotman Paris Hutapea- yang datang ke Jakarta untuk belajar dan mencoba mengambil peluang.

Tapi kali ini, meski singkat waktunya, saya dipandu langsung Bang Putra Nababan untuk memberikan pandangan singkat terkait tentang pemuda kekinian di Forum Pemuda 2018 yang digagas dalam rangka peringatan 90 tahun Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928 - 28 Oktober 2018).
Saya berdiri bersama para pemuda-pemuda hebat yang menginspirasi, salah satunya adalah Bupati Trenggalek, Ketua Panitia Perhelatan Asian Para Games, Atlit peraih medali emas di Asian Games, Pengusaha sukses dan pengabdi di lingkungan masyarakat pedesaan.

Turut serta juga para tokoh pimpinan OKP selevel nasional, tokoh senior dan beberapa anggota DPR-RI seperti Syukur Nababan dan Nico Siahaan.
Nerves, kaki awalnya terasa gemetaran, dan pikiran tidak bisa fokus pada materi yang akan disampaikan. Ini kali pertama buatku tampil dihadapan orang-orang hebat dan berprestasi, siapapun awalnya pasti mengalami hal yang sama.

Selamat hari sumpah pemuda!
Sebentar, setiap kali di moment peringatah hari sumpah pemuda, saya selalu teringat dengan tokoh Kristen dan pahlawan nasional Johannes Leimena mewakili Jong Ambon, dan Amir Syarifuddin Harahap mewakili Jong Batak pada masa kebangkitan pemuda yang dikemas dalam pertemuan pemuda dan menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda.
Mereka berdua adalah tokoh dan faunding father yang membidani kelahiran organisasi mahasiswa Kristen terbesar Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Oleh karena itu, bisa dipastikan bahwa kehadiran GMKI sudah tentu didasari semangat Sumpah Pemuda dari sejak kelahirannya hingga kini.
Tantangan kita masa kini adalah degradasi nasionalisme, ancaman persatuan dan kesatuan NKRI.
Modernisasi teknologi dan informasi yang menembus ruang-ruang waktu dan batas-batas teotorial negara membuat setiap orang harus mampu mengimbangi ritme perkembangan jaman tersebut, kalau tidak, kita bisa digilas dan terkubur bersamanya.

Pertemuan muka berkurang, diskusi juga berkurang, yang makin banyak adalah pertemuan virtual di media-media sosial dan jaringan internet, karenanya kabar-kabar hoax, berita bohong dan ideologi intoleran yang mengancam persatuan kita begitu massivenya masuk ke dalam pikiran anak-anak muda tanpa filter, ditambah lagi adanya gerakan-gerakan cyber yang menciptakan frame negatif dan menyebar luaskan paham-paham intoleran, terlebih lagi sengaja ditunggangi oleh politikus "sontoloyo" -memakai istilah Pak'de Jokowi- yang opportunis dan haus kekuasaan.
Tetaplah kokoh mempertahankan dan membentengi Indonesia yang Bertanah Air Satu, Berbangsa Satu dan Berbahasa Satu.
Bersatu perangi hoax, intoleransi dan paham radikal.
Salam sada roha dari Anak Medan.
h o r a s !

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon