Thursday, October 4, 2018

Jangan Jual Danau Toba Untuk Operasi Plastik dan Politik Kebencian

Berita Detik.com
Masih ingat betapa bringasnya Oppung Ratna Sarumpaet menyerang Oppung Luhut Binsar Panjaitan di posko penampungan keluarga korban tenggelamnya KM. Sinar Bangun di Danau Toba, Tigaras, Kabupaten Simalungun?
Biar tidak bias, sebelum melanjutkan membaca tulisan ini, silahkan teman-teman searching lagi tentang tindakan ratna sarumpaet yang tiba-tiba datang ke posko penampungan keluarga korban tenggelamnya KM. Sinar Bangun di Danau Toba. Kedatangannya untuk membuat keributan di Danau Toba di sengaja pada saat yang bersamaan dengan kehadiran Luhut Binsar Panjaitan -sebagai Menko Kemaritiman- di sana dalam agenda untuk bertemu dan memberikan pengarahan kepada para keluarga korban sebagai wakil dari Pemerintah Pusat, saat itu juga, LBP menyampaikan penghentian pencarian korban tenggelam.
Keributan yang dibuat Ratna Sarumpaet berhasil memancing LBP untuk memberi komentar sesaat RS mengoceh dan menyerang Pemerintah dengan kata-kata yang sangat provokatif. Namun, masyarakat yang sadar dan merasakan betul upaya pencarian serta kesulitan yang dihadapi tim SAR, saat itu masyarakat yang justru mengusir keluar RS.
Cara dan kata-kata yang disampaikannya sangat merendahkan keluarga korban yang sedang berduka, dengan kata-kata “jangan mau dibayar” dan ocehan lainnya, jelas RS hanya mengukur harga diri dan kedukaan keluarga dengan uang semata. Padahal, nyawa dan kesedihan keluarga mana yang bisa dibayar dan di ukur dengan uang?
Sungguh biadab! RS memanfaatkan momen kedukaan dan kesedihan masyarakat Danau Toba tersebut untuk menyerang dan menjatuhkan marwah pemerintah pusat yang dipimpin Jokowi.
Kenapa RS dan para sengkuni tiba-tiba merasa penting menjatuhkan marwah pemerintah dihadapan masyarakat Danau Toba? Karena mereka tau bahwa +90% dari masyarakat sekitaran Danau Toba adalah pendukung Jokowi. Maka oleh karena itu, mereka menganggap, momen itu sangat penting untuk di isi dengan narasi politik kebencian terhadap Jokowi. Tapi, hal itu gagal total, yang ada kemudian adalah aksi pengusiran RS oleh warga Danau Toba.
Setelah pengusiran, bergulirlah diskusi-diskusi yang RS dkk lakukan di berbagai forum, yang intinya “menolak pemberhentian pencarian KM. Sinar Bangun oleh Pemerintah” dan “menuduh Pemerintah tidak memiliki kepekaan rasa kemanusiaan”. Narasi yang mereka bangun sangat tajam mendiskreditkan pemerintahan Jokowi.
Seiring dengan diskusi-diskusi itu, muncullah inisiasi menghimpun dana sosial yang direncanakan sebagai dana melanjutkan pencarian KM. Sinar Bangun dan juga direncanakan akan disumbangkan kepada keluarga korban tenggelam. Dana sosial yang dimaksud dikumpulkan mengatas namakan Ratna Sarumpaet Crisis Center dengan Nomor Rekening BCA 2721360727.
Kenapa harus mengumpulkan dana sosial?
Karena, kata mereka, RS dkk, pemerintah tidak bertanggungjawab mengangkat KM. Sinar Bangun sampai ke permukaan beserta para korban tenggelam dengan dana pemerintah atau APBN. Oleh karena itulah dana sosial dikumpulkan melalui RSCC untuk mencukupi biaya pengangkatan KM. Sinar Bangun ke permukaan beserta para korban.
Faktanya, sampai hari ini, KM. Sinar Bangun dan para korban tenggelam masih berada di dasar Danau Toba. Kemudian, belum ada seorang pun yang mengaku telah mendapatkan uluran bantuan dari hasil dana sosial yang dikumpulkan melalui rekening RSCC.
Lalu, kemana saja duit bantuan sosial atas duka masyarakat Danau Toba itu mengalir Ibu Ratna Sarumpaet?
Untuk biaya operasi plastic? Sedot lemak? Untuk kebutuhan pribadi?
Sekarang, siapa yang biadab dan tidak memiliki rasa kemanusiaan? Jokowi atau Ratna Sarumpaet?
Kala itu, Jokowi sibuk memulihkan keadaan keluarga korban tenggelam KM. Sinar Bangun dengan segala upaya dan kemampuan, disaat yang sama, ada RS dan kelompoknya yang menghujat pemerintah dengan mengatakan bahwa pemerintah Jokowi tidak tanggap dan sigap, tidak memiliki rasa kemanusiaan,  mengabaikan korban, tidak berbuat apa-apa. Narasi kebencian gencar dilemparkan mengarah ke Jokowi waktu itu, sampai-sampai Neno Warisman dan Mardani Ali Sera ikut berkomentar pedas menyerang Jokowi atas masalah di Danau Toba, padahal, sedikitpun mereka sebelumya tidak ada informasi yang cukup tentang kondisi di Danau Toba, tiba-tiba sok tau dan sok jadi pahlawan, ngomong sembarang menghujat Jokowi dari Jakarta tanpa tau titik dan duduk persoalannya.
Sejak lama, mereka selalu mencari-cari alasan untuk menyerang Jokowi, bahwa nyaris tak menemukan masalah lalu kemudian gemar menciptakan hoax, agar ada bahan menyerang Jokowi lagi, dan lagi yang sibuk bekerja membenahi keperluan dan melayani rakyat di seluruh penjuru negeri.
Benarlah, bahwa “sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga.” Dengan kata lain, mirip seperti kebohongan-kebohongan yang sejak lama di desain oleh RS dan kelompoknya, yang selalu lolos dan berhasil membodoh-bodohi rakyat, sekarang justru nyungsep dan ketahuan kedoknya.
Bukan hanya soal kedok operasi plastik yang dikatakan di keroyok sekelompok orang yang diduga suruhan orang yang kerap di kritiknya, tapi juga tentang aliran dana bantuan sosial atas duka masyarakat Danau Toba kala itu karena tenggelamnya KM. Sinar Bangun, yang ternyata mengalir ke klinik kecantikan atas operasi plastic sedot lemak Oppung Ratna Sarumpaet.
Sungguh tega hati ya pung?
Itu dana bantuan sosial untuk korban KM. Sinar Bangun loh, korban meninggal yang sampai hari ini masih terkubur di dasar Danau Toba.
Polisi dan Pemerintah harus tegas dan lugas untuk mengaudit dan memeriksa kemana dana bantuan sosial yang dikumpulkan RSCC tersebut mengalir. Hal ini penting dilakukan agar kedepan tidak ada penipuan dengan modus-modus untuk dana kemanusiaan, padahal untuk keuntungan pribadi.
Salam sada roha dari Anak medan
h o r a s !

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon