Berita Detik.com |
Masih
ingat betapa bringasnya Oppung Ratna Sarumpaet menyerang Oppung Luhut Binsar
Panjaitan di posko penampungan keluarga korban tenggelamnya KM. Sinar Bangun di
Danau Toba, Tigaras, Kabupaten Simalungun?
Biar
tidak bias, sebelum melanjutkan membaca tulisan ini, silahkan teman-teman
searching lagi tentang tindakan ratna sarumpaet yang tiba-tiba datang ke posko
penampungan keluarga korban tenggelamnya KM. Sinar Bangun di Danau Toba. Kedatangannya
untuk membuat keributan di Danau Toba di sengaja pada saat yang bersamaan dengan
kehadiran Luhut Binsar Panjaitan -sebagai Menko Kemaritiman- di sana dalam
agenda untuk bertemu dan memberikan pengarahan kepada para keluarga korban
sebagai wakil dari Pemerintah Pusat, saat itu juga, LBP menyampaikan
penghentian pencarian korban tenggelam.
Keributan
yang dibuat Ratna Sarumpaet berhasil memancing LBP untuk memberi komentar
sesaat RS mengoceh dan menyerang Pemerintah dengan kata-kata yang sangat provokatif.
Namun, masyarakat yang sadar dan merasakan betul upaya pencarian serta
kesulitan yang dihadapi tim SAR, saat itu masyarakat yang justru mengusir keluar
RS.
Cara
dan kata-kata yang disampaikannya sangat merendahkan keluarga korban yang
sedang berduka, dengan kata-kata “jangan mau dibayar” dan ocehan lainnya, jelas
RS hanya mengukur harga diri dan kedukaan keluarga dengan uang semata. Padahal,
nyawa dan kesedihan keluarga mana yang bisa dibayar dan di ukur dengan uang?
Sungguh
biadab! RS memanfaatkan momen kedukaan dan kesedihan masyarakat Danau Toba tersebut
untuk menyerang dan menjatuhkan marwah pemerintah pusat yang dipimpin Jokowi.
Kenapa
RS dan para sengkuni tiba-tiba merasa penting menjatuhkan marwah pemerintah
dihadapan masyarakat Danau Toba? Karena mereka tau bahwa +90% dari masyarakat
sekitaran Danau Toba adalah pendukung Jokowi. Maka oleh karena itu, mereka
menganggap, momen itu sangat penting untuk di isi dengan narasi politik
kebencian terhadap Jokowi. Tapi, hal itu gagal total, yang ada kemudian adalah
aksi pengusiran RS oleh warga Danau Toba.
Setelah
pengusiran, bergulirlah diskusi-diskusi yang RS dkk lakukan di berbagai forum,
yang intinya “menolak pemberhentian pencarian KM. Sinar Bangun oleh Pemerintah”
dan “menuduh Pemerintah tidak memiliki kepekaan rasa kemanusiaan”. Narasi yang
mereka bangun sangat tajam mendiskreditkan pemerintahan Jokowi.
Seiring
dengan diskusi-diskusi itu, muncullah inisiasi menghimpun dana sosial yang
direncanakan sebagai dana melanjutkan pencarian KM. Sinar Bangun dan juga direncanakan
akan disumbangkan kepada keluarga korban tenggelam. Dana sosial yang dimaksud
dikumpulkan mengatas namakan Ratna
Sarumpaet Crisis Center dengan Nomor Rekening BCA 2721360727.
Kenapa
harus mengumpulkan dana sosial?
Karena,
kata mereka, RS dkk, pemerintah tidak bertanggungjawab mengangkat KM. Sinar
Bangun sampai ke permukaan beserta para korban tenggelam dengan dana pemerintah
atau APBN. Oleh karena itulah dana sosial dikumpulkan melalui RSCC untuk
mencukupi biaya pengangkatan KM. Sinar Bangun ke permukaan beserta para korban.
Faktanya,
sampai hari ini, KM. Sinar Bangun dan para korban tenggelam masih berada di
dasar Danau Toba. Kemudian, belum ada seorang pun yang mengaku telah
mendapatkan uluran bantuan dari hasil dana sosial yang dikumpulkan melalui rekening
RSCC.
Lalu,
kemana saja duit bantuan sosial atas duka masyarakat Danau Toba itu mengalir Ibu
Ratna Sarumpaet?
Untuk
biaya operasi plastic? Sedot lemak? Untuk kebutuhan pribadi?
Sekarang,
siapa yang biadab dan tidak memiliki rasa kemanusiaan? Jokowi atau Ratna
Sarumpaet?
Kala
itu, Jokowi sibuk memulihkan keadaan keluarga korban tenggelam KM. Sinar Bangun
dengan segala upaya dan kemampuan, disaat yang sama, ada RS dan kelompoknya
yang menghujat pemerintah dengan mengatakan bahwa pemerintah Jokowi tidak
tanggap dan sigap, tidak memiliki rasa kemanusiaan, mengabaikan korban, tidak berbuat apa-apa.
Narasi kebencian gencar dilemparkan mengarah ke Jokowi waktu itu, sampai-sampai
Neno Warisman dan Mardani Ali Sera ikut berkomentar pedas menyerang Jokowi atas
masalah di Danau Toba, padahal, sedikitpun mereka sebelumya tidak ada informasi
yang cukup tentang kondisi di Danau Toba, tiba-tiba sok tau dan sok jadi
pahlawan, ngomong sembarang menghujat Jokowi dari Jakarta tanpa tau titik dan
duduk persoalannya.
Sejak
lama, mereka selalu mencari-cari alasan untuk menyerang Jokowi, bahwa nyaris
tak menemukan masalah lalu kemudian gemar menciptakan hoax, agar ada bahan
menyerang Jokowi lagi, dan lagi yang sibuk bekerja membenahi keperluan dan
melayani rakyat di seluruh penjuru negeri.
Benarlah,
bahwa “sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga.” Dengan kata
lain, mirip seperti kebohongan-kebohongan yang sejak lama di desain oleh RS dan
kelompoknya, yang selalu lolos dan berhasil membodoh-bodohi rakyat, sekarang
justru nyungsep dan ketahuan kedoknya.
Bukan
hanya soal kedok operasi plastik yang dikatakan di keroyok sekelompok orang
yang diduga suruhan orang yang kerap di kritiknya, tapi juga tentang aliran
dana bantuan sosial atas duka masyarakat Danau Toba kala itu karena
tenggelamnya KM. Sinar Bangun, yang ternyata mengalir ke klinik kecantikan atas
operasi plastic sedot lemak Oppung Ratna Sarumpaet.
Sungguh
tega hati ya pung?
Itu
dana bantuan sosial untuk korban KM. Sinar Bangun loh, korban meninggal yang
sampai hari ini masih terkubur di dasar Danau Toba.
Polisi
dan Pemerintah harus tegas dan lugas untuk mengaudit dan memeriksa kemana dana
bantuan sosial yang dikumpulkan RSCC tersebut mengalir. Hal ini penting dilakukan agar kedepan tidak
ada penipuan dengan modus-modus untuk dana kemanusiaan, padahal untuk
keuntungan pribadi.
Salam
sada roha dari Anak medan
h o r a s !
EmoticonEmoticon