Monday, August 27, 2018

Kedaulatan Tertinggi Adalah Milik Rakyat Desa

Aksi Masyarakat Desa
Disetiap kitab suci umat beragama, pasti selalu ada terselip kisah-kisah inspiratif seorang pemimpin yang kuat dan lalu kemudian menjadi jatuh, hingga tidak bisa bangkit karena terjerumus oleh sifat kesombongan dan kepongahannya, merasa diri paling berkuasa atas segalanya dan hingga Tuhan pun di tentang yang tergambar dari berbagai tingkah laku dan tindakannya, contohnya otoriter, memperbudak, membungkam, menjarah harta benda rakyatnya dan memegahkan diri sebagi dewa yang paling berkuasa bagi rakyatnya. Bahkan ada yang dikisahkan sampai kehilangan martabat, harga diri dan juga nyawanya karena kesalahannya menempatkan siapa dirinya saat menjadi pemimpin.
Secara sesumbar, ada saja dalam kisah itu yang berkata, “Tuhan pun tidak akan mampu mengambil kuasa ini dari tanganku,” demi alih-alih untuk memberi kesan menakutkan bagi rakyatnya. Sangat egois…
Dalam kisah-kisah modern dan di jaman awal-awal penemuan sains dan ilmu-ilmu teknologi baru, tak jarang juga seorang penemu dan atau ilmuan akhirnya menemui ajalnya karena kesombongan dan kepongahannya oleh karena penemuan dan ilmu pengetahuan hebat yang baru ia temukan.
Yang paling populer di sepanjang jaman adalah kisah tentang kapal pesiar terbesar dijamannya, Titanic. Thomas Andrews, sang perancang kapal pesiar megah, termewah dan tercanggih dijamannya tersebut pernah sesumbar meremehkan Tuhan dengan berkata, “Tuhanpun tak bisa menenggelamkannya,” sesaat sebelum kapal pesiar megah tersebut akan memulai debut pertamanya melintasi samudra lautan yang luas. Yang terjadi kemudian adalah mala petaka dan kematian bagi kurang lebih 1.500 orang penumpang, termasuk sang perancang angkuh tersebut.
Kisah serupa datang dari Raja Salomo anak Daud dan menantu Firaun, yang jatuh karena memegahkan dirinya dan tidak lagi menjadikan Allah sebagai yang utama dalam kehidupan dan kerajaannya. Dia bermegah diri dan meremehkan Allah. Akhirnya, atas kehendak Allah, musuh-musuhnya bangkit menyerang Israel, kemudian kerajaan Israel hancur dan terpecah menjadi dua dimasa kepemimpinan setelahnya.
Singkatnya, banyak penguasa dalam kisah diatas yang jatuh akibat sesumbar menentang Tuhan.
Kisah di atas menjadi inpiratif ketika saya mengamati apa yang terjadi di daerah kita –Kabupaten Tapanuli Tengah-- akhir-akhir ini. Kepogahan, keangkuhan, keegoisan, arogansi dan kesewenang-wenangan pemerintah daerah sangat jelas terpampang di mata kita semua.
Ada ASN lanjut usia dimutasi hingga puluhan kilometer jaraknya dari tempat tinggalnya. Kemudian, adanya bakal calon Kepala Desa yang digugurkan --dibungkam hak demokrasinya-- tanpa alasan dan dengan cara diluar prosedur yang berlaku. Terakhir, secara liar menyebar isu dikalangan masyarakat yang muatan isinya bernada meremehkan Tuhan yang diduga berasal dari seorang pejabat paling wahid di daerah kita saat ini, dengan menyatakan, “Tuhan pun tak akan menjatuhkan posisiku saat ini sebagai Bup–disensor--,” katanya sembari menambahkan kata-kata, “Apalagi rakyat?” ungkapnya dengan tujuan menenangkan para penjilat dibelakangnya.
Ini benar-benar sebuah kesalahan besar, yang saya yakin pada akhirnya nanti akan membawa dampak besar pada setiap orang yang sedang berada dalam kursi kekuasaan, yakni kejatuhan dan kehilangan harga diri serte kehormatan dimata Tuhan dan masyarakat awam.
Dalam masyarakat dan bangsa berpaham demokratis, praktek-praktek kesewenang-wenangan dan pengabaikan terhadap hak-hak masyarakat oleh beberapa pemimpin pemerintahan telah terbukti akan membawa perlawanan dari rakyat arus bawah, demi tegaknya sebuah kebenaran dan jatuhnya kekuasaan seorang pemimpin.
Tak sewajarnya rakyat dibungkam, ditindas dengan azas penyalahgunaan jabatan, serta membunuh demokrasi demi mempetahankan jabatan serta kekuasaan dan meraup pundi-pundi.
Pemimpin baik itu idealnya adalah seorang yang menggahargai kebebasan dan hak demokrasi orang lain, selama itu masih dalam koridor hukum yang berlaku di Negara ini. Bukan malah memperalat hukum demi kepentingan pribadi.
Sepenggal kisah ini adalah sebagai nasehat buat kamu yang duduk di singgasana saat ini. Bahwa, ingatlah, semut di injak saja akan menggigit, apalagi manusia yang kamu sakiti dengan segala intrik kotor?
Jangan merasa berkuasa sendiri, semau gue dan hak orang lain dianggap seolah tidak ada artinya sama sekali.
Dunia ini akan berputar, dan putarannya tidak akan kamu mengerti.
Kebangkitan masyarakat di Desa akhir-akhir ini akan menjadi pertanda awal bangkitnya sebuah perlawanan besar dikemudian hari, hingga kursi kekuasaanmu terjungkal dan menempeleng kepalamu sendiri, agar kau tersadar betapa pongah dan angkuhnya dirimu sebagai pejabat.
Saat kesadaranmu penuh, disitulah kamu mengerti, bahwa kedaulatan tertinggi adalah milik masyarakat Desa, untuk itu jangan kamu remehkan orang-orang kampung –yang dulu kau sebut kepalanya bisa dibeli dengan 1 kg jagal babi-- ini.
Jadilah pemimpin yang arif dan bijaksana, sebelum kemarahan rakyat semakin besar.
Salam sada roha dari Anak Medan.
h o r a s !

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon