Aksi Masyarakat Desa |
Disetiap
kitab suci umat beragama, pasti selalu ada terselip kisah-kisah inspiratif seorang
pemimpin yang kuat dan lalu kemudian menjadi jatuh, hingga tidak bisa bangkit
karena terjerumus oleh sifat kesombongan dan kepongahannya, merasa diri paling
berkuasa atas segalanya dan hingga Tuhan pun di tentang yang tergambar dari
berbagai tingkah laku dan tindakannya, contohnya otoriter, memperbudak,
membungkam, menjarah harta benda rakyatnya dan memegahkan diri sebagi dewa yang
paling berkuasa bagi rakyatnya. Bahkan ada yang dikisahkan sampai kehilangan
martabat, harga diri dan juga nyawanya karena kesalahannya menempatkan siapa
dirinya saat menjadi pemimpin.
Secara
sesumbar, ada saja dalam kisah itu yang berkata, “Tuhan pun tidak akan mampu
mengambil kuasa ini dari tanganku,” demi alih-alih untuk memberi kesan
menakutkan bagi rakyatnya. Sangat egois…
Dalam
kisah-kisah modern dan di jaman awal-awal penemuan sains dan ilmu-ilmu
teknologi baru, tak jarang juga seorang penemu dan atau ilmuan akhirnya menemui
ajalnya karena kesombongan dan kepongahannya oleh karena penemuan dan ilmu
pengetahuan hebat yang baru ia temukan.
Yang
paling populer di sepanjang jaman adalah kisah tentang kapal pesiar terbesar
dijamannya, Titanic. Thomas Andrews, sang perancang kapal pesiar megah,
termewah dan tercanggih dijamannya tersebut pernah sesumbar meremehkan Tuhan
dengan berkata, “Tuhanpun tak bisa menenggelamkannya,” sesaat sebelum kapal
pesiar megah tersebut akan memulai debut pertamanya melintasi samudra lautan
yang luas. Yang terjadi kemudian adalah mala petaka dan kematian bagi kurang
lebih 1.500 orang penumpang, termasuk sang perancang angkuh tersebut.
Kisah
serupa datang dari Raja Salomo anak Daud dan menantu Firaun, yang jatuh karena
memegahkan dirinya dan tidak lagi menjadikan Allah sebagai yang utama dalam kehidupan
dan kerajaannya. Dia bermegah diri dan meremehkan Allah. Akhirnya, atas
kehendak Allah, musuh-musuhnya bangkit menyerang Israel, kemudian kerajaan
Israel hancur dan terpecah menjadi dua dimasa kepemimpinan setelahnya.
Singkatnya,
banyak penguasa dalam kisah diatas yang jatuh akibat sesumbar menentang Tuhan.
Kisah
di atas menjadi inpiratif ketika saya mengamati apa yang terjadi di daerah kita
–Kabupaten Tapanuli Tengah-- akhir-akhir ini. Kepogahan, keangkuhan, keegoisan, arogansi dan kesewenang-wenangan pemerintah daerah sangat jelas terpampang di mata kita
semua.
Ada
ASN lanjut usia dimutasi hingga puluhan kilometer jaraknya dari tempat
tinggalnya. Kemudian, adanya bakal calon Kepala Desa yang digugurkan --dibungkam
hak demokrasinya-- tanpa alasan dan dengan cara diluar prosedur yang berlaku. Terakhir,
secara liar menyebar isu dikalangan masyarakat yang muatan isinya bernada meremehkan
Tuhan yang diduga berasal dari seorang pejabat paling wahid di daerah kita saat ini, dengan
menyatakan, “Tuhan pun tak akan menjatuhkan posisiku saat ini sebagai Bup…–disensor--,” katanya sembari menambahkan kata-kata, “Apalagi
rakyat?” ungkapnya dengan tujuan menenangkan para penjilat dibelakangnya.
Ini
benar-benar sebuah kesalahan besar, yang saya yakin pada akhirnya nanti akan
membawa dampak besar pada setiap orang yang sedang berada dalam kursi
kekuasaan, yakni kejatuhan dan kehilangan harga diri serte kehormatan dimata
Tuhan dan masyarakat awam.
Dalam
masyarakat dan bangsa berpaham demokratis, praktek-praktek kesewenang-wenangan dan
pengabaikan terhadap hak-hak masyarakat oleh beberapa pemimpin pemerintahan telah
terbukti akan membawa perlawanan dari rakyat arus bawah, demi tegaknya sebuah
kebenaran dan jatuhnya kekuasaan seorang pemimpin.
Tak
sewajarnya rakyat dibungkam, ditindas dengan azas penyalahgunaan jabatan, serta
membunuh demokrasi demi mempetahankan jabatan serta kekuasaan dan meraup
pundi-pundi.
Pemimpin
baik itu idealnya adalah seorang yang menggahargai kebebasan dan hak demokrasi
orang lain, selama itu masih dalam koridor hukum yang berlaku di Negara ini.
Bukan malah memperalat hukum demi kepentingan pribadi.
Sepenggal
kisah ini adalah sebagai nasehat buat kamu yang duduk di singgasana saat ini.
Bahwa, ingatlah, semut di injak saja akan menggigit, apalagi manusia yang kamu
sakiti dengan segala intrik kotor?
Jangan
merasa berkuasa sendiri, semau gue dan hak orang lain dianggap seolah tidak ada
artinya sama sekali.
Dunia
ini akan berputar, dan putarannya tidak akan kamu mengerti.
Kebangkitan
masyarakat di Desa akhir-akhir ini akan menjadi pertanda awal bangkitnya sebuah
perlawanan besar dikemudian hari, hingga kursi kekuasaanmu terjungkal dan
menempeleng kepalamu sendiri, agar kau tersadar betapa pongah dan angkuhnya dirimu
sebagai pejabat.
Saat
kesadaranmu penuh, disitulah kamu mengerti, bahwa kedaulatan tertinggi adalah
milik masyarakat Desa, untuk itu jangan kamu remehkan orang-orang kampung –yang
dulu kau sebut kepalanya bisa dibeli dengan 1 kg jagal babi-- ini.
Jadilah
pemimpin yang arif dan bijaksana, sebelum kemarahan rakyat semakin besar.
Salam
sada roha dari Anak Medan.
h o r a s !
EmoticonEmoticon