Wednesday, November 20, 2019

Tugas Baru Pak Prof. Muhadjir Effendi

Foto bersama Pak Prof. Muhadjir Effendi

Sewaktu Pak Prof. Muhadjir Effendy masih menjabat Mendikbud di Kabinet Kerja Jokowi periode pertama, kita pernah berdiskusi dengan waktu yang cukup lama mengenai isu-isu pendidikan yang lagi rame diperbincangkan, soal sistem zonasi peserta didik. Sistem itu sekarang lagi berjalan. Kata beliau, demi pemerataan kualitas anak didik. Supaya anak-anak yang pintar tidak hanya terkonsentrasi di sekolah "unggul" di sekolah-sekolah bagus yang mengakibatkan kuota untuk anak-anak "kurang unggul" di wilayah yang sama tidak ada.

Sistem zonasi guru belum sempat beliau terapkan, sekarang beliau sudah diangkat menjadi Menko PMK di Kabinet Indonesia Maju Jokowi periode ke dua.

Sempat kami singgung soal penggantinya, Nadiem Makarim yang dinilai publik kurang "tepat" di posisi Mendikbud karena tidak memiliki rekam jejak di dunia akademisi/pendidikan, soal wacana penghapusan sekolah SMK dan tidak lupa pulak mempertanyakan soal konsep pengembangan SDM di 10 wilayah destinasi wisata unggul dalam rangka menopang kesejahteraan masyarakat sekitar kedepan. Kongkritnya di wilayah Danau Toba.

Soal sekolah SMK, beliau sampaikan ada ketimpangan yang jauh antara tamtan yang dihasilkan dengan kebutuhan daya tampung pekerja di dunia usaha. Kemudian soal kualitas tamatan dan kebutuhan dunia usaha. Lebih besar pasak daripada tiang.

Kita fokus ke konsep pengembangan SDM wilayah Danau Toba. Menurutku, salah satu yang paling mungkin dilakukan adalah merobah mental dan paradigma masyarakat. Dari petani, menjadi pedagang wisata, juga menjadi pengusaha ekonomi kreatif. Atau menumbuhkan kesadaran wisata untuk peningkatan kesejahteraan. Juga kaitannya dengan pelatihan-pelatihan vokasional yang spesifik untuk meningkatkan skill pedagang wisata dan ekonomi kreatif.

Jawaban-jawaban beliau normatif, terlebih soal porsi dan tupoksi Kemenko PMK yang terbatas hanya mengkoordinasi masing-masing kementerian yang berada dibawah koordinasi Kemenko PMK.

Mengenai Nadiem, beliau percaya bahwa semua orang pasti punya kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan segala tugas baru yang diemban. Tanggungjawab perbaikan pendidikan Indonesia kedepan harus kita percayakan kepada Nadiem Makarim.

Namun satu hal, beliau masih tetap enak diajak berdiskusi. Keramahan dan kesederhanaannya sejak pertama mengenal beliau masih tetap sama hingga pertemuan kemarin di Kantor Kemenko PMK.

Mungkin, salah satu pertimbangan Jokowi mempertahankan beliau ada hubungannya dengan kedua aspek itu, tentu selain itu juga ada, pasti lebih besar porsi profesionalitas dan kerja keras. Soal porsi politisnya, jangan tanya saya, karna saya bukan politikus. :D

Salam sada roha dari Anak Medan.

h o r a s !

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon