Sunday, November 13, 2016

MEREKA BERJIHAD HANCURKAN REPUBLIK

Sumber : Facebook
Siporsuk Na Mamora – Lagi-lagi, kita masih belum bisa aman dalam menjalankan ibadah di Republik ini, setelah aksi percobaan pemboman di Gereja Katolik St. Yosef Medan, kini kita benar-benar dikejutkan dengan aksi ledakan di Gereja Oikumene Samarinda, tak tanggung-tanggung memang korbannya para balita dan anak-anak yang tidak berdosa.

Negara yang kita cita-citakan adalah negara yang damai, berkeadilan dan sejahtera, namun belum lagi kita bicara kesejahteraan, kita sudah di hantui rasa takut dimana-mana, terutama di Gereja.

Para pendahulu bersepakat untuk membentuk negeri Bhinneka Tunggal Ika, atau kata umumnya disebut negara majemuk, negara menjamin kebebasan, keamanan setiap warganya, tak peduli agama, suku, ras dan golongannya.

Apa lagi yang bisa dikatakan dari semua kejadian ini? Diam atau memaklumi saja? Atau mungkin menerimanya sebagai takdir minoritas?

Menduga adanya kelompok tertentu yang ingin menanamkan kebencian terhadap kelompok yang lain sudah pasti memiliki alasan kuat dengan berbagai rangkaian kejadian akhir-akhir ini. Adanya kelompok yang memaksakan kehendak di negeri ini untuk menjadikannya sebagai negara agama sudah pasti bukan hanya sebatas dugaan semata, namun beberapa kejadian memperjelas keberadaan mereka.

Kelompok nasionalis dan kelompok pluralis harus bersatu untuk menghadapi ancaman ini, tak lagi cukup hanya retorika para tokoh yang berbicara hanya sebatas kepentingan eksistensi diri yang suatu saat bisa berubah jika keadaan berbalik seperti yang para kelompok agamais tertentu terjadi.


Baru saja kita memperingati sumpah pemuda 28 Oktober 1928 dan Hari Pahlawan 10 November 1945, namun teror tetaplah terjadi.

Kenapa saya sebut Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan? Bukankah ini merupakan semangat awal republik? Dimana pemuda berkumpul lintas daerah, agama dan latar belakang? Mereka berkomitmen untuk membangun sebuah negeri merdeka. Kemudian hari pahlawan, para pahlawan republik tak lagi berfikir tentang agama dan suku mereka, yang mereka tau adalah kemerdekaan republik harus diperjuangkan, dipertahankan dan diisi, bahkan yang tidak memiliki agama sekalipun ikut serta memperjuangkan republik ini.

Teror dan mempertanyakan kembali “Pancasila” adalah kemunduran yang sangat jauh, bahkan sejauh sebelum kemerdekaan. Primordialisme agama hanya akan menghancurkan negeri ini, bukan memperbaikinya. Meletakkan pondasi agama tak lebih baik dari Pancasila di republik ini.

Jihad yang mereka kumandangkan tak semata murni karena kesalehan atau penghayatan tentang agama, tetapi adalah serigala berbulu domba, para kaum penjajah baru yang akan meruntuhkan Pancasila. Mereka hanya ingin meluluhlantakkan republik, lalu menguasainya tanpa ada lagi toleransi buat kelompok yang lain yang mengakibatkan ibu pertiwi sehari-hari akan menangis dan menderita dalam pesakitan.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon