Intan Olivia Br. Marbun |
Siporsuk
Na Mamora : Pakaian kaos oblong hitam yang dikenakan sang pelaku
peledakan bom molotov di Gereja Oikumene Samarinda itu bertuliskan “JIHAD WAY
OF LIFE”.
Saya pernah mendengar dari beberapa sumber
bahwa mati berjihad dikatakan akan masuk “Surga” dan ditambah layanan
bidadari-bidadari cantik nan bohai. Dalam pikiran saya, wah wah wah, itu
sesuatu yang menarik untuk dilakukan memang, pantas saja banyak yang jadi
pengantin bom dimana-mana.
Teman, aku ingin bertanya kepada kita semua,
apakah memamang surga yang abstrak bisa kita capai dengan mengorbankan manusia
di bumi? Bagaimana itu bisa berjalan selama ini menjadi doktrin?
Jika memang surga itu ada, saya akan menuntut
tuhan yang memberi jalan bagi manusia seperti itu untuk masuk ke surga. Saya akan
marah dan mengutuknya.
Anak kecil itu masih putih, tak bernoda, tak
tau apa-apa soal surga dan neraka, yang dia tahu adalah bermain, bernyanyi dan
mendengar cerita di Gereja. Tiba-tiba, seseorang muncul dan melempar Bom
Molotov, dalam otak sang pelaku, dia akan mati sahih dan masuk surga dan
mendapatkan pelayanan sang bidadari cantik nan bohai di tempat selanjutnya.
Seorang pimpinan organisasi di Republik ini,
MUI berkata itu hanya pengalihan isu, isu untuk menyerang para “Jubah Putih”
yang parade kepongahan di DKI Jakarta dan daerah-daerah lainnya 4 November 2016
kemarin, ini ada apa? Hati nuraninya telah buta karena kepongahan kesalehannya
itu, kemanusiaannya sudah lenyap di telan retorika kesalehannya.
Ibu
pertiwi, yang mengandung para anak-anak penerus Republik ini telah tertatih
sakit-sakitan, dia tak lagi mampu mengusap air mata di keningnya, apalagi
merawat anak kecil.
Para
tua-tua telah sibuk berbagi harta warisan, tak peduli itu memakan korban, yang
mereka tau adalah memperoleh bagian yang paling banyak dan kekuasaan. Padahal
mereka tak tahu, harusnya mereka perawat, bukan penguasa. Namun hari ini naluri
kebinatangannya muncul, tak ada bedanya juga ketika ingin merebut Surganya “mereka”.
Ini
ungkapan kepiluan hati atas keadaan Republik dari seorang titisan yang
memperjuangkan Kemerdekaan Republik, dia tidak beragama, juga tidak tau surga,
yang dia tahu membebaskan rakyatnya dari penderitaan, berjuang, merdeka dan
mewariskannya untuk anak-anak Republik selanjutnya.
Teman
yang diam, yakinkan kami bahwa kalian adalah kita, kalian bukan mereka.
Yakinkan kami kalau mereka bukan bagian dari kalian, tapi mereka adalah musuh
kita.
EmoticonEmoticon