Tuesday, November 15, 2016

SI BUTET KORBAN KESERAKAHAN SURGANYA “MEREKA”

Intan Olivia Br. Marbun
Siporsuk Na Mamora : Pakaian kaos oblong hitam yang dikenakan sang pelaku peledakan bom molotov di Gereja Oikumene Samarinda itu bertuliskan “JIHAD WAY OF LIFE”.

Saya pernah mendengar dari beberapa sumber bahwa mati berjihad dikatakan akan masuk “Surga” dan ditambah layanan bidadari-bidadari cantik nan bohai. Dalam pikiran saya, wah wah wah, itu sesuatu yang menarik untuk dilakukan memang, pantas saja banyak yang jadi pengantin bom dimana-mana.

Teman, aku ingin bertanya kepada kita semua, apakah memamang surga yang abstrak bisa kita capai dengan mengorbankan manusia di bumi? Bagaimana itu bisa berjalan selama ini menjadi doktrin?

Jika memang surga itu ada, saya akan menuntut tuhan yang memberi jalan bagi manusia seperti itu untuk masuk ke surga. Saya akan marah dan mengutuknya.

Anak kecil itu masih putih, tak bernoda, tak tau apa-apa soal surga dan neraka, yang dia tahu adalah bermain, bernyanyi dan mendengar cerita di Gereja. Tiba-tiba, seseorang muncul dan melempar Bom Molotov, dalam otak sang pelaku, dia akan mati sahih dan masuk surga dan mendapatkan pelayanan sang bidadari cantik nan bohai di tempat selanjutnya.

Seorang pimpinan organisasi di Republik ini, MUI berkata itu hanya pengalihan isu, isu untuk menyerang para “Jubah Putih” yang parade kepongahan di DKI Jakarta dan daerah-daerah lainnya 4 November 2016 kemarin, ini ada apa? Hati nuraninya telah buta karena kepongahan kesalehannya itu, kemanusiaannya sudah lenyap di telan retorika kesalehannya.

Ibu pertiwi, yang mengandung para anak-anak penerus Republik ini telah tertatih sakit-sakitan, dia tak lagi mampu mengusap air mata di keningnya, apalagi merawat anak kecil.

Para tua-tua telah sibuk berbagi harta warisan, tak peduli itu memakan korban, yang mereka tau adalah memperoleh bagian yang paling banyak dan kekuasaan. Padahal mereka tak tahu, harusnya mereka perawat, bukan penguasa. Namun hari ini naluri kebinatangannya muncul, tak ada bedanya juga ketika ingin merebut Surganya “mereka”.

Ini ungkapan kepiluan hati atas keadaan Republik dari seorang titisan yang memperjuangkan Kemerdekaan Republik, dia tidak beragama, juga tidak tau surga, yang dia tahu membebaskan rakyatnya dari penderitaan, berjuang, merdeka dan mewariskannya untuk anak-anak Republik selanjutnya.

Teman yang diam, yakinkan kami bahwa kalian adalah kita, kalian bukan mereka. Yakinkan kami kalau mereka bukan bagian dari kalian, tapi mereka adalah musuh kita.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon