Tuesday, December 13, 2016

Air Mata Seorang Ibu dan Seorang Ayah

Foto : Wisuda Benardo Sinambela tahun 2015
Siporsuk Na Mamora - Yang pasti, air mata yang pertama yang akan menetes karena kasus ku adalah air mata seorang ibu yang melahirkanku, walaupun aku tau dia begitu kuat dan tangguh, tetapi hatinya selembut sutra. Ayah dan Ibu akan bersedih untukku.

Aku tambahkan lagi soal orang "orde baru", dimasa kejayaan mereka, setiap ada yang kritis, yang pertama mereka serang adalah ibu/ayah atau keluarga dari sang anak yang kritis, apalagi dia yang kritis seorang mahasiswa, sudah pasti cara ini ampuh sekali, itu sudah terbukti sejak dulu.

Tapi aku yakin kepada mereka, bahwa mereka mengerti kegelisahanku ini, dari mereka juga aku belajar tentang Ompu Raja Sisingamangaraja XII, seorang Raja di tanah Batak yang gagah dan tidak mau menyerah terhadap Belanda penjajah.

Aku tau pulak dari mereka, berkali-kali Belanda menawarkan "gelar" kehormatan untuk dia dengan tujuan supaya tunduk kepada Belanda, tapi dia menolaknya hingga dia harus mengorbankan semuanya atas perjuangannya. Itu dia Raja ku dari Tanah Batak kawan, itu dia, kamu harus tau banyak soal dia.

Mereka pasti kuat dan memaklumi resiko yang kuhadapi, mereka pasti mendukungku, mereka tidak akan tunduk terhadap lawanku, itu hal yang pasti. Aku yang dari SMA sudah merantau, mereka tau persis mentalku yang telah ditempah sedemikian rupa. Ayahku yang seorang biasa namun memiliki prinsip kuat dalam keluarga, serta kareakter keras, dan tidak takut pada siapapun, itu yang aku warisi.

Sembari mereka sekarang masih belum tau soal duduk persoalan ini, yang mereka tau aku berurusan dengan Hukum hari ini. Bersabar dan tabahlah, aku pasti pertanggungjawabkan ini untuk kalian.

Kalian yang akan semakin tua, tapi aku tau kalian semakin kuat dalam prinsip, yang kita perjuangkan pelecehan terhadap nilai-nilai perjuangan seorang pahlawan Raja Sisingamangaraja XII melawan Belanda. Mereka ingin menggantikannya dengan seorang tengkulak kampung!

Yakinlah padaku, aku pasti membuat kalian bangga, paling tidak, kalaupun bukan aku, "sahala" itu akan bersamaku. Jikapun aku di balik jeruji kelak, aku pastikan bahwa dia tidak akan meninggalkan pinopparnya pesakitan begitu saja.

Ini bukan soal mistik atau okultisme, tetapi ini soal semangat yang diberi sang nenek moyang terhadap penerusnya. Kini, kalau kau lanjutkan itu dan melanjutkan pulak niatanmu itu, dengan harapan kau dapat dua sekaligus, habislah kau! Bukan aku lawanmu, tapi "sahala" yang hidup di darah dan daging semua orang Batak di penjuru Dunia.

Semoga kau berefleksi atas tindakanmu ini, dan kau sadar! 

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon