Siporsuk Na Mamora - Lumayan lama juga tidak membuat
oret-oretan, jika sudah demikian hanya ada dua kemungkinan, yang pertama saya
sedang larut dalam kesibukan atau yang kedua ada yang lebih menghibur dari
sekedar menulis di layar kaca yang sudah tua ini.
Sebenarnya,
dua-duanya berhasil mengalihkan perhatianku minggu ini, benar-benar menguras
tenaga, fikiran dan juga materi (*ini aku tidak punya). Beradu strategi dan
kemampuan berpolitik kecil-kecilan ala kampung, tapi karna ini di lingkungan
kampus bisalah disebut politik midle atau pertengahan antara politik kampung
dan politik senayan. HaHaHa... Walaupun ada yang bermain seperti politik ala senayan.
Jika
ditanya, apa yang penting diantara semua itu, bagi saya adalah sebuah latihan,
latihan untuk membuktikan bahwa kita tidak buta politik, dalam skop kecil kita
lakukan di dalam kampus sebagai laboratorium berdemokrasi.
Sudah
lama saya terikut-ikut dengan hajatan tahunan ini, selalu saja ada yang
memangil dan menugasi, karena teman-teman semua sudah pada pergi ke tempat yang
jauh, tetapi mereka masih punya keterikatan tanggungjawab mendidik adek-adeknya
untuk menjadi seorang pemimpin yang terlatih kedepannya. Tapi saya tetap saja,
bukan pada porsi pelatih, saya hanya sedang berlatih bersama dengan mereka yang
masih muda-mudi dan penuh semangat. Mungkin sahabat-sahabat yang telah jauh
beranggapan kalau saya masih kurang berlatih. Pretttt...! Karena memang mereka
menugaskanku.
Inilah
kampungannya kami berpolitik, jika ada orang bilang bahwa "tidak ada teman
yang abadi dalam politik, yang ada hanyalah kepentingan abadi", kami malah
berpolitik bermodal perkawanan atau berpolitik untuk mencari kawan baru, atau
berpolitik karena berkawan.
Aneh
saja sebenarnya, kalau mengacu pada kalimat pendek di atas, sejak lama
sebenarnya kami sudah tau bahwa hasilnya 51% gagal dalam orientasi kedudukan struktural
atau jabatan organisatoris.
Namun
jangan salah, setiap keberhasilan harus ada "alat ukur" yang mungkin
bagiku dan bagimu sangat berbeda. Kukasih tau alat ukur ku, bagi ku, kemenangan
dalam orientasi struktural hanyalah hadiah dari usaha kerja-keras 49% sedangkan
keberhasilan 51% adalah nilai-nilai ditambah dengan kegembiraan dalam setiap prosesnya.
Ada
sebuah dilema dalam setiap menjalankan politik kelas kampung ini, saya selalu
terikat dalam emosional yang begitu tinggi, walaupun kenyataannya tidak begitu
signifikan untuk menentukan hasil.
Titik
emosionalnya seperti halnya mengedepankan kedekatan hingga terbawa pada tujuan
menang bersama, itulah titik lemahnya, bagaimanapun saya harus sampaikan kalau
pola yang saya mau bentuk adalah menang bersama kawan-kawan yang telah lama
menjalin komunikasi, tanpa memperdulikan hitung-hitungan yang rasional lagi,
yang penting bisa menang bersama. Sayangnya, saya tidak memiliki begitu banyak
teman. Akhirnya, capaian hasil secara kedudukan struktural kami kalah, kawan
menang.
Dari
semua proses, bagiku yang terpenting adalah usaha dan kerja keras, emosional
yang semakin mengikat dan mesra, kegembiraan dan semangat, yang terakhir adalah
konsistensi dan integritas serta tanggungjawab.
Jika
diijinkan menambahkan, yang terakhir kali adalah nilai, bagaimana menjaga
nilai-nilai keberagaman dalam skop kotak kecil yang kita miliki. Takkan ada
kekalahan selagi kita masih menjaga nilai-nilai itu dalam setiap proses
kedepannya. Kalaupun kalah secara struktural karena bertahan menjaga nilai, itu
adalah kemenangan yang sebenarnya.
Boleh
kita menang secara kalkulasi jumlah, tetapi kita harus tetap berbesar hati
untuk dipimpin walaupun memiliki jumlah yang lebih kecil. Itu nilai yang paling
tinggi yang telah berhasil kita jaga hingga hari ini.
Tetaplah
memberi warna, warna akan lebih indah jika disandingkan dengan warna yang
berbeda-beda.
Politik
itu suci, hanya terkadang prosesnya yang membuat kotor, tapi semuanya itu adalah
seni, seni untuk mempersatukan gagasan.
Okelah, saya sudah ngopi-ngopi beberapa kali
kemarin dengan adek-adek, jadi yang pasti saya telah menemukan generasi yang
memiliki keterpanggilan untuk mendidik adek-adekan kedepannya, saya lihat
semangat itu dimata mereka. Sementara itu, ijinkan saya istirahat ya, kalaupun
terkadang saya nanti akan marah kalau tidak ada lagi nilai-nilai yang dijaga
ketat.
EmoticonEmoticon