Saturday, December 17, 2016

Politik Perkawanan


Siporsuk Na Mamora - Lumayan lama juga tidak membuat oret-oretan, jika sudah demikian hanya ada dua kemungkinan, yang pertama saya sedang larut dalam kesibukan atau yang kedua ada yang lebih menghibur dari sekedar menulis di layar kaca yang sudah tua ini.

Sebenarnya, dua-duanya berhasil mengalihkan perhatianku minggu ini, benar-benar menguras tenaga, fikiran dan juga materi (*ini aku tidak punya). Beradu strategi dan kemampuan berpolitik kecil-kecilan ala kampung, tapi karna ini di lingkungan kampus bisalah disebut politik midle atau pertengahan antara politik kampung dan politik senayan. HaHaHa... Walaupun ada yang bermain seperti politik ala senayan.

Jika ditanya, apa yang penting diantara semua itu, bagi saya adalah sebuah latihan, latihan untuk membuktikan bahwa kita tidak buta politik, dalam skop kecil kita lakukan di dalam kampus sebagai laboratorium berdemokrasi.

Sudah lama saya terikut-ikut dengan hajatan tahunan ini, selalu saja ada yang memangil dan menugasi, karena teman-teman semua sudah pada pergi ke tempat yang jauh, tetapi mereka masih punya keterikatan tanggungjawab mendidik adek-adeknya untuk menjadi seorang pemimpin yang terlatih kedepannya. Tapi saya tetap saja, bukan pada porsi pelatih, saya hanya sedang berlatih bersama dengan mereka yang masih muda-mudi dan penuh semangat. Mungkin sahabat-sahabat yang telah jauh beranggapan kalau saya masih kurang berlatih. Pretttt...! Karena memang mereka menugaskanku.

Inilah kampungannya kami berpolitik, jika ada orang bilang bahwa "tidak ada teman yang abadi dalam politik, yang ada hanyalah kepentingan abadi", kami malah berpolitik bermodal perkawanan atau berpolitik untuk mencari kawan baru, atau berpolitik karena berkawan.

Aneh saja sebenarnya, kalau mengacu pada kalimat pendek di atas, sejak lama sebenarnya kami sudah tau bahwa hasilnya 51% gagal dalam orientasi kedudukan struktural atau jabatan organisatoris.

Namun jangan salah, setiap keberhasilan harus ada "alat ukur" yang mungkin bagiku dan bagimu sangat berbeda. Kukasih tau alat ukur ku, bagi ku, kemenangan dalam orientasi struktural hanyalah hadiah dari usaha kerja-keras 49% sedangkan keberhasilan 51% adalah nilai-nilai ditambah dengan kegembiraan dalam setiap prosesnya.

Ada sebuah dilema dalam setiap menjalankan politik kelas kampung ini, saya selalu terikat dalam emosional yang begitu tinggi, walaupun kenyataannya tidak begitu signifikan untuk menentukan hasil.

Titik emosionalnya seperti halnya mengedepankan kedekatan hingga terbawa pada tujuan menang bersama, itulah titik lemahnya, bagaimanapun saya harus sampaikan kalau pola yang saya mau bentuk adalah menang bersama kawan-kawan yang telah lama menjalin komunikasi, tanpa memperdulikan hitung-hitungan yang rasional lagi, yang penting bisa menang bersama. Sayangnya, saya tidak memiliki begitu banyak teman. Akhirnya, capaian hasil secara kedudukan struktural kami kalah, kawan menang.

Dari semua proses, bagiku yang terpenting adalah usaha dan kerja keras, emosional yang semakin mengikat dan mesra, kegembiraan dan semangat, yang terakhir adalah konsistensi dan integritas serta tanggungjawab.

Jika diijinkan menambahkan, yang terakhir kali adalah nilai, bagaimana menjaga nilai-nilai keberagaman dalam skop kotak kecil yang kita miliki. Takkan ada kekalahan selagi kita masih menjaga nilai-nilai itu dalam setiap proses kedepannya. Kalaupun kalah secara struktural karena bertahan menjaga nilai, itu adalah kemenangan yang sebenarnya.

Boleh kita menang secara kalkulasi jumlah, tetapi kita harus tetap berbesar hati untuk dipimpin walaupun memiliki jumlah yang lebih kecil. Itu nilai yang paling tinggi yang telah berhasil kita jaga hingga hari ini.

Tetaplah memberi warna, warna akan lebih indah jika disandingkan dengan warna yang berbeda-beda.

Politik itu suci, hanya terkadang prosesnya yang membuat kotor, tapi semuanya itu adalah seni, seni untuk mempersatukan gagasan.

Okelah, saya sudah ngopi-ngopi beberapa kali kemarin dengan adek-adek, jadi yang pasti saya telah menemukan generasi yang memiliki keterpanggilan untuk mendidik adek-adekan kedepannya, saya lihat semangat itu dimata mereka. Sementara itu, ijinkan saya istirahat ya, kalaupun terkadang saya nanti akan marah kalau tidak ada lagi nilai-nilai yang dijaga ketat. 

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon