Siporsuk Na Mamora - Malam ini rasanya seperti
kembali kemasa tiga tahun sebelumnya, semasa kuliah dan menjadi mahasiswa dari salah
satu Universitas di Kota Medan, masa-masa dimana kami saling berbagi dan
belajar tentang banyak hal, terlebih tentang organisasi yang sama-sama kami
berada didalamnya yaitu GMKI.
Sebenarnya,
banyak hal yang ingin saya ceritakan, tentang histori dan nostalgia semasa
berjuang bersama dengan kawan-kawanku ini, memang beda umur kami lumayan, jika
abang kami James Ambarita stambuk 2006, saya 2008, lalu kawan Firdaus Sirait
stambuk 2009, dan terakhir adek kami Jesaya Surbakti stambuk 2013, yang
terakhir ini hanya sebagai perekam histori kami bertiga saja.
Sejak
lama rasanya kami telah menyatu menjadi satu, umur sudah tak lagi menghalangi
niat kami bersama untuk akrab layaknya seperti sebaya, segala hal kami
ceritakan, tak semua pulak berjalan lancar, ada momen dimana kami juga harus
berdebat, ku katakan itu sebagai latihan untuk beretorika belaka, bukan jadi
penambah jarak diantara kami, karena memang pengalamanku bersama mereka sudah
lumayan panjang, jadi semua perbedaan pendapat itu hanya sebagai perekat
diantara kami.
Hari
ini bisa kami buktikan kedekatan kami, bisa munum kopi dan duduk bersama untuk
sekedar berefleksi akan segala hal yang telah kami lalui masing-masing setelah
terpisah sendiri-sendiri, ada yang telah bekerja profesional, adek kami yang
satu masih kuliah, aku dan bang James Ambarita masih begitu-begitu saja.
Khusus
kami bertiga dipertemukan di suatu organisasi kemahasiswaan yaitu GMKI, kami
bertiga juga pernah sebagai Senat Mahasiswa di waktu yang berbeda-beda, tapi
berurutan tahun.
Berupaya
belajar itu sudah pasti, bekerja sama itu juga sudah pasti, yang belum pasti
ketika orang bilang kami telah "melakukan" sesuatu yang bermakna buat
orang banyak, karena memang kami tidak pernah "merasa" berbuat
banyak, kami hanya mengikuti keyakinan hati kami, jika orang bilang itu
"berjuang" kami belum yakin apakah itu suatu upaya berjuang, namun
jika kawan-kawan sudah bilang begitu ya... mungkin itu pendapat mereka saja.
Pernah
sekali, aku bersama bang James Ambarita berangkat ke kongres GMKI yang
ketepatan dilaksanakan di Pontianak, tertatih-tatih berupaya mencari ongkos ke
kongres GMKI di tahun 2014 untuk membawa isu perjuangan implementasi UU No 14
tahun 2008 tentang Transparansi yang pada waktu itu telah bergulir persidangannya
di PTUN Medan setelah menang di KIP Pusat, tujuan kami agar dilakukan gerakan
secara nasional untuk mengawal kasus KIP.
Hasilnya
mamang tak sesuai harapan, kekalahan di Mahkamah Agung adalah pil pahit yang
paling kecil dibanding dengan pil pahit yang lain, seperti pemacatan dari
Universitas tergugat, dan kurangnya dukungan dari kawan-kawan organisasi
gerakan tempat kami belajar.
Memang
kami tak seprofesional mereka yang telah lama berkecimpung di dunia hukum,
tetapi satu hal yang perlu kami ambil makna dari proses ini adalah soal keteguhan
hati untuk tetap berpihak dan secara tidak sadar kami telah dibentuk lebih kuat
dibandingkan dengan mereka yang hanya sekedar mencibir dan menyalahkan gerakan
yang dilakukan oleh bang James Ambarita, ini adalah satu-satunya tokoh
mahasiswa yang dikenal dengan tokoh transparansi pertama yang telah berjuang
mengaplikasikan UU Transparansi di Sumatera Utara.
Begitulah
pengalaman yang kami lalui bersama. Walaupun kami hari ini telah berbeda-beda
kesibukan, tetapi kami masih memiliki rasa rindu untuk bertemu satu dan yang
lain walau hanya sekedar minum kopi di Medan dan bercengkrama yang disisipi
sesekali dengan diskusi serius namun tetap dengan suasana kekeluargaan yang
hangat.
Terimakasih untuk kawan-kawanku atas rasa
kekeluargaan yang masih begitu kental diantara kita. Sampai bertemu lagi di
kemudian hari, tentu dengan pengalaman kebahagiaan yang semakin bertambah.
EmoticonEmoticon