Tuesday, December 20, 2016

Benang Biru Yang Mengikat


Siporsuk Na Mamora - Malam ini rasanya seperti kembali kemasa tiga tahun sebelumnya, semasa kuliah dan menjadi mahasiswa dari salah satu Universitas di Kota Medan, masa-masa dimana kami saling berbagi dan belajar tentang banyak hal, terlebih tentang organisasi yang sama-sama kami berada didalamnya yaitu GMKI.

Sebenarnya, banyak hal yang ingin saya ceritakan, tentang histori dan nostalgia semasa berjuang bersama dengan kawan-kawanku ini, memang beda umur kami lumayan, jika abang kami James Ambarita stambuk 2006, saya 2008, lalu kawan Firdaus Sirait stambuk 2009, dan terakhir adek kami Jesaya Surbakti stambuk 2013, yang terakhir ini hanya sebagai perekam histori kami bertiga saja.

Sejak lama rasanya kami telah menyatu menjadi satu, umur sudah tak lagi menghalangi niat kami bersama untuk akrab layaknya seperti sebaya, segala hal kami ceritakan, tak semua pulak berjalan lancar, ada momen dimana kami juga harus berdebat, ku katakan itu sebagai latihan untuk beretorika belaka, bukan jadi penambah jarak diantara kami, karena memang pengalamanku bersama mereka sudah lumayan panjang, jadi semua perbedaan pendapat itu hanya sebagai perekat diantara kami.

Hari ini bisa kami buktikan kedekatan kami, bisa munum kopi dan duduk bersama untuk sekedar berefleksi akan segala hal yang telah kami lalui masing-masing setelah terpisah sendiri-sendiri, ada yang telah bekerja profesional, adek kami yang satu masih kuliah, aku dan bang James Ambarita masih begitu-begitu saja.

Khusus kami bertiga dipertemukan di suatu organisasi kemahasiswaan yaitu GMKI, kami bertiga juga pernah sebagai Senat Mahasiswa di waktu yang berbeda-beda, tapi berurutan tahun.

Berupaya belajar itu sudah pasti, bekerja sama itu juga sudah pasti, yang belum pasti ketika orang bilang kami telah "melakukan" sesuatu yang bermakna buat orang banyak, karena memang kami tidak pernah "merasa" berbuat banyak, kami hanya mengikuti keyakinan hati kami, jika orang bilang itu "berjuang" kami belum yakin apakah itu suatu upaya berjuang, namun jika kawan-kawan sudah bilang begitu ya... mungkin itu pendapat mereka saja.

Pernah sekali, aku bersama bang James Ambarita berangkat ke kongres GMKI yang ketepatan dilaksanakan di Pontianak, tertatih-tatih berupaya mencari ongkos ke kongres GMKI di tahun 2014 untuk membawa isu perjuangan implementasi UU No 14 tahun 2008 tentang Transparansi yang pada waktu itu telah bergulir persidangannya di PTUN Medan setelah menang di KIP Pusat, tujuan kami agar dilakukan gerakan secara nasional untuk mengawal kasus KIP.

Hasilnya mamang tak sesuai harapan, kekalahan di Mahkamah Agung adalah pil pahit yang paling kecil dibanding dengan pil pahit yang lain, seperti pemacatan dari Universitas tergugat, dan kurangnya dukungan dari kawan-kawan organisasi gerakan tempat kami belajar.

Memang kami tak seprofesional mereka yang telah lama berkecimpung di dunia hukum, tetapi satu hal yang perlu kami ambil makna dari proses ini adalah soal keteguhan hati untuk tetap berpihak dan secara tidak sadar kami telah dibentuk lebih kuat dibandingkan dengan mereka yang hanya sekedar mencibir dan menyalahkan gerakan yang dilakukan oleh bang James Ambarita, ini adalah satu-satunya tokoh mahasiswa yang dikenal dengan tokoh transparansi pertama yang telah berjuang mengaplikasikan UU Transparansi di Sumatera Utara.

Begitulah pengalaman yang kami lalui bersama. Walaupun kami hari ini telah berbeda-beda kesibukan, tetapi kami masih memiliki rasa rindu untuk bertemu satu dan yang lain walau hanya sekedar minum kopi di Medan dan bercengkrama yang disisipi sesekali dengan diskusi serius namun tetap dengan suasana kekeluargaan yang hangat.

Terimakasih untuk kawan-kawanku atas rasa kekeluargaan yang masih begitu kental diantara kita. Sampai bertemu lagi di kemudian hari, tentu dengan pengalaman kebahagiaan yang semakin bertambah. 

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon