Jokowi - Ahok dan Penghakiman Yesus oleh Raja Pontius Pilatus |
Siporsuk Na Mamora – Jangan marah ya kawan, kalau saya
mengutip beberapa kisah penting perjalanan Yesus orang Nazaret dari buku yang
bagiku adalah karya sastra paling populer itu. Berpikirlah itu karya sastra,
supaya jiwamu tak tersiksa apalgi menuduh saya membela Ahok dengan Agama, tidak,
saya tidak berfikir begitu, hanya saja kisahnya menurutku paling relefan untuk
situasi politik Indonesia hari ini.
Barabas
yang sebelumnya dalam tulisan berjudul “Yesus dari Nazaret dan Ahok dari Belitung” telah saya jabarkan panjang lebar. Seorang narapidana di Kekaisaran
Romawi jaman Yesus di Yerusalem, di dakwa sebagai penghasut, penentang
pemerintahan, pembunuh dan pencuri, bertemu dengan Yesus pada hari terakhir penghakiman
Yesus di hadapan Raja Pontius Pilatus penguasa (Gubernur) Galilea. Atas permintaan rakyat dan para ahli-ahli lalim
yang ramai-ramai mendesak Pilatus, Barabas pun bebas dan Yesus dihukum mati,
sekalipun yang mulia Pilatus tidak menemukan kesalahan Yesus, namun tekanan
kepadanya ditambah untuk mengamankan posisinya sebagai Raja di Galilea, ia pun
akhirnya dengan pertimbangan politik memutuskan Yesus di Salib (waktu itu penyaliban dilaksanakan di Golgata).
Kejadian ini juga dikenal dengan “politik cuci tangan” Pilatus.
Dalam
sejarah penghakiman terakhir Yesus dan Barabas yang kebetulan bersamaan di
hadapan Pilatus, secara kasat mata sederhananya kita bisa melihat ada 4
kubu/tokoh penting disana, yang pertama Yesus, kedua Barabas, ketiga para lalim
atau ahli-ahli taurat, dan keempat adalah Pontius Pilatus (pejabat pemerintah).
Siapakah
Barabas-nya Indonesia saat ini? Ya... Ada Ratna, Dani, Kivlan, Eko, Firza,
Adityawarman, Rachmawati, Sri Bintang, Jamran dan Rizal (hemat saya ini masih sebagian, akan ada lagi yang ketangkap di
kemudian hari). Mungkin perbedaannya hanya soal belum jadi tersangka atau
terpidana yang akan disidangkan di Kejaksaan Agung sebagai pengadilan terakhir
Negara.
Harus
diketahui bahwa Ratna Sarumpaet-dkk dulunya juga pernah dituduh akan melakukan
makar pada masa pemerintahan SBY, nyatanya hanya bakar-bakar ikan. Namun hari
ini lebih jauh lagi, ditangkap Polisi dengan dugaan melakukan makar atau bahasa
sederhananya memberontak terhadap
pemerintahan yang sah terpilih melalui demokrasi. Saya berfikir kalau-kalau yang
saat ini benar dan yang dulu hanya pengalihan isu dibalik rencana kenaikan BBM
dan yang lain-lain.
Sekarang
kita beralih ke tokoh keempat, Jokowi yang sekarang sebagai penguasa, apakah
Jokowi akan menjadi Pilatus kedua? Atau dia tau soal sejarah ini dan menjadi
bijak?
Fakta
sejarah mengungkap bahwa Pontius Pilatus akhirnya mengalami malapetaka politik dan
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di dalam penjara. Hukuman itu dijatuhkan
padanya oleh Kaisar Tiberius untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya telah
menyalibkan Yesus. Itulah yang terjadi karena kesalahannya, dia tidak berhasil “cuci
tangan”, para lalim dan ahli-ahli tauratpun tidak bisa menjadi alasan baginya
untuk tidak mendapat hukuman dari Kaisar Tiberius. Maksud hati mau mengamankan
kursi kerajaannya di Galilea, kenyataan yang terjadi adalah mengikuti kemauan
dari para ahli-ahli taurat dan lalim tidaklah bisa menyelamatkan posisi dan
hidupnya, istrinyapun meninggal setelah Pilatus bunuh diri. Itulah yang terjadi
pada Pilatus karena memang dia melawan kata hati dan kebenaran bahwa Yesus
tidak bersalah!
Selanjutnya
bagaimana kemudian kehidupan si Barabas yang dilepaskan dan kelanjutan Kekaisaran
Romawi? Kapan kapan kita bahas ya, kita rampungkan dulu sampai disini. Yang
pasti tindakan Jokowi berbeda dari Pilatus dalam menyikapi kasus “penistaan
Agama” yang dituduhkan kepada Ahok.
Ahok
yang antitesa kepemimpinan di Indonesia saat ini patutlah menjadi sejarah
paling di ingat di masa kekuasaan Jokowi ini. Dizaman edan, ada yang berjubah
nabi tetapi korupsi, ada yang berjubah nabi tetapi berganja, ada yang berjubah
bak nabi tapi penipu, ada yang bicara santun dan ramah tetapi sebenarnya untuk
membodohi raknyat. Ada lagi, korupsi percetakan kitab suci, ada lagi yang
berjubah korupsi sapi dan ada yang berjubah juga, tapi pergi ke TPL (Ehhh... kok jadi ngawur ke Tapanuli ya?).
Mana
yang kau pilih? Yang berjubah bak nabi, yang bicara santun? Atau yang Gendeng
dan bicara kasar tapi Jujur, Tidak Korupsi dan tidak berkompromi dengan
penjahat anggran? Silahkan anda putuskan sendiri.
EmoticonEmoticon