Friday, December 2, 2016

Jokowi Penguasa Indonesia dan Kisah Pilatus Penguasa Galilea

Jokowi - Ahok dan Penghakiman Yesus oleh Raja Pontius Pilatus
Siporsuk Na Mamora – Jangan marah ya kawan, kalau saya mengutip beberapa kisah penting perjalanan Yesus orang Nazaret dari buku yang bagiku adalah karya sastra paling populer itu. Berpikirlah itu karya sastra, supaya jiwamu tak tersiksa apalgi menuduh saya membela Ahok dengan Agama, tidak, saya tidak berfikir begitu, hanya saja kisahnya menurutku paling relefan untuk situasi politik Indonesia hari ini.

Barabas yang sebelumnya dalam tulisan berjudul “Yesus dari Nazaret dan Ahok dari Belitung” telah saya jabarkan panjang lebar. Seorang narapidana di Kekaisaran Romawi jaman Yesus di Yerusalem, di dakwa sebagai penghasut, penentang pemerintahan, pembunuh dan pencuri, bertemu dengan Yesus pada hari terakhir penghakiman Yesus di hadapan Raja Pontius Pilatus penguasa (Gubernur) Galilea. Atas permintaan rakyat dan para ahli-ahli lalim yang ramai-ramai mendesak Pilatus, Barabas pun bebas dan Yesus dihukum mati, sekalipun yang mulia Pilatus tidak menemukan kesalahan Yesus, namun tekanan kepadanya ditambah untuk mengamankan posisinya sebagai Raja di Galilea, ia pun akhirnya dengan pertimbangan politik memutuskan Yesus di Salib (waktu itu penyaliban dilaksanakan di Golgata). Kejadian ini juga dikenal dengan “politik cuci tangan” Pilatus.

Dalam sejarah penghakiman terakhir Yesus dan Barabas yang kebetulan bersamaan di hadapan Pilatus, secara kasat mata sederhananya kita bisa melihat ada 4 kubu/tokoh penting disana, yang pertama Yesus, kedua Barabas, ketiga para lalim atau ahli-ahli taurat, dan keempat adalah Pontius Pilatus (pejabat pemerintah).

Siapakah Barabas-nya Indonesia saat ini? Ya... Ada Ratna, Dani, Kivlan, Eko, Firza, Adityawarman, Rachmawati, Sri Bintang, Jamran dan Rizal (hemat saya ini masih sebagian, akan ada lagi yang ketangkap di kemudian hari). Mungkin perbedaannya hanya soal belum jadi tersangka atau terpidana yang akan disidangkan di Kejaksaan Agung sebagai pengadilan terakhir Negara.

Harus diketahui bahwa Ratna Sarumpaet-dkk dulunya juga pernah dituduh akan melakukan makar pada masa pemerintahan SBY, nyatanya hanya bakar-bakar ikan. Namun hari ini lebih jauh lagi, ditangkap Polisi dengan dugaan melakukan makar atau bahasa sederhananya memberontak terhadap pemerintahan yang sah terpilih melalui demokrasi. Saya berfikir kalau-kalau yang saat ini benar dan yang dulu hanya pengalihan isu dibalik rencana kenaikan BBM dan yang lain-lain.

Sekarang kita beralih ke tokoh keempat, Jokowi yang sekarang sebagai penguasa, apakah Jokowi akan menjadi Pilatus kedua? Atau dia tau soal sejarah ini dan menjadi bijak?

Fakta sejarah mengungkap bahwa Pontius Pilatus akhirnya mengalami malapetaka politik dan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di dalam penjara. Hukuman itu dijatuhkan padanya oleh Kaisar Tiberius untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya telah menyalibkan Yesus. Itulah yang terjadi karena kesalahannya, dia tidak berhasil “cuci tangan”, para lalim dan ahli-ahli tauratpun tidak bisa menjadi alasan baginya untuk tidak mendapat hukuman dari Kaisar Tiberius. Maksud hati mau mengamankan kursi kerajaannya di Galilea, kenyataan yang terjadi adalah mengikuti kemauan dari para ahli-ahli taurat dan lalim tidaklah bisa menyelamatkan posisi dan hidupnya, istrinyapun meninggal setelah Pilatus bunuh diri. Itulah yang terjadi pada Pilatus karena memang dia melawan kata hati dan kebenaran bahwa Yesus tidak bersalah!

Selanjutnya bagaimana kemudian kehidupan si Barabas yang dilepaskan dan kelanjutan Kekaisaran Romawi? Kapan kapan kita bahas ya, kita rampungkan dulu sampai disini. Yang pasti tindakan Jokowi berbeda dari Pilatus dalam menyikapi kasus “penistaan Agama” yang dituduhkan kepada Ahok.

Ahok yang antitesa kepemimpinan di Indonesia saat ini patutlah menjadi sejarah paling di ingat di masa kekuasaan Jokowi ini. Dizaman edan, ada yang berjubah nabi tetapi korupsi, ada yang berjubah nabi tetapi berganja, ada yang berjubah bak nabi tapi penipu, ada yang bicara santun dan ramah tetapi sebenarnya untuk membodohi raknyat. Ada lagi, korupsi percetakan kitab suci, ada lagi yang berjubah korupsi sapi dan ada yang berjubah juga, tapi pergi ke TPL (Ehhh... kok jadi ngawur ke Tapanuli ya?).

Mana yang kau pilih? Yang berjubah bak nabi, yang bicara santun? Atau yang Gendeng dan bicara kasar tapi Jujur, Tidak Korupsi dan tidak berkompromi dengan penjahat anggran? Silahkan anda putuskan sendiri.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon