Foto Ilustrasi Pendekar Mandrasakti 212 Wiro Sableng |
Siporsuk Na Mamora – Nak, nanti sekolah minggu yang
benar ya... Jangan bolos ke Gereja karena nonton di lapo, begitu pesan Inong (Ibu) dulu pada saya di hari minggu pagi
sembari memberi beberapa koin uang untuk kolekte dan jajan.
Kenapa
Inong saya begitu takut kalau-kalau saya tidak sampai ke Gereja? HaHaHa, karena
waktu itu ada filem kesukaanku, Wiro Sableng (Pendekar Kapak Sakti Mandraguna 212) yang kalau tidak salah ingat
disiarkan minggu pagi pukul 09.00 atau 10.00 WIB.
Hidup
sebagai pengelana, sakti mandraguna, sederhana, selalu membela orang lemah dan
yang paling ku ingat, dia pake pakaian baju putih yang dikepalanya ada ikatan (tidak tau namanya) bentuk segitiga,
jika sudah terluka dan mengalami kekalahan, dia akan mengeluarkan Kapak Sakti
Mandraguna 212 miliknya yang tersimpan di dadanya.
Tokoh
fiksi ini benar-benar menjadi idola di masa kanak-kanak, teringat kalau main
berantam-berantam sama kawan-kawan SD, ada-ada saja yang memakai jurus-jurus
Wiro Sableng yang diajarkan si Sinto Gendeng gurunya yang hobby minum arak.
Tapi
kelihatannya bukan saya saja yang masih mengingat si gendeng dengan nomor sakti
121 itu, aku yang sudah jadi dewasa dan “mereka” yang mungkin dulu dimasa-masa
filem itu masih remaja atau katakanlah muda ternyata masih mengingatnya hingga
kini, bahkan dengar-dengar hari ini (1/12)
akan melaksanakan seremonial di Jakarta, tak tanggung-tanggung peserta hadir dari
penjuru republik ini, bersepakat memakai dress cod “jubah putih”. Terkait
kehadiran dari daerah dan ada yang sampai berjalan kaki mungkin mereka adalah
idola fanatik tokoh fiksi itu yang berkelana jalan kaki kemana-mana dengan
sendal kayu dan ada pengikatnya panjang hingga ke betis (apakah mereka yang berjalan kaki juga memakai sendal itu ya?).
Hei...
Ada yang penting, ingat dulu Wiro Sableng? Dia adalah pembela yang lemah,
masyarakat yang tertindas dan terpinggirkan karena korban pemerasan dari oknum yang
berkarakter jahat, karakternya itu bisa saja terbentuk karena berasal dari anak orang miskin, yang ibu dan
bapaknya mati dibunuh penjahat semasa dia kecil.
Itu
kan Wiro Sableng yang dulu, sekarang ada loh, tapi lawannya bukan penjahat,
lawannya orang baik yang tidak korup, tidak kompromi sama penjahat anggaran dan
menjalankan pemerintahan DKI dengan transparan, hanya satu kurangnya, dia
agak-agak ada Gendengnya, bicara blak-blakan, tak jaim untuk popularitas.
Bedanya
lagi, dulu Wiro Sableng berkelana sendiri saja sejak dia berumur 17 tahun,
lawannya yang banyak dimana-mana, kemanapun dia berjalan pasti ada-ada saja orang
jahat yang memeras dan memperbudak warga. Yang sekarang banyak bro... Lawannya
sendiri, bukan pendekar dan bukan berasal dari keluarga berkuasa, dia hanya
orang biasa.
Terakhir
perbedaannya, kalau dulu membela manusia, sekarang berubah jadi pembela Tuhan.
Kalau dulu menjadi pahlawan bagi rakyat kecil/marjinal, sekarang ingin menjadi
pahlawan bagi Tuhan (bukankah Tuhan
pelindung kita ya? *bingung). Jangan-jangan setelah menghilang beberapa
tahun ternyata dia sedang berguru untuk meningkatkan kesaktiannya.
Kalau
Wiro Sableng-nya banyak, tentu Sinto Gendengnya juga banyak dong? Mana mungkin
si Sinto Gendeng sendiri yang melatihnya, kalaupun sendiri, pasti lebih gendeng
lagi dari Sinto Gendeng yang dulu.
EmoticonEmoticon