Sunday, December 4, 2016

Menggugat Kekuasaan Tuhan

Foto Ilustrasi Kepongahan Iman
Siporsuk Na Mamora – Maafkan aku kawanku, kalau-kalau kau benci samaku karena tulisan-tulisan konyolku ini, aku hanya sedang menghibur diri, aku begini karena kecelakaan hati, yang waktu itu tak bisa menyampaikan perasaanku secara langusung, maka aku setia dalam menulisnya di atas kertas. Tak apa karena aku menemukan diriku disini, jika aku kurang menyenangkan, maka itu YA, sebab memang kesenanganku ini berawal dari kecelakaan.

Akupun masa itu berharap agar Tuhan memberiku kesempatan untuk belajar lebih baik, menjadi pintar dan menjadi orang yang menyenangkan, tetapi ternyata Dia tak mengabulkannya, mungkin Dia memiliki tujuan lain, sementara itu aku hanya berharap suatu saat si dia membaca tilisanku di kertas yang telah lama tersimpan itu. Yang paling parah, terkadang dalam doaku terkesan memaksa Tuhan untuk memutuskan aku hidup bersama dia kelak.

Tak ada yang baru soal menggugat kekuasaan Tuhan, kita bisa belajar dari banyak buku-buku histori, tak masalah kalau itu novel dan buku akademis. Yang terpenting dari semua itu, bahwa anda harus tetap percaya dan kokoh dalam keimanan anda, tak ada yang luput dari kekuasaan-Nya, jalan kita telah dituliskan oleh-Nya.

Aku berpendapat bahwa tak ada yang membanggakan dari menjadi seorang Kristen atau agamais, aku dan anda sama-sama hidup dalam pengharapan akan keberpihakan kekuatan gaib itu, agar kita hidup di bumi mendapatkan kebahagiaan dan mati kelak masuk sorga. Hanya ada tambahan sebagai gambaran pemahamanku soal Tuhan ini, bahwa sesungguhnya kita hidup dalam pengawasannya, dia mengawasi hati, pikiran dan tingkah laku kita. Otoritasnya juga yang akan menentukan kau layak masuk surga atau tidak, kalau dalam kekristenan, hanya kasih-Nya-lah senantiasa yang memberimu keselamatan di bumi dan kelak masuk ke surga, perbuatan baik dan semuanya itu adalah wujud dari rasa syukur kita atas Dia yang telah mengasihi kita terlebih dahulu. Di satu sisi aku bersyukur karena Kasih itu dan segala histori yang telah kubaca dan ku alami tentang ke-Kristen-an.

Bagi saudara/i yang akhir-akhir ini mengalami perasaan orgasme karena angka 7,5 juta di Monas, lihatlah, memang anda patut berorgasme, akupun mengakui kekuatan kalian, jangan ragukan lagi kalau kalian kuat dan akan menang dan mendapatkan orgasme yang lebih nikmat lagi di kemudian hari dengan tertangkapnya si Gendeng Ahok.

Sedikit kita beralih ke masa Perang Salib (1096 sampai 1487), ada tercatat sekitar 9 kali perang, dan tentara salib hanya menang 2 kali.

Sebagai seorang Kristen, saya juga jijik membaca histori itu, bukan karena kekalahan atas tentara Islam, tetapi karena agama yang dijadikan sebagai alat untuk merebut kekuasaan, obyek vital, memerkosa dan merampas hak orang lain. Itu adalah hal yang sangat tidak terpuji, dengan gagahnya dan dengan kepongahan Imannya membuat salib yang begitu besar dan diarak di bagian terdepan sebagai simbol bahwa Tuhan bersama mereka, bahwa mereka berperang atas nama Tuhan dan kebenaran Tuhan. Saya tidak tau apakah Tuhan mereka itu adalah Tuhan yang ku kenal atau Tuhan mereka adalah feodalisme seorang Paus. Ketika mereka kalah, mereka mengutuki Tuhan, dan kepercayaan merekapun hilang yang digambarkan lewat tingkah-tingkah tentara salib yang tidak terpuji itu.

Jika itu terjadi di Timur Tengah dan Eropa pada tahun 1096 sampai 1487, maka bisa anda bayangkan kemunduran luar biasa jauh berabad-abad yang kita alami di republik ini. Memperhadapkan 2 kubu memang kelihatan membanggakan dan menimbulkan keseruan tersendiri bagi para anak-anak republik yang belum cukup pengetahuan ini. Anak-anak yang lebih dulu dikenalkan kenikmatan surga ketimbang kenikmatan persaudaraan dengan yang berbeda keyakinan, suku atau ras, yang di ajarkan lebih dulu bagaimana masuk sorga ketimbang hasil penjumlahan 2+2.

Peradaban kita memang terlambat, tetapi kita tidak harus mengalami kisah kelam ini untuk melangkah ke peradaban lebih maju, kita semua cukup belajar dan membaca serta kemudian mengambil hikmah dari kejadian-kejadian itu.

Ingatlah kata petuah (poda) bahwa “kau tidak akan mungkin mengasihi Tuhan yang tidak kau lihat sementara kau tidak bisa mengasihi manusia yang kau lihat”. Bersenang-senanglah sebagai anak-anak republik yang tercinta dan penuh keindahan ini.

Jika di Jakarta kamu tidak bisa menikmati keindahan alam ini, berkunjunglah ke Danau Toba, sambil minum kopi dan mendengar anak-anak bernyanyi lagu Batak dengan merdu, kaupun tak perlu bayar air untuk mandi dan ber-wudhu, airnya bersih dari abu-abu dan polusi asap kendaraan, untuk harga airnya cukup kau simpan sampah bungkus sampomu setelah mandi atau jangan lupa bawa sajadah mu kembali setelah kau menunaikan ibadah sholat di pinggir Danau Toba. 

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon