Saturday, January 14, 2017

Gejala Baper di Jaman Nitizen

Sumber Foto : Google
Siporsuk Na Mamora - Ini jaman memang sudah sangat edan ya, sedikit-sedikit ada aja yang selalu bikin lelucon nyentrik, bagaimana tidak, saat anda menulis apapun di media sosial, orang-orang yang berada dan bahkan diluar pertemaman anda akan bilang begini "hah? maksudnya gue?".

Beda lagi ketika anda punya pacar atau PDKT-an, saat anda menulis status, maka dia akan berfikir tentang status anda "itu untukku ya hasian?", atau sebaliknya "siapa itu cewek yang kamu maksud? ada yang lain ya? akukan gak seperti itu?". Hahaha...

Kawan-kawan jangan kaget ketika anda tiba-tiba akan mendapatkan ocehan tak penting sesaat setelah anda menulis status di media sosial, atau tiba-tiba di diami, tiba-tiba di maki-maki atau diputuskan, bahkan anda di laporkan ke polisi toba.

Jangankan kaum tua, kita sendiri saja yang kaum muda, yang terlahir di jaman ini masih kaget dan kebingungan.

Pernahkan anda berfikir, kalau nitizen-nitizen sebenarnya tak pernah berfikir atau memprediksi kalau-kalau tulisannya di media sosial akan menjadi viral dan menjadi perbincangan ribuan orang. Itu tidak pernah terjadi, hanya, rasa "baper" para pembacanyalah yang membuat itu jadi viral.

Tapi bagaimana lagi, ini Republik memang luar biasa meresotnya dalam hal media informasi internet. Mungkin tergilas jaman? atau Republik ini memang dipaksakan untuk menerima modernisasi yang sebenarnya kita belum siap secara mental dan secara sarana/prasarana.

Pengaturan UU harusnya berimbang bukan?

Misalkan begini, saat status anda jadi persoalan, dijadikan alat bukti dan diterima oleh pihak yang berwenang. Itu dari pihak-pihak yang "baper".

Sekarang, bagaimana dari pihak nitizen? Jangan harap anda bisa mengajukan bukti untuk pembelaan anda dari status orang lain... Aneh kan?

Bukan hanya itu, satu lagi yang masuk dalam radar perhatianku, ini soal status yang kusebut "kada luarsa", tidak ada pengaturan itu didalam UU ITE, semisal anda membuat status di tahun 2015, lalu ada orang lain yang "baper" di tahun 2017, katakanlah seorang "kaum tua" yang mulai bisa mengoperasikan media sosial di taun 2017 atau mungkin dia berkepentingan untuk itu di tahun 2017, apa anda bisa mengelak? jawabannya TIDAK!

Terakhir masih tentang "baper" yang menurutku paling nyentrik lagi yang berkaitan dengan UU di Republik yang kita cintai ini.

Contoh kasus saja ya... Misalkan si A memiliki pengalaman di tahun 2015 yang menyakitkan dan masih tertanam sampai 2017, lalu si A yang berada dalam posisi mabuk atau bahasa kami di Medan "lagi cantik" kemudian menulis status di media sosial tentang persoalan itu yang membuat orang lain tersinggung.


Selanjutnya beberapa hari kemudian ada yang "baper" lalu melaporkan status anda ke pihak penegak hukum, lalu apakah anda bisa berharap itu pengecualian? TIDAK!

Hal yang sama sebenarnya harus dipertimbangkan, dari sisi psikologis di saat menulis status pada saat hari dimana status itu di tulis.

Itu saja dulu ya, nanti kebanyakan saya tulis soal si "baper" ini, malah makin banyak yang "baper". Mereka seyogianya diperiksakan kejiwaannya saja, atau diasingkan dulu ke hutan Danau Toba yang sudah gundul itu.

Perihal "polisi toba" yang kumaksud, itu bahasa kami yang hidup di sekitaran Danau Toba, merujuk pada "istri bagi yang sudah beristri, dan pacar bagi yang punya pacar". Jangan tanya apa sebutan untuk yang masih jomblo, akupun tak mau menyebutkannya disini. Lebih baik kita cerita khusus soal itu di meja yang sama, sambil minum kopi di pinggir Danau Toba. 

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon