Kabupaten Tapanuli Tengah |
Siporsuk Na Mamora - Banyaknya bunyi-bunyian di
daerah asal membuat saya menjadi geram sendiri, sebabnya sederhana, dikarenakan
adanya oknum yang merasa diatas angin karena mendapat untung banyak menjual isu
"Putra Daerah", itu membuat saya tidak bisa menahan untuk tidak
berkomentar soal euforia pilkada serentak 2017 ini, terkhusus di Kabupaten
Tapanuli Tengah tempat saya dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua.
Saya
ingin bertanya sama kawan-kawan, apa jaminan kepastian kalau calon bupati putra
daerah akan memimpin lebih baik? Jika ada yang bisa menjawab, saya akan
mengapresiasinya.
Kita
harus akui bahwa dalam mendewasakan demokrasi kita membutuhkan kerja keras dan
waktu yang sangat panjang.
Pengemasan
isu seharusnya di arahkan pada hal-hal yang bisa diterima oleh akal dan
rasional masing-masing pemilih, bukan malah menonjolkan soal primordialisme,
golongan, kelompok, suku, dan apalagi soal Agama.
Pertarungan
calon kepala daerah tidak semestinya lagi dengan menjual isu-isu yang secara
akal dan fikiran tidak bisa dipertanggungjawabkan, apalagi dalam sisi akademis
dan nilai-nilai demokrasi.
Kenapa
saya katakan begitu?
Secara
sadar atau tidak, mereka yang mengemas isu sedemikian rupa hanya akan membawa
kita pada kemunduran demokrasi ke belakang. Itu adalah gaya-gaya orang yang
merasa bisa atau pintar tetapi tak punya prestasi. Atau bahasa kasarnya penipu.
Memanfaatkan
situasi untuk menyibukkan masyarakat dengan isu kampungan agar mereka tidak
sempat lagi berfikir soal keburukan si pembuat isu itu sendiri.
Putra
daerah bukanlah sebuah keunggulan dalam pertarungan pilkada, karena kita semua
adalah anak-anak republik yang akan mewarisi tanah ibu pertiwi, juga
berkesempatan sama untuk menjadi pemimpin di republik.
Coba
kita berfikir, jika kita memakan bulat-bulat isu "Putra Daerah" maka
itu sama halnya kita memilih kucing dalam karung.
Sebenarnya,
edukasi yang dibangun harusnya adalah edukasi yang memajukan pola fikir
masyarakat di daerah, pola fikir yang mengarah pada penjernihan cara pandang
dari sisi kualitas, ide/gagasan, kerja keras dan tanggungjawab masing-masing calon
kepala daerah yang ada.
Ingatlah,
suatu daerah akan kehilangan kesempatan untuk maju ketika kita termakan isu
"kampungan" yang mengatakan "Kita Pilih Putra Daerah" yang
notabanenya kita sama-sama mengetahui bahwa "Putra Daerah" itupun
sudah memiliki banyak kasus yang bersifat merugikan bagi daerah itu sendiri.
Sementara
disisi lain, ada calon yang bukan "Putra Daerah" tapi memiliki
kualifikasi "Lebih Baik" dari calon "Putra Daerah" itu
sendiri.
Sekarang
mau pilih "Putra Daerah" yang banyak tipu-tipu atau "Non Putra
Daerah" yang berkualitas?
Kita
tidak mau lagi terjebak dalam pengalaman pahit, pemimpinnya putra daerah, tapi
tersangkut kasus korupsi lagi dan korupsi lagi.
Saya harap kita bisa memberi suara kepada orang
yang tepat dan atas dasar kesadaran berfikir, bukan karena hasrat
primordialisme yang membabi buta.
EmoticonEmoticon