Thursday, January 19, 2017

Jangan Mau Dibodohi Isu "Putra Daerah"

Kabupaten Tapanuli Tengah
Siporsuk Na Mamora - Banyaknya bunyi-bunyian di daerah asal membuat saya menjadi geram sendiri, sebabnya sederhana, dikarenakan adanya oknum yang merasa diatas angin karena mendapat untung banyak menjual isu "Putra Daerah", itu membuat saya tidak bisa menahan untuk tidak berkomentar soal euforia pilkada serentak 2017 ini, terkhusus di Kabupaten Tapanuli Tengah tempat saya dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua.

Saya ingin bertanya sama kawan-kawan, apa jaminan kepastian kalau calon bupati putra daerah akan memimpin lebih baik? Jika ada yang bisa menjawab, saya akan mengapresiasinya.

Kita harus akui bahwa dalam mendewasakan demokrasi kita membutuhkan kerja keras dan waktu yang sangat panjang.

Pengemasan isu seharusnya di arahkan pada hal-hal yang bisa diterima oleh akal dan rasional masing-masing pemilih, bukan malah menonjolkan soal primordialisme, golongan, kelompok, suku, dan apalagi soal Agama.

Pertarungan calon kepala daerah tidak semestinya lagi dengan menjual isu-isu yang secara akal dan fikiran tidak bisa dipertanggungjawabkan, apalagi dalam sisi akademis dan nilai-nilai demokrasi.

Kenapa saya katakan begitu?

Secara sadar atau tidak, mereka yang mengemas isu sedemikian rupa hanya akan membawa kita pada kemunduran demokrasi ke belakang. Itu adalah gaya-gaya orang yang merasa bisa atau pintar tetapi tak punya prestasi. Atau bahasa kasarnya penipu.

Memanfaatkan situasi untuk menyibukkan masyarakat dengan isu kampungan agar mereka tidak sempat lagi berfikir soal keburukan si pembuat isu itu sendiri.

Putra daerah bukanlah sebuah keunggulan dalam pertarungan pilkada, karena kita semua adalah anak-anak republik yang akan mewarisi tanah ibu pertiwi, juga berkesempatan sama untuk menjadi pemimpin di republik.

Coba kita berfikir, jika kita memakan bulat-bulat isu "Putra Daerah" maka itu sama halnya kita memilih kucing dalam karung.

Sebenarnya, edukasi yang dibangun harusnya adalah edukasi yang memajukan pola fikir masyarakat di daerah, pola fikir yang mengarah pada penjernihan cara pandang dari sisi kualitas, ide/gagasan, kerja keras dan tanggungjawab masing-masing calon kepala daerah yang ada.

Ingatlah, suatu daerah akan kehilangan kesempatan untuk maju ketika kita termakan isu "kampungan" yang mengatakan "Kita Pilih Putra Daerah" yang notabanenya kita sama-sama mengetahui bahwa "Putra Daerah" itupun sudah memiliki banyak kasus yang bersifat merugikan bagi daerah itu sendiri.

Sementara disisi lain, ada calon yang bukan "Putra Daerah" tapi memiliki kualifikasi "Lebih Baik" dari calon "Putra Daerah" itu sendiri.

Sekarang mau pilih "Putra Daerah" yang banyak tipu-tipu atau "Non Putra Daerah" yang berkualitas?

Kita tidak mau lagi terjebak dalam pengalaman pahit, pemimpinnya putra daerah, tapi tersangkut kasus korupsi lagi dan korupsi lagi.

Saya harap kita bisa memberi suara kepada orang yang tepat dan atas dasar kesadaran berfikir, bukan karena hasrat primordialisme yang membabi buta. 

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon