Friday, January 13, 2017

Terjebak Romantisme Kaum Tua

Gambar : Louis Amstrong
Siporsuk Na Mamora - Lagi musim ya, gerakan memblokir pertemanan di media sosial, alasannya hanya soal harga menghargai. Padahal, aku baru saja melepas blokiran semua di tahun 2017 ini, dengan harapan akan ada kebaikan yang muncul ke depan dengan mereka yang dilepas masa blokirannya.

Saya tidak ingin bercerita soal lapor-lapor, karena itu adalah jalur yang sah secara hukum dan kita sebagai warganegara yang baik harus kita hormati dan taat kepada hukum dan aturan itu.

Kritikanku kali ini kepada senior yang ku anggap selama ini paling dekat, tetapi ikatan emosional baginya mungkin tak bermakna, hanya ikatan kepentingan yang penting, tetapi itupun harus kita hormati, hanya saja kita salah menggunakan "hati" dalam proses kedekatan selama ini. Kita fikir dia berbeda dengan yang lain.

Jika boleh merevew ke belakang, sebenarnya sudah banyak hal yang kita lakukan bersama, bahkan cerita dari hati ke hati dalam suasana kegembiraan yang kadang-kadang distimulus dengan sedikit minuman yang bisa membuat aku, dia dan beberapa kawan yang lain bergembira.

Singkatnya, ada sedikit perbedaan pemahaman soal ide dan tatacara melaksanakannya, ditambah bumbu-bumbu kecil yang terkesan "nakal" menurut saya, tapi mungkin bagi mereka itu sangat penting untuk "income" pundi-pundi atau apalah itu namanya, baik nama baik, kehormatan dan legitimasi sebagai tokoh tua yang berpengaruh dan lagi ingin “mengabadikan” nama.

Sesering saya makan siang dan minum air putih setiap hari, seperti itulah dia menasehatiku, tetapi tetap saja ketika hari ini kusadari bahwa itu adalah dalam rangka proses menjinakkan/menundukkan ku.

Tak jarang sesekali dimasa kami "mesra", dia memuji-muji dan mengangkat-angkatku di depan para koleganya, disaat itu kurasa sangat jujur, tetapi sekarang, ternyata oh... ternyata, itu hanya sebagian kecil dari intriknya untuk mendapatkan hal yang lebih.

Akusih sah-sah saja, ketika itu dibalut dengan makna dari sebuah "rasa" yang sama dan jika itu bagian dari kecerdikan bersama dan ketulusan bersama, yang pasti untuk tujuan bersama.

Sekarang bola itu telah menjadi liar, seliar hewan-hewan buas di hutan belantara, untuk menghindarinya kurasa sulit sekali, akupun terkadang merasa tersesat karena sudah begitu jauh aku dibawa kedalam hutan itu, tanpa penjelasan dan tanpa rambu-rambu jalan dan atau tanpa meninggalkan kode di jalanan hutan.

Rambu-rambu yang kami sepakati di awal adalah salahsatunya "Gerakan Kebudayaan", tetapi itupun tidak di hiraukan, sementara itu adalah bagaikan kompas pegangan bagi masing-masing personal yang mengambil bagian didalamnya.

Mungkin bukan hanya aku saja, tetapi mungkin juga kawan-kawan yang lain merasakan hal yang sama, aku yakin itu.


Apa arti dari sebuah gerakan tanpa koridor? Pertanyaanku untuk "KAUM TUA" yang mengaku sebagai AKTIVIS TUA, seolah dengan embel-embel itu mereka ditempatkan pada tempat yang paling tinggi, sehingga AKTIVIS MUDA harus tunduk dan mengakui mereka paling PINTAR dan BENAR!.

Sementara kita belum flashback ke belakang, mungkin mereka adalah orang-orang yang belum puas di masa muda, prematur? Mungkin iya, atau mereka adalah orang-orang yang SADAR setelah tua. Ada juga yang dulu mudanya "PUAS" sekarang telah mandul dan menjadi feodal, pemikiran orang seperti itu lebih mundur lagi.

Hanya satu keunggulan KAUM TUA dan satu kekurangan KAUM MUDA menurut saya. Yaitu, keunggulan KAUM TUA duluan lahir dan kekurangan KAUM MUDA belakangan terlahir. 

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon