Foto : Bang Ruhut Sitompul Bersama Pasangan Gubernur DKI Jakarta No. Urut 2 di Rumah Lembang |
Siporsuk Na Mamora - Bang Ruhut, kau dulu yang
dibilang Si Poltak Raja Minyak dari Medan kan? Kenapa sekarang jadi politikus?
Pusing kali kepalaku liat abang terus di Jakarta, nanti ikut pulak abang
dibilang kafir.
Okelah,
sudah baguslah abang jadi politikus sekarang, tapi pertimbangkanlah saranku
ini.
Aku
tak masalah kalau orang bilang abang politikus tukang loncat-loncat seperti
tupai, setelah kuperhatikan baik-baik, abang ini tupai yang istimewa sekali,
masih ingat peribahasa pelajaran Bahasa Indonesia dulu? Katanya begini "sepandai-pandainya
tupai meloncat, pasti pernah jatuh juga", hah... kok kau tak pernah jatuh
pulak? Istimewa kau kan bang?
Kudengar
Eks-Partai mu Demokrat sekarang lagi jatuh dalam kubangan lumpur korupsi yang
menjijikkan itu ya bang? Sudah ditangkapi semua kawan-kawanmu, ada karena kasus
proyek mangkraklah, kasus suaplah dan banyak lagi, tapi abang tak juga
tertangkap. Itu satu bukti kalau abang cantik main, cantik mainnya maksudku
begini, ditengah-tengah budaya korupsi berjema’ah eks-partai mu, abang tak
ikut-ikutan korupsi sama mereka, atau ditengah-tengah banyaknya abang bicara
dengan gaya khas Medan itu, tapi tetap bisa konsisten, tak seperti mas Anis
yang tiap hari berubah-ubah cakapnya, dia tak bertanggungjawab dan tak cantik
main seperti abang.
Banyak
memang yang nggak suka dengan caramu berpolitik, melompat sana dan melompat
sini, dukung sana dan dukung sini, suka-suka mu aja, tak menurut abang sama pak
mantan itu. Tapi aku melihatmu berbeda, coba abang pikir-pikirlah, kalau abang
benar-benar tidak baik, kurasa sudah dari dulu abang jatuh, apalagi abang
bicaranya banyak, orang yang kek gini biasanya jatuhnya cepat.
Mungkin
karena caraku melihat perjalanan mu ini dengan akal yang sehat kali ya bang,
apalagi abang dukung Pak Jokowi di Pilpres 2014 lalu ditambah juga mendukung
Ahok di Pilkada DKI Jakarta tahun ini, sampai-sampai abang rela mengambil
resiko dipecat dari Partai Demokrat dan dari Anggota DPR-RI, bah... kupikir
kalau abang tak baik, tak mungkinlah abang mendukung mereka dengan resiko
seberat itu.
Abang
tidak seperti politikus yang lain, mereka seperti kerbau yang dicucuk
hidungnya, menurut terus sama partai, diajak mendukung koruptor mau, diajak
mendukung pembohong mau, diajak mendukung orang yang belum berpengalaman juga
mau dan bahkan diajak korupsi berjema’ah mereka juga menurut saja.
Sudahlah,
abang tinggalkan sajalah dulu Jakarta itu, kampung kita ini sudah marsamburetan (hancur lebur).
Bayangkanlah ya bang, Walikotanya ditangkap KPK 2 kali, Gubernurnya juga 2 kali
ditangkap KPK dan banyak lagi Bupati yang ditangkap KPK. Sudah bisa abang
bayangkan kekmana marsamburetannya
(hancur leburnya) kampung kita ini? Kalau gak bisa lagi gak taulah aku bang,
makin pusing kepalaku.
Tengoklah
dulu bang, sekarang Pak Jokowi membangun kampung kita ini secara besar-besaran,
bayangkan bang, ada pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sei Mangke, ada
Jalan Tol Trans Sumatera, ada Pelabuhan Internasional Kuala Tanjung dan bahkan
Pembangunan Kawasan Pariwisata Unggulan Danau Toba.
Gimanalah
kalau Sumut tetap dipimpin orang-orang itu lagi bang, tak jadilah maju kampung
kita ini. Mereka memang santun, kelihatan soleh dan tak banyak bicara, tapi
mereka korupsi bang.
Makanya
ku bilang abang harus pulang ke Medan ini, supaya ada tandemnya Pak Jokowi
membangun di Sumut, mengawasi pembangunan dan memajukan kampung kita ini, tak
apa-apalah abang repot, yang pasti abang ini punya potensi jadi Gubernur Sumut.
Kami orang Medan suka kali dengan gayamu bang. Tak perlu ganteng dan tak perlu
paten-paten kali sampai pake Helikopter Basarnas ke pesta pernikahan, apalagi
kudengar mereka mau membuat zona wisata halal di Kawasan Danau Toba, maccam
betul aja mereka itu, dipikirnya selama ini kita berada di zona haram? Sial kali kurasa dibuat orang itu bang, betul emosi kali aku bang. Yang gitu-gitu tak perlu bang, yang
penting itu tidak korupsi.
Gimana,
cocok abang rasa? Sudah banyak kali orang Batak yang pulang dari Jakarta dan
dari luar negeri ke kampung kita ini bang, tinggal abang ini yang belum pulang.
Tapi itu terserah abang ajalah, kalau abang rela kampung kita ini semakin
hancur lebur ditangan pemimpin korup seperti mereka-mereka lagi, ya sudahlah
bang... tetaplah abang di Jakarta dan tak perlu datang lagi untuk selamanya.
EmoticonEmoticon