Wednesday, February 8, 2017

Cerdas Memilih di Pilkada Tapanuli Tengah

Bandara Dr. Ferdinand Lumban Tobing
Siporsuk Na Mamora - Meskipun tulisanku kali ini dipandang sangat kontekstual dan ruanglingkupnya sempit, tapi tak mengurungkan liarnya jari-jemariku mengotak-atik keybord laptop tua yang ku miliki ini, yang ingin kusampaikan agar kelak pemimpin yang terlahir di daerah ini bukan dari kalangan "otak sumbu pendek", yang egosentrisnya sangat tinggi, apalagi itu dari bagian kelompok yang menghalalkan segala cara untuk menang tanpa peduli dengan keharmonisan yang telah lama terbangun di daerah ini.

Kehidupan harmonis itu bisa terlihat dalam pesta-pesta adat istiadat yang semuanya berbaur dipersatukan oleh budaya yang telah lama diwariskan para leluhur.

Jakarta memang luar biasa, efeknya sampai ke daerah kami.

Ajarkan saya untuk melihat sesuatu lebih dalam jika salah, tetapi saya ingin sampaikan, gerakan masif dan terstruktur telah mulai mengakar di daerah ini untuk mengusik keharmonisan kita, kita semua pasti tak menginginkannya.

Saudara-saudariku, saya bukanlah orang partai dan saya juga bukanlah simpatisan, saya adalah orang biasa.

Mari jeli melihat persoalan-persoalan yang akan muncul kedepannya jika kita salah memilih pemimpin, saranku adalah :

1.  Jangan terjebak pada jubah atau topeng sementara oleh partai pengusung, jelilah memilah calon mana yang diusung partai bergaris Nasionalis secara konsisten dan partai mana yang selalu ingin merong-rong Pancasila dan ke-Bhinneka-an kita.
2.  Perhatikan cara mereka mengambil simpatik rakyat, bukan dengan sumbangan materialistis yang bersifat sementara, atau dengan hujatan-hujatan yang membabi-buta dan tidak bertanggungjawab, baik di media sosial dengan akun palsu maupun secara langsung. Bahanyanya ketika posisi berdoapun di persoalkan dan dijadikan sebagai komoditi kampanye hitam di media sosial (untuk calon yang mengalami, tabahkan hati dan maafkan mereka).
3.  Lihat rekam jejaknya, hal yang paling penting, jika seseorang sudah menjadi bagian dari perantara pelaku kejahatan hukum, maka mustahil dia tidak melakukan hal yang sama dalam situasi yang sama untuk memenangkan pertarungan pilkada.
4.  Cara pandang terhadap semua calon harus sama rata, tidak membeda-bedakan indikator penilaian, seperti yang anda ketahui, bahwa kita semua WNI dengan hak dan kewajiban yang sama, terkhusus untuk hak "dipilih", tidak ada istilah putra daerah dan non putra daerah, karena kita memilih pelayan, bukan pewaris. Jikapun kita ingin mewariskan, pilihlah orang yang paham budaya sebagai jati dirinya sendiri, bukan orang yang tiba-tiba kelihatan "ber-adat" dan tiba-tiba hafal ayat-ayat suci "Alkitab".

Kekhawatiran kita terhadap situasi kebangsaan hari ini harus kita aplikasikan di daerah masing-masing, jangan sampai kita memberi ruang lebih luas bagi mereka para perongrong republik yang kita cintai ini.

Kalian tau? Beberapa orang dari mereka hanya sedang bersolek, tapi nyatanya adalah busuk seperti daging SAPI dimakan belatung.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon