Kantor Bupati Kabupaten Tapanuli Tengah |
Siporsuk Na Mamora - Salam semangat perubahan dari
saya untuk kampung halaman tercinta, daerah Kabupaten Tapanuli Tengah, yang
juga sebagai salah satu dari 101 peserta pilkada serentak pada 15 Februari 2017
mendatang.
Saya
ingin mengajak saudara/i mengambil waktu sejenak untuk bersama-sama
merenungkan dan melihat secara nyata dampak situasi politik di pilkada DKI
Jakarta terhadap daerah kita tercinta Kabupaten Tapanuli Tengah, yang padanya
kita menggantungkan harapan besar untuk lebih baik, maju dan makmur, tentunya
tidak lain dan tidak bukan hanya semata untuk lebih meningkatkan taraf hidup,
kesejahteraan dan daya saing masyarakat.
Sebelumnya
saya sangat berterimakasih untuk orang-orang yang getol memperjuangkan
keharmonisan dan kerukunan masyarakat di daerah ini, termasuk agar situasi
politik di DKI Jakarta tidak terbawa ke pilkada Tapanuli Tengah. Saya
mensyukuri kita punya semangat membangun daerah dengan jargon "Sahata
Saoloan" atau sering juga disebut "Negeri Indah Berbilang Kaum".
Keyakinanku
akan penghayatan masyarakat terhadap nilai dari jargon ini pastilah sangat
tinggi dan tumbuh bersemi dalam jiwa masing-masing dari kita.
Saya
harus berbangga pada masyarakat Tapanuli Tengah yang notabanenya berpenduduk
mayoritas Kristen, menurut data statistik persentasinya mencapai angka 63%, dan
kemudian disusul saudara kita 37%, namun situasi aman dan terkendali. Hal ini
membuktikan bahwa keharmonisan di daerah ini tetap terjaga, tanpa harus
mempolitisasi Agama seperti di DKI Jakarta yang gila-gilaan sampai pada posisi
upaya penjegalan Ahok dengan tuduhan penistaan Agama, situasinya semakin
kentara ketika Ahok berasal dari kelompok minoritas. Bahkan yang paling
parahnya, ada opini yang berkembang dimasyarakat tentang keharusan pemimpin di
daerah haruslah berasal dari golongan mayoritas penduduk daerah tersebut, ini
telah hampir menjadi suatu kebenaran yang mutlak. Sangat jauh dari semangat
kebangsaan kita.
Hal
inilah yang membuat saya bangga, bahwa kita masih menjaga semangat nilai-nilai
kebangsaan yang diajarkan para founding father republik.
Tentu
bagi sebagian besar masyarakat terkhusus yang berada di daerah Tapanuli Tengah
tidak mudah untuk mengabaikan persoalan fundamental yang terjadi di DKI
Jakarta. Kenapa persoalan ini menjadi persoalan yang fundamental? Karena ini
soal ke-Iman-an manusia.
Bisa
anda bayangkan apa dampaknya kedepan ketika Ahok di jegal dengan isu Agama, itu
artinya demokrasi kita mundur jauh ke belakang, tidak sesuai dengan semangat
kebangsaan yang selama ini kita junjung, dan secara otomatis akan menanam
dalam-dalam cita-cita ribuan anak-anak rebublik yang berasal dari kelompok
minoritas. Sementara untuk mengembalikan situasi sekarang ini, mungkin kita
harus menunggu waktu 50-100 tahun lagi.
Situasi
politik seperti ini lagi-lagi saya sampaikan agaknya tidak terpengaruh terhadap
pilkada Tapanuli Tengah, semua berjalan lancar, tertib dan terlebih tidak ada upaya
penjegalan dari kelompok penduduk daerah yang mayoritas terhadap calon yang
berasal dari kelompok minoritas. Bahkan kita bergembira bersama dan saling
support, tak peduli itu dari Agama apa.
Ini
kali kedua saya mengungkapkan kebanggaan saya kepada masyarakat Tapanuli
Tengah. Mudah-mudahan sikap politik kita terhadap pelaksanaan pilkada di
Tapanuli Tengah besumber dari kesadaran kita yang se sadar-sadarnya, maksud
saya tidak karena kurangnya perhatian kita terhadap situasi perpolitikan di DKI
Jakarta melalui media informasi koran dan televisi, karena saya yakin masih
banyak yang buta huruf dan sulitnya akses informasi koran apalagi televisi,
dimana masyarakat masih banyak yang belum memiliki, saya teringat tetangga di
sebelah rumah dulu, jika ingin menonton acara televisi harus bertamu
(martandang) ke tetangga sebelah.
Yang
paling penting adalah, mudah-mudahan bukan karena adanya kelompok tertentu yang
berupaya mengaburkan informasi dari Ibu Kota supaya tidak sampai di telinga
masyarakat dengan tujuan agar tidak merugikan bagi kepentingan politik mereka,
dan yang terakhir mudah-mudahan bukan pulak karena politik uang.
Terakhir
dari saya, agar "kita" jeli melihat dan mengamati aktivitas di daerah
kita, jika ada kelompok yang "ikut-ikutan" memobilisasi massa untuk
meramaikan DKI Jakarta di hari yang lewat, maka sudah seharusnya kita bersikap
keras kepada "mereka"!, apa jadinya daerah yang kita cintai ini jika
dipimpin oleh otak-otak sumbu pendek seperti itu? Akibatnya bisa fatal terhadap
keharmonisan kita yang telah lama kita jaga, demokrasi di daerah kita juga akan
mundur jauh kebelakang, dan yang paling pasti, "kita" berpotensi
mendapat perlakuan diskriminatif kedepannya.
Saya
tau kalau di Tapanuli Tengah lebih mendominasi minuman rakyat TUAK, tetapi tak
salah jika saya mengajak saudara/i minum KOPI yang berasal dari dataran tinggi
Danau Toba.
Perihal
soal kopi, saya yakin kopi "kita" lebih nikmat dibandingkan kopi
import, lebih nasionalis bukan? Seperti halnya "kita", saya tidak
ragu akan penjiwaan nasionalisme kita dibandingkan dengan "mereka"
yang masih memperdebatkan "Pancasila" dan lebih sibuk mengurusi
keyakinan orang lain ketimbang melihat kualitas dan kapasitas calon pemimpin di
daerah.
EmoticonEmoticon