Selamat Dies Natalis GMKI Ke-67 Tahun |
Siporsuk Na Mamora – Tulisan kali ini saya abadikan
khusus untuk memperingati perayaan Dies Natalis GMKI ke-67 Tahun (09 Februari
1950 – 09 Februari 2017).
Mari
kita bernostalgia sedikit ke masa pergolakan pasca Proklamasi 17 Agustus 1945, karena
hal inilah yang mendasari kegelisahan para faunding father GMKI untuk ikut
serta mengisi dan mengawal perumusan dan penentuan cita-cita kemerdekaan
republik dimasa depan.
Semangat
kehadiran GMKI tidaklah terlepas dari pergolakan pasca proklamasi kemerdekaan,
terlebih menyangkut situasi sosial/politik di tanah air serta dibarengi dengan
rasa yang begitu besar oleh mahasiswa/i Kristen untuk ikut serta mengisi
kemerdekaan dalam rangka mengawal perumusan masa depan bangsa kedepannya, lebih
kongkritnya adalah peran untuk mengawal agar Indonesia menjadi negara yang
sekuler serta berkeadilan bagi seluruh warga republik, tanpa membedakan suku,
agama, ras dan antar golongan.
Peran
ini senantiasa yang menjadi pemicu semangat untuk para kader dimasa mendatang,
bahwa kita harus berpihak pada keadilan bagi seluruh warga republik, tanpa
diskriminasi atas nama apapun.
Keberadaan
GMKI hari ini bukanlah semata hanya untuk menunjukkan eksistensinya sebagai
organisasi Kristen terbesar dan tertua se-Indonesia, tetapi untuk menjadi wadah
latihan dan aktualisasi diri. Maka dari itu, GMKI tak lepas dari segala
ke-amatiran-nya.
Saya
memaknai pelayanan di GMKI adalah cara untuk mengucap syukur atas anugrah
keselamatan yang telah Yesus berikan kepada saya yang percaya dan ber-Iman kepada-Nya
dalam ruang lingkup saya sebagai mahasiswa.
Keinginan
besar untuk belajar dan mengaktualisasikan diri adalah modal terbesar dalam
menjaga semangat pelayanan agar senantiasa tetap terkobar dalam jiwa para kader
hingga masa yang akan datang.
Mungkin
ada kekecewaan yang kita rasakan bersama melihat situasi organisasi GMKI hari
ini. Tetapi, bukan berarti semangat kita harus surut, karena GMKI hari ini
adalah tanggungjawab kita bersama sebagai keluarga besar civitas gerakan.
Kita
bisa saja belum kreativ, tapi saya yakin bahwa ada banyak kader yang giat berlatih
untuk menjadi kreativ dan terlebih berfikir untuk memodrenisasi pola gerakan
ini, hanya saja belum terkspos hingga naik ke permukaan.
Kita
bisa saja belum dikenal di setiap kampus, tapi saya ingin bertanya, apakah itu
tujuan kita? Tentu tidak. Sejatinya GMKI adalah wadah untuk menggembleng pola
fikir mahasiswa/i kristen, karena GMKI adalah sekolah latihan kader, analogi
sederhananya adalah jika masuk sebagai orang yang tidak merasa gelisah, maka
keluarnya harus gelisah. Intinya bukan untuk menyerah pada situasi kekinian
agar diminati, akan tetapi kokoh pada pola pembentukan kader.
Kita
bisa saja masih belum benar dalam berdemokrasi di internal organisasi, kadang
kita menuding ada politik tiket pesawat, tekanan atau intervensi senior, atau
bahkan menghalalkan politik uang demi tercapainya sebuah tujuan yang
berorientasikan jabatan dalam organisasi. Tetapi anda tidak tau, bahwa ada
kader yang bahkan rela menyisihkan uang sakunya untuk membiayai program di
komisariat, ada yang rela untuk berbenturan dengan hukum untuk menegakkan sikap
organisasi, ada yang rela tidak ke mall atau main game hanya untuk ingin belajar
dan berdiskusi di organisasi, bahkan yang paling parahnya, anda tidak tau bahwa
ada yang rela untuk menanggung rasa sakit akibat dari perlakuan brutal para
serdadu bersenjata hanya untuk menyuarakan aspirasi organisasi.
Teringat
semasa melayani di tingkatan komisariat, kami sampai luntang-lantung mencari
dana untuk biaya program, bahkan kawanku ada yang sampai menggadaikan kreta
atau laptop untuk mendahulukan dana biaya kegiatan. Sedih jika ada senior yang
menodai kemurnian perjuangan ini, atau ada orang yang tidak serius mengerjakan
kerja-kerja organisasi ditingkatan pengurus yang lebih tinggi.
Rasa
ketidak puasan adalah modal kita untuk bekerja lebih baik lagi, bukan berkeluh
kesah atau mungkin sampai berkesimpulan bahwa organisasi ini tidak berguna lagi.
Terlalu
besar yang sudah kita korbankan, terlalu banyak waktu yang sudah kita lalui dan
terlalu banyak harapan yang akan pupus jika kita menyerah pada ketidak mampuan
untuk merubah diri atau organisasi ke arah yang lebih baik.
Apa
yang kita rasakan hari ini adalah kekecewaan kepada manusia, sementara kita
haruslah berpengharapan kepada Yesus Sang Kepala Gerakan. Oleh karena harapan
itu, GMKI telah mampu melewati masa-masa sulit yang penuh pergolakan hingga
bertahan kokoh sampai kini.
Sebenarnya
saya ingin mengajak orang-orang yang berpikir pesimis terhadap organisasi ini
minum kopi, sambil dikasih stimulus dengan indahnya pemandangan Danau Toba dan
disertai sejuknya alam, mudah-mudahan rasa optimis dan daya juangnya bisa
kembali. Tapi itu lain kali saja, berhubung jarak dan waktu yang memisahkan
kita.
Selamat Dies Natalis GMKI ke-67 Tahun untuk
saudara/i setanah air, tetaplah berpengharapan kepada Dia seperti birunya
lautan yang tak terselami serta tegar dan kuat dalam menghadapi tantangan
ataupun rintangan dengan segala ketulusan dan kesetiaan dalam pelayanan. Ut
Omnes Unum Sint!
EmoticonEmoticon