Thursday, February 9, 2017

Jangan Pernah Menyerah Pada Keterbatasan

Selamat Dies Natalis GMKI Ke-67 Tahun
Siporsuk Na Mamora – Tulisan kali ini saya abadikan khusus untuk memperingati perayaan Dies Natalis GMKI ke-67 Tahun (09 Februari 1950 – 09 Februari 2017).

Mari kita bernostalgia sedikit ke masa pergolakan pasca Proklamasi 17 Agustus 1945, karena hal inilah yang mendasari kegelisahan para faunding father GMKI untuk ikut serta mengisi dan mengawal perumusan dan penentuan cita-cita kemerdekaan republik dimasa depan.

Semangat kehadiran GMKI tidaklah terlepas dari pergolakan pasca proklamasi kemerdekaan, terlebih menyangkut situasi sosial/politik di tanah air serta dibarengi dengan rasa yang begitu besar oleh mahasiswa/i Kristen untuk ikut serta mengisi kemerdekaan dalam rangka mengawal perumusan masa depan bangsa kedepannya, lebih kongkritnya adalah peran untuk mengawal agar Indonesia menjadi negara yang sekuler serta berkeadilan bagi seluruh warga republik, tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar golongan.

Peran ini senantiasa yang menjadi pemicu semangat untuk para kader dimasa mendatang, bahwa kita harus berpihak pada keadilan bagi seluruh warga republik, tanpa diskriminasi atas nama apapun.

Keberadaan GMKI hari ini bukanlah semata hanya untuk menunjukkan eksistensinya sebagai organisasi Kristen terbesar dan tertua se-Indonesia, tetapi untuk menjadi wadah latihan dan aktualisasi diri. Maka dari itu, GMKI tak lepas dari segala ke-amatiran-nya.

Saya memaknai pelayanan di GMKI adalah cara untuk mengucap syukur atas anugrah keselamatan yang telah Yesus berikan kepada saya yang percaya dan ber-Iman kepada-Nya dalam ruang lingkup saya sebagai mahasiswa.

Keinginan besar untuk belajar dan mengaktualisasikan diri adalah modal terbesar dalam menjaga semangat pelayanan agar senantiasa tetap terkobar dalam jiwa para kader hingga masa yang akan datang.

Mungkin ada kekecewaan yang kita rasakan bersama melihat situasi organisasi GMKI hari ini. Tetapi, bukan berarti semangat kita harus surut, karena GMKI hari ini adalah tanggungjawab kita bersama sebagai keluarga besar civitas gerakan.

Kita bisa saja belum kreativ, tapi saya yakin bahwa ada banyak kader yang giat berlatih untuk menjadi kreativ dan terlebih berfikir untuk memodrenisasi pola gerakan ini, hanya saja belum terkspos hingga naik ke permukaan.

Kita bisa saja belum dikenal di setiap kampus, tapi saya ingin bertanya, apakah itu tujuan kita? Tentu tidak. Sejatinya GMKI adalah wadah untuk menggembleng pola fikir mahasiswa/i kristen, karena GMKI adalah sekolah latihan kader, analogi sederhananya adalah jika masuk sebagai orang yang tidak merasa gelisah, maka keluarnya harus gelisah. Intinya bukan untuk menyerah pada situasi kekinian agar diminati, akan tetapi kokoh pada pola pembentukan kader.

Kita bisa saja masih belum benar dalam berdemokrasi di internal organisasi, kadang kita menuding ada politik tiket pesawat, tekanan atau intervensi senior, atau bahkan menghalalkan politik uang demi tercapainya sebuah tujuan yang berorientasikan jabatan dalam organisasi. Tetapi anda tidak tau, bahwa ada kader yang bahkan rela menyisihkan uang sakunya untuk membiayai program di komisariat, ada yang rela untuk berbenturan dengan hukum untuk menegakkan sikap organisasi, ada yang rela tidak ke mall atau main game hanya untuk ingin belajar dan berdiskusi di organisasi, bahkan yang paling parahnya, anda tidak tau bahwa ada yang rela untuk menanggung rasa sakit akibat dari perlakuan brutal para serdadu bersenjata hanya untuk menyuarakan aspirasi organisasi.

Teringat semasa melayani di tingkatan komisariat, kami sampai luntang-lantung mencari dana untuk biaya program, bahkan kawanku ada yang sampai menggadaikan kreta atau laptop untuk mendahulukan dana biaya kegiatan. Sedih jika ada senior yang menodai kemurnian perjuangan ini, atau ada orang yang tidak serius mengerjakan kerja-kerja organisasi ditingkatan pengurus yang lebih tinggi.

Rasa ketidak puasan adalah modal kita untuk bekerja lebih baik lagi, bukan berkeluh kesah atau mungkin sampai berkesimpulan bahwa organisasi ini tidak berguna lagi.

Terlalu besar yang sudah kita korbankan, terlalu banyak waktu yang sudah kita lalui dan terlalu banyak harapan yang akan pupus jika kita menyerah pada ketidak mampuan untuk merubah diri atau organisasi ke arah yang lebih baik.

Apa yang kita rasakan hari ini adalah kekecewaan kepada manusia, sementara kita haruslah berpengharapan kepada Yesus Sang Kepala Gerakan. Oleh karena harapan itu, GMKI telah mampu melewati masa-masa sulit yang penuh pergolakan hingga bertahan kokoh sampai kini.

Sebenarnya saya ingin mengajak orang-orang yang berpikir pesimis terhadap organisasi ini minum kopi, sambil dikasih stimulus dengan indahnya pemandangan Danau Toba dan disertai sejuknya alam, mudah-mudahan rasa optimis dan daya juangnya bisa kembali. Tapi itu lain kali saja, berhubung jarak dan waktu yang memisahkan kita.

Selamat Dies Natalis GMKI ke-67 Tahun untuk saudara/i setanah air, tetaplah berpengharapan kepada Dia seperti birunya lautan yang tak terselami serta tegar dan kuat dalam menghadapi tantangan ataupun rintangan dengan segala ketulusan dan kesetiaan dalam pelayanan. Ut Omnes Unum Sint!

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon