Hary Tanoesoedibjo |
Siporsuk Na Mamora - Siapa yang tidak tau lagi dengan
lagu Mars Partai PERINDO diseluruh penjuru republik ini? Mulai dari anak-anak
sampai orang tua, dari pelosok sampai ke penjuru kampung-kampung, semuanya pasti
taulah ya.
Jika
kawan-kawan juga jeli melihat tayangan di TV, beberapa kali media milik HT
menyiarkan kasus menyangkut Jaksa Agung Muhammad Prasetyo atas dugaan transaksi
fiktif dalam restitusi pajak PT Mobile 8 Telecom pada tahun 2007 hingga 2009.
Ini seperti upaya paksa untuk menciptakan kesan buruk dimata publik terhadap
Jaksa Agung Muhammad Prasetyo, apalagi dalam siaran itu dihubung-hubungkan dengan
Partai NasDem.
Kedua
hal ini membuktikan bahwa tidak sia-sialah HT sebagai salah satu bos media
terbesar di Indonesia, sekaligus membuktikan juga betapa buruknya kualitas penyiaran
di republik ini, sangat tidak mendidik, semua tergantung pesanan dan
kepentingan sang pemilik.
Hari
ini seluruh penjuru republik terkejut atas pengakuan Antasari Azhar dalam
laporannya ke Bareskrim Polri menyebut HT sebagai orang yang diutus sang
penguasa pada masa itu SBY untuk melobinya dalam rangka menunda penahanan Aulia
Pohan yang nota banenya adalah besan SBY.
Jadi
teringat dua hal, yang pertama siaran-siaran dimedia milik HT, menyangkut
partai dan menyangkut omongan-omongan politiknya yang bagiku saat ini adalah
bacrit! Kedua soal iklan kampanye Demokrat tentang "Tolak Korupsi" oleh
orang-orang Demokrat yang sebenarnya sekarang hanya menyisakan satu orang lagi yang
belum masuk sel, yaitu Ibas sang anak mantan yang suka memakai pakaian lengan
panjang itu.
Kebayang
gak? Kalau besan anda sendiri menjadikan kasus anda sebagai bahan kampanye?
Hahahaha.... Itulah dulu isu yang paling keren dan beredar luas di masyarakat,
tujuannya untuk menarik simpatik masyarakat terhadap Partai Demokrat, katanya
begini "besannya saja yang korupsi dipenjarakan, apalagi yang lain?".
Ternyata setelah waktu berjalan, usut punya usut Aulia Pohan terpenjara karena
SBY sudah tidak mampu lagi mengintervensi proses hukum yang telah berjalan di
KPK. Memang sang mantan ahlinya untuk membalikkan fakta.
HT
yang dulu adalah orang Nasdem, meloncat ke Hanura, lalu membeli badan hukum
partai, kemudian merobah namanya menjadi Partai Perindo ternyata adalah biro
pengantar pesan dari sang mantan. Kayak kutu loncat aja ya? Padahal belum juga
bisa disebut politisi sudah melompat-lompat aja. Lebih geram lagi ketika
pidato-pidatonya yang disiarkan di TV sok kritis, sok tau persoalan bangsa.
Lebih baik jadi pengusaha saja pak.
Semua
lagi gelisah, gelisah karena telah dimulainya babak baru untuk membuka tabir
skandal lama yang telah lama terpelihara. Ada proyek mangkrak, ada skandal
kriminalisasi terhadap Antasari Azhar dan ditambah lagi skandal mobilisasi
massa untuk memenjarakan Ahok ke jakarta hingga umroh ke mekkah.
Ini
kasus kalau membesar bisa berabe untuk partai yang bapak bangun, apalagi untuk
mega proyek bapak bersama Mr. Trump, bisa GATOT (Gagal Total) loh pak.
Kasihan ya bapak-bapak ini karena Presidennya
Jokowi, presiden tegas dan tak bisa diajak neko-neko oleh para orang-orang
korup dan para pengincar kursi kekuasaan.
EmoticonEmoticon