Tuesday, February 14, 2017

Perindo, Layu Sebelum Mekar

Hary Tanoesoedibjo
Siporsuk Na Mamora - Siapa yang tidak tau lagi dengan lagu Mars Partai PERINDO diseluruh penjuru republik ini? Mulai dari anak-anak sampai orang tua, dari pelosok sampai ke penjuru kampung-kampung, semuanya pasti taulah ya.

Jika kawan-kawan juga jeli melihat tayangan di TV, beberapa kali media milik HT menyiarkan kasus menyangkut Jaksa Agung Muhammad Prasetyo atas dugaan transaksi fiktif dalam restitusi pajak PT Mobile 8 Telecom pada tahun 2007 hingga 2009. Ini seperti upaya paksa untuk menciptakan kesan buruk dimata publik terhadap Jaksa Agung Muhammad Prasetyo, apalagi dalam siaran itu dihubung-hubungkan dengan Partai NasDem.

Kedua hal ini membuktikan bahwa tidak sia-sialah HT sebagai salah satu bos media terbesar di Indonesia, sekaligus membuktikan juga betapa buruknya kualitas penyiaran di republik ini, sangat tidak mendidik, semua tergantung pesanan dan kepentingan sang pemilik.

Hari ini seluruh penjuru republik terkejut atas pengakuan Antasari Azhar dalam laporannya ke Bareskrim Polri menyebut HT sebagai orang yang diutus sang penguasa pada masa itu SBY untuk melobinya dalam rangka menunda penahanan Aulia Pohan yang nota banenya adalah besan SBY.

Jadi teringat dua hal, yang pertama siaran-siaran dimedia milik HT, menyangkut partai dan menyangkut omongan-omongan politiknya yang bagiku saat ini adalah bacrit! Kedua soal iklan kampanye Demokrat tentang "Tolak Korupsi" oleh orang-orang Demokrat yang sebenarnya sekarang hanya menyisakan satu orang lagi yang belum masuk sel, yaitu Ibas sang anak mantan yang suka memakai pakaian lengan panjang itu.

Kebayang gak? Kalau besan anda sendiri menjadikan kasus anda sebagai bahan kampanye? Hahahaha.... Itulah dulu isu yang paling keren dan beredar luas di masyarakat, tujuannya untuk menarik simpatik masyarakat terhadap Partai Demokrat, katanya begini "besannya saja yang korupsi dipenjarakan, apalagi yang lain?". Ternyata setelah waktu berjalan, usut punya usut Aulia Pohan terpenjara karena SBY sudah tidak mampu lagi mengintervensi proses hukum yang telah berjalan di KPK. Memang sang mantan ahlinya untuk membalikkan fakta.

HT yang dulu adalah orang Nasdem, meloncat ke Hanura, lalu membeli badan hukum partai, kemudian merobah namanya menjadi Partai Perindo ternyata adalah biro pengantar pesan dari sang mantan. Kayak kutu loncat aja ya? Padahal belum juga bisa disebut politisi sudah melompat-lompat aja. Lebih geram lagi ketika pidato-pidatonya yang disiarkan di TV sok kritis, sok tau persoalan bangsa. Lebih baik jadi pengusaha saja pak.

Semua lagi gelisah, gelisah karena telah dimulainya babak baru untuk membuka tabir skandal lama yang telah lama terpelihara. Ada proyek mangkrak, ada skandal kriminalisasi terhadap Antasari Azhar dan ditambah lagi skandal mobilisasi massa untuk memenjarakan Ahok ke jakarta hingga umroh ke mekkah.

Ini kasus kalau membesar bisa berabe untuk partai yang bapak bangun, apalagi untuk mega proyek bapak bersama Mr. Trump, bisa GATOT (Gagal Total) loh pak.

Kasihan ya bapak-bapak ini karena Presidennya Jokowi, presiden tegas dan tak bisa diajak neko-neko oleh para orang-orang korup dan para pengincar kursi kekuasaan.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon