Tuesday, March 28, 2017

Begu Ganjang dan Politik Kampung

Ilustrasi Begu Ganjang
Siporsuk Na Mamora - Ecek-eceknya kita kembali ke jaman baholak dulu ya, masa-masa dimana kampung-kampung mulai dimasuki modernitas dan mengenal sistem demokrasi. Saya tidak ingin sebut ini masa kapitalis mulai masuk kampung, karena takutnya ada yang tidak paham apa itu kapitalis, apalagi hubungannya erat dengan masuknya Agama.
Oya... Perlu saya jelaskan, isu begu ganjang (setan panjang) atau sipele begu (penyembah setan) ini kita kenal setelah orang-orang pendatang mengenalkan Agama baru, tentang sorga dan tentang neraka. Acap kali, bagi siapa yang masih melestarikan budaya atau ritual kebiasaan nenek moyang disebut tidak ber-Tuhan. Lalu bekembang ke pengusiran, perampasan dan sampai ke pembunuhan orang-orang yang dituduhkan sipele begu. Mirip-mirip jaman penumpasan PKI lah.
Hal semacam ini sering terjadi di kampung saya, Tapanuli.
Orang-orang yang berpegang pada ritual budaya nenek moyang sering di lebeli sipele begu atau parbegu ganjang.
Pihak yang sudah menerima kepercayaan baru adalah pelaku-pelakunya, yang merasa telah bersih dan suci, atau telah menyembah Tuhan yang benar. Tetapi lupa, kalau kepercayaan baru ini malah membawa mereka rasa benci terhadap sesama, satu kampung dan bahkan saudara sedarah.
Pertanyaannya, kalau benar Tuhan mereka adalah yang paling benar dan mereka telah menjadi orang-orang yang dibersihkan, kenapa mereka takut akan hal-hal mistik? Kufikir mereka sedang berusaha mempertahankan eksistensi Agamanya. Tapi sayang, masyarakat malah melihat ini suatu tindakan kebenaran.
Pada perkembangan selanjutnya, isu sipele begu dimanfaatkan untuk memenangkan persaingan ekonomi dan atau persaingan pemilihan Kepala Desa. Juga sering dijadikan alan untuk memprovokasi warga.
Contoh sederhana, ketika kedai seorang pedagang terus ramai pengunjung dan pembeli, maka otomatis cepat kaya toh? Tak jarang orang sekampung tiba-tiba menuduh dia sipele begu, kemudian malam hari kerumunan warga datang melempari rumahnya, membakar sampai penghuni rumah pergi kabur dan terusir ke kampung orang lain. Bahkan kalau bertahan tidak mau pergi, tak jarang mereka terbunuh dan dibakar hidup-hidup didalam rumahnya.
Berjayalah pesaingnya, sementara tengkulak kampung akan memperoleh untung dengan beli tanah dan rumah orang yang terusir murah akibat tekanan yang membuat harga tanah dan rumahnya jatuh jauh dibawah harga normal. Kalau tidak mau jual, tanah dan rumahnyapun akan hilang begitu saja kelak, dirampas dan dikuasai para begundal-begundal kurang ajar yang mengaku ber Tuhan.
Biasanya, kalau selamat dari serangan massa sekampung, orang-orang yang terusir ini akan merantau jauh dari jangkauan penduduk sekampung, karena rasa malu akibat dituduh sipele begu, secara psikologis juga mereka akan tertekan karena biasanya kabar ini akan tersiar begitu cepat. Suatu usaha masiv dan terstruktur untuk menciptakan image bahwa sipele begu tak layak hidup dan tak memiliki tempat disemua perkampungan, karena itu mereka akan ditolak dikampung-kampung yang telah terkontaminasi oleh isu sipele begu.
Isu sipele begu seperti yang saya jelaskan di atas hanya ada dalam imajinasi, karena doktrin yang salah dari orang-orang yang berkepentingan. Sementara kebenarannya masih tidak jelas. Tapi karena budaya baru dan Tuhan barulah yang membuat mereka jadi terlihat aneh.
Mana ada orang yang mau beralih keyakinan ketika keyakinannya semula dengan sekejap bisa membuatnya kaya raya, lalu menggantinya dengan keyakinan pada Tuhan yang menjanjikan surga yang masih belum pernah kelihatan dan ketidak pastian atas harta dunia. Yakin bisa begitu? Manusia loh...
Jadi, itulah logika kenapa sipele begu itu tidak benar adanya, kalau ada, mungkin banyak manusia yang akan jadi penganutnya.
Lagi pulak, seharusnya manusia tak perlu takut dengan hal-hal mistis kalau memang sudah berada dalam lindunganNya, karna Dia maha besar dan maha kuasa.
Tak perlu menghakimi orang-orang yang masih bertahan dalam ritual budaya leluhur, apalagi setelah anda merasa sudah berada di jalan kebenaran Tuhan.
Yakinkan diri kita bawa sipele begu itu hanyalah isu murahan yang dijadikan pembenaran atas perampasan, pengusiran dan bahkan pembunuhan.
Mungkin begu ganjang itu hanya bebar-benar ada di TPL...Upsss.... Keseleo. Itulah sarang begu (setan) yang sebenarnya.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon