Wednesday, April 5, 2017

GMKI Selalu Merasa Pemain, Lupa Kalau Jadi Juri Itu Penting

Tags

Hasil Voting Pemilihan KPU RI dan Bawaslu RI
Siporsuk Na Mamora - Saya paling tidak suka bicara panjang lebar, diam dan mendengar adalah kebiasaanku, hanya saja, kalau sudah geram dan rasa dongkolku sudah sampai di ubun-ubun, terkadang kata-kata keluar begitu saja dan tangan pun bisa bergerak sesuai irama intonasi suara.
Beberapa kali, saya memperhatikan di lingkungan organisasiku dibesarkan, ada orang-orang yang hobbynya berkuah-kuah (istilah untuk orang yang suka membual) saja. Jangan salah, membahas dari jaman Yesus sampai jaman Jokowi pun sanggup, oh... bukan hanya itu, ternyata mulai dari jaman nabi Adam.
Kita bergeser sedikit ke jaman pergerakan kemerdekaan sampai hari ini. Ngomongnya luar biasa, klaim setinggi langit. Mungkin babi berakpun bisa dibilang itu karena diperintahnya.
Tau maksud saya klaim? Misalkan ada suatu kejadian yang menarik perhatian, baik itu demo/aksi atau suatu keputusan pemerintah, cepat sekali mereka itu berkata "itu settingan kita itu". Atau kalau gagal, ngomongnya "kita udah atur itu ketua, jadi sebelumnya kita sudah tau keputusannya apa".
Ada lagi, ini cerita lama, setiap berbicara paling benci kalau dimulai dengan kata "dulu kami dek -bla bla bla-", lalu dilanjutkan dengan bualannya lagi, "dimedan dek, yang menggerakkan mahasiswa dan buruh itu dulu, ya ini orangnya". Memang kalau anak ingusan mendengar ini akan terkagum-kagum dia, tapi kalau saya biasanya diam saja, kalau di sela, takutnya tersinggung atau marah, atau malah dibilang tak hormat pada senior. Oke... teruskan hayalanmu abangda, kembalilah hidup di jaman dulumu itu.
Serasa menjadi pemain itu memang enak... Enaknya mungkin melebihi kenikmatan orgasme. Karena itu, GMKI sering menjadi followers dan bahkan digiring tanpa sadar pada kepentingan tertentu, tak sadar bos.... Ikut pulak itu foto-foto pake nunjukin JEMPOL (paten katanya), tak taunya si kawan mungkin sudah dijual kepalanya. Tapi diluar, ngomongnya begini "kawan ngopi kita udah sekelas gubernurlah ketua, jadi untuk ajakan minum kopi dari ketua, nanti dulu...", setahun sudah lewat, ajakan ku untuk minum kopi tak juga dipenuhi. Ini cerita di Sumut.
Inilah... Kenyataan hari ini, tak ada satupun kader GMKI yang lolos jadi anggota KPU RI dan Bawaslu RI. Kenapa begitu? Karena merasa jadi pemain terus. Yakin aku, nanti diluar selalu ada omongan "kita memang nggak mau duduk di jabatan itu ketua, tapi yang seting itu semua, kita dari luar, pake remote kontrol ajaib".
Satu kata, LEMAH!
Senior saya dari Sumut itu lebih mantab-mantab, lebih banyak dan katanya lebih pemain dibanding senior dari wilayah lain, tapi sayangnya, setelah kuperhatikan, tak ada satupun nama yang bermarga Batak Toba masuk disana sebagai pemenang. Jangan-jangan karena sibuk mengontrol adek-adekan di cabang ya? Supaya ada jualan di Pilkada Sumut tahun 2018? Jujur saja... Ngak apa-apa...
Atau mungkin rebutan remote kontrol? Ini saya belikan satu...
Oya, ngomong-ngomong soal kontrol, jangan sampai bilang orang lain yang berpola fikir berbeda dari pemikiran abang "sesat" ya bang hanya untuk mendapatkan pengaruh semu.
Memang sedikit kecewa, walaupun dari hati yang paling jujur, aku ingin mengalahkan rasa kecewaku dengan harapan yang lebih besar. Biarlah harapan lebih besar bersemayam di hati, mengalahkan rasa kecewa melihat kenyataan gerakan yang tidak tertata ini. Berharap kedepan akan lebih baik ditangan-tangan orang  yang mungkin hari ini masih berada didalam kandungan.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon