Hasil Voting Pemilihan KPU RI dan Bawaslu RI |
Siporsuk
Na Mamora - Saya paling
tidak suka bicara panjang lebar, diam dan mendengar adalah kebiasaanku, hanya
saja, kalau sudah geram dan rasa dongkolku sudah sampai di ubun-ubun, terkadang
kata-kata keluar begitu saja dan tangan pun bisa bergerak sesuai irama intonasi
suara.
Beberapa kali, saya memperhatikan
di lingkungan organisasiku dibesarkan, ada orang-orang yang hobbynya
berkuah-kuah (istilah untuk orang yang suka membual) saja. Jangan salah,
membahas dari jaman Yesus sampai jaman Jokowi pun sanggup, oh... bukan hanya
itu, ternyata mulai dari jaman nabi Adam.
Kita bergeser sedikit ke jaman
pergerakan kemerdekaan sampai hari ini. Ngomongnya luar biasa, klaim setinggi
langit. Mungkin babi berakpun bisa dibilang itu karena diperintahnya.
Tau maksud saya klaim? Misalkan ada
suatu kejadian yang menarik perhatian, baik itu demo/aksi atau suatu keputusan
pemerintah, cepat sekali mereka itu berkata "itu settingan kita itu".
Atau kalau gagal, ngomongnya "kita udah atur itu ketua, jadi sebelumnya
kita sudah tau keputusannya apa".
Ada lagi, ini cerita lama, setiap
berbicara paling benci kalau dimulai dengan kata "dulu kami dek -bla bla
bla-", lalu dilanjutkan dengan bualannya lagi, "dimedan dek, yang
menggerakkan mahasiswa dan buruh itu dulu, ya ini orangnya". Memang kalau
anak ingusan mendengar ini akan terkagum-kagum dia, tapi kalau saya biasanya
diam saja, kalau di sela, takutnya tersinggung atau marah, atau malah dibilang
tak hormat pada senior. Oke... teruskan hayalanmu abangda, kembalilah hidup di
jaman dulumu itu.
Serasa menjadi pemain itu memang
enak... Enaknya mungkin melebihi kenikmatan orgasme. Karena itu, GMKI sering
menjadi followers dan bahkan digiring tanpa sadar pada kepentingan tertentu,
tak sadar bos.... Ikut pulak itu foto-foto pake nunjukin JEMPOL (paten
katanya), tak taunya si kawan mungkin sudah dijual kepalanya. Tapi diluar,
ngomongnya begini "kawan ngopi kita udah sekelas gubernurlah ketua, jadi
untuk ajakan minum kopi dari ketua, nanti dulu...", setahun sudah lewat,
ajakan ku untuk minum kopi tak juga dipenuhi. Ini cerita di Sumut.
Inilah... Kenyataan hari ini, tak
ada satupun kader GMKI yang lolos jadi anggota KPU RI dan Bawaslu RI. Kenapa
begitu? Karena merasa jadi pemain terus. Yakin aku, nanti diluar selalu ada
omongan "kita memang nggak mau duduk di jabatan itu ketua, tapi yang
seting itu semua, kita dari luar, pake remote kontrol ajaib".
Satu kata, LEMAH!
Senior saya dari Sumut itu lebih
mantab-mantab, lebih banyak dan katanya lebih pemain dibanding senior dari
wilayah lain, tapi sayangnya, setelah kuperhatikan, tak ada satupun nama yang
bermarga Batak Toba masuk disana sebagai pemenang. Jangan-jangan karena sibuk
mengontrol adek-adekan di cabang ya? Supaya ada jualan di Pilkada Sumut tahun
2018? Jujur saja... Ngak apa-apa...
Atau mungkin rebutan remote
kontrol? Ini saya belikan satu...
Oya, ngomong-ngomong soal kontrol,
jangan sampai bilang orang lain yang berpola fikir berbeda dari pemikiran abang
"sesat" ya bang hanya untuk mendapatkan pengaruh semu.
Memang sedikit kecewa, walaupun
dari hati yang paling jujur, aku ingin mengalahkan rasa kecewaku dengan harapan
yang lebih besar. Biarlah harapan lebih besar bersemayam di hati, mengalahkan
rasa kecewa melihat kenyataan gerakan yang tidak tertata ini. Berharap kedepan
akan lebih baik ditangan-tangan orang yang mungkin hari ini masih berada didalam
kandungan.
EmoticonEmoticon