Peta Sumatera Utara |
Siporsuk
Na Mamora - Tensi
politik di daerah Sumatera Utara semakin meningkat tajam menjelang Pilkada Tahun
2018 mendatang, berbagai nama mulai muncul kepermukaan, bahkan tak jarang
terlihat spanduk-spanduk para bakal calon mulai mendominasi di papan reklame
atau di persimpangan jalan, mulai dari jalan kota sampai ke jalanan kampung.
Sebagian dari mereka tidak
malu-malu mendeklarasikan namanya sendiri, caranya sangat beragam, seperti
halnya mulai sering muncul di acara-acara publik, diiklan dan yang tidak kalah
penting adalah mulai sering muncul di koran-koran lokal. Tujuannya tidak lain
adalah untuk menonjolkan prestasi masing-masing, walaupun terkadang kalau di
telisik lebih dalam, tak ada hal yang membanggakan dari mereka, tetapi
berbangga diri adalah hal biasa untuk mendongkrak popularitas.
Khusus untuk tokoh-tokoh yang mulai
sering menampakkan diri di depan publik, satu hal perobahan yang sangat mencolok
adalah caranya menanggapi undangan yang berobah drastis. Dulu menjumpainya saja
untuk sekedar diskusi bertukar fikiran susahnya tidak ketulungan, apalagi untuk memenuhi undangan (mungkin difikirnya mau mengolah), tetapi sekarang, malah sibuk
mencari panggung, kalau nggak ada juga, ya bikin panggung sendiri. Jadi kalau
di undang, nanti dulu, acara/kegiatan anda harus memenuhi kuota sesuai
permintaan, itupun kalau berhasil berjumpa, misalkan peserta minimal 500 sampai
1000 orang, baru undangan anda bersedia di penuhi. Beda halnya kalau sekarang,
50 orang saja pasti berlari untuk menghadiri, malah ditambah donasi untuk
menggaet simpatik pemilik atau pelaksana hajatan.
Seiring dengan itu, biasanya momen
seperti ini disertai dengan munculnya para RO
atau Raja Olah (sebutan kami di Sumatera Utara untuk orang-orang
yang suka menjual gerakan atau organisasi massa). Tak jarang tiba-tiba ada
yang mengklaim punya massa 5 ribu atau bahkan 100 ribu orang yang tersebar di
33 Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara, tujuannya untuk menambah nilai
tawar dimata para bakal calon kepala daerah. Lalu apa yang didapat? Sudah tentu
orientasinya adalah uang atau hepeng
dalam bahasa keseharian kami di Sumatera Utara. Bagi calon yang punya banyak hepeng tapi tidak teliti atau
opservatif, siap-siaplah jadi korban olahan mereka. Maka untuk itu, muncul
istilah keseharian kami lagi, "tim
sukses selalu sukses", tak peduli calonnya kalah atau menang.
Urusan Pilkada di Sumatera Utara
memang unik. Seunik orang-orangnya yang selalu bisa bikin kalian semua tertawa
walaupun lagi dalam kondisi sedih atau menangis. Kalau sepakat, sepakat saja,
kalau nggak, abaikan saja, mungkin bercandaku jelek.
Ada lagi, disini dalam urusan
politik, ada namanya tukang gergaji,
tau apa artinya? Hampir-hampir miriplah dengan istilah menelikung kawan dalam hal
utusan asmara. Jadi kalau kurang sor awak, sikat habis, bila penting gergaji
satu pijakan kakinya supaya jatuh terjungkan ke bawah. Alamak... Ini nyata? Ya tentu saja ini nyata.
Menghadapi masyarakat Sumatera
Utara itu memang "ngeri-ngeri
sedap" kata Alm. Sutan Bhatugana Siregar, atau "pening kepalaku tante" kata Bang Ruhut Sitompul.
Hal unik apa lagi yang ada di
Sumatera Utara selain urusan pilkada? Kalian taulah ya... Gubernurnya bro, dua
kali ditangkap KPK berturut-turut. Ups.... Bukan ditangkap, hanya dikasih
hadiah baju orange dan penginapan mewah di lembaga pemasyarakatan.
Apa lagi? Jalan-jalannya yang
rusak, maka tak heran kalau Gubernurnya naik helikopter Basarnas untuk bepergian
menghadiri acara kondangan, mungkin tujuannya supaya tidak perlu mengalami penderitaan
seperti yang dialami masyarakatnya setiap hari akibat jalanan yang
berlobang-lobang, hal ini berlaku untuk semua jalan di Sumatera Utara, dari
mulai perkotaan sampai ke pedalaman perkampungan.
EmoticonEmoticon