Aksi Pembakaran DVD Karya Artis Batak Pendukung Anies-Sandi di Istana Raja Sisingamangaraja, Bakara |
Siporsuk
Na Mamora - Baru-baru
ini, saya melihat banyak menyebar foto-foto di media sosial dan berita media
online yang membawa-bawa nama Raja Sisingamangaraja. Namun saya berfikir bahwa
ini bukan dalam hal menambah nilai positif, melainkan menimbulkan nilai negatif
yang bermuara pada kesengajaan untuk menjatuhkan nama besar Raja
Sisingamangaraja.
Pendapat saya ini bukan tanpa
alasan.
Hal sederhana yang bisa kita lihat
adalah, kenapa nama Raja Sisingamangaraja dibawa keranah politik praktis?
Tindakan seperti ini sungguh sangat tidak etis jika dikaitkan dengan urusan
politik, apalagi politik di Pilkada DKI Jakarta.
Sedikit menjelaskan tentang foto
dan berita yang banyak menyebar di kalangan pengguna media sosial.
Menurut penjelasan yang saya kutip
dari salah satu media lokal online PALAPAPOS.co.id,
tindakan pembakaran kepingan DVD artis Batak di makam Raja Sisingamangaraja,
Bakara, Humbanghasundutan ini bermula atas dasar ungkapan rasa kecewa oknum
masyarakat Batak di Tapanuli ketika mendengar beberapa orang pelaku seni atau
artis Batak yang tinggal di DKI Jakarta diduga mengalihkan dukungannya dari
Ahok-Djarot kepada Anies-Sandi.
Berikut kutipan pendapat
koordinator pelaku pembakaran DVD tersebut yang saya ambil dari media online
PALAPAPOS.co.id di atas.
"Kita sangat kecewa. Bukannya kita tidak menghargai demokrasi. Tetapi tadinya sejumlah artis penyanyi batak itu telah menyatakan mendukung pasangan Ahok-Djarot. Tetapi kenapa sekarang menjadi mendukung Anies-Sandi. Apakah itu karena materi kita tidak tahu. Yang pasti mereka tidak konsisten"
"Kaset DVD mereka ini sudah dibakar di beberapa tempat seperti istana Sisingamangaraja yang diikuti juga oleh Boru Sinambela, penjaga makam dan sekaligus juga cucu dari Raja Sisingamangaraja"
Ini adalah alasan yang murni
kepentingan politik. Alasan lain nyaris tidak ada saya temukan. Apalagi bicara
dari niat baik.
Penggiringan beberapa masyarakat
untuk melakukan aksi rendah seperti ini tidak didasari pada kesadaran politik yang
murni, itu artinya, ada orang yang memprovokasi dan menghasut masyarakat Batak
dikampung untuk melakukan tindakan ini. Tanpa mereka sadar apa dampak kemudian yang
timbul dari aksi yang sedang mereka lakukan, terlebih itu mereka lakukan di
Istana Raja Sisingamangaraja di Bakara, Humbanghasundutan, Sumatera Utara.
Kenapa saya sebut digiring? Karena
tidak ada hubungan sama sekali antara masyarakat dikampung dengan Pilkada DKI
Jakarta. Dan masyarakat dikampung juga tidak tau kalau tindakan yang mereka
lakukan adalah salah satu tindakan tercela yang tidak menghargai karya orang
lain. Padahal, karya itu dibuat dengan susah payah untuk dinikmati masyarakat
luas. Sayapun menduga, kalau-kalau aksi ini bisa bermuara pada pelanggaran hukum.
Mudah-mudahan saja tidak, karena banyak saudara saya disana yang “terikut”
melakukan aksi ini.
Telisik punya telisik, ternyata
koordinator aksi ini adalah salah seorang simpatisan partai pendukung
Ahok-Djarot yang sedang ingin menyalurkan hasrat politiknya, yang cenderung
bermaksud untuk memaksakan kehendak pilihan politik sesuai dengan yang dia
inginkan terhadap orang lain yang memiliki pandangan politik berbeda. Caranya
dengan memanfaatkan orang lain yang buta politik, dalam kasus ini yang
dimanfaatkan adalah orang dikampung.
Ini adalah tindakan penghasutan
untuk menimbulkan rasa kebencian terhadap sesama dikalangan masyarakat terhadap
beberapa artis yang disebutkan dalam berita online diatas. Muaranya jelas agar
masyarakat tidak lagi membeli, dan atau mendengarkan karya-karya lagu ciptaan para
artis Batak tersebut. Itu tujuan yang sesungguhnya selain kepentingan politik.
Saya adalah salah satu orang yang
mendukung Ahok-Djarot, sejak awal sampai sekarang. Jadi jika ditanya kenapa
saya menentang aksi ini? Jelas bukan karena kepentingan politik. Kalau
kepentingan politik, saya sebaiknya mendukung aksi ini.
Letak kekecewaan saya bukan pada
kepentingan politik. Menurut saya, sah-sah saja semua orang mendukung yang
manapun dan siapapun untuk menjadi kepala daerah. Namanya kita hidup di
Republik yang demokratis. Oleh karena itu, harusnya aksi kecam-mengecam seperti
ini tidak ada, terlebih karena membawa-bawa identitas suku dan apalagi itu
membawa-bawa nama Raja Sisingamangaraja. Lalu, saya mau bertanya, apa bedanya
kita dengan mereka yang melakukan aksi selama ini yang mengatas namakan agama
itu?
Tindakan ini benar-benar merusak
nama baik masyarakat Batak secara umum yang selama ini dikenal memiliki tingkat
intelektual tinggi dan rasional. Apalagi dalam hal berdemokrasi.
Mari kita berfikir, apa opini yang
akan berkembang dimasyarakat dengan membaca dan melihat foto dalam berita
diatas. Sudah pasti efek negatif bukan? Akan terjadi pro dan kontra.
Pesan saya sebenarnya sederhana
kepada pelaku mobilisasi aksi dan penghasut masyarakat ini.
Saya tau bahwa aksi ini adalah intrik busuk.
Pembakaran sengaja dilakukan di Istana Raja Sisingamangaraja untuk membuat aksi
lebih terlihat dramatis dan secara otomatis akan menarik perhatian banyak
masyarakat, seolah-olah ini aksi didukung oleh semua masyarakat suku Batak dan
terlebih didukung oleh seluruh pihak Istana Raja Sisingamangaraja. Tetapi
sebenarnya ini adalah hanya azas manfaat atas ketidak tauan masyarakat di
Istana Raja Sisingamangaraja akan kepentingan politik si pelaku penghasutan.
Jika ada niat mengharumkan nama
besar Raja Sisingamangaraja, bukan seperti ini caranya saudara ku.
Sebagai salah satu orang yang
memiliki hubungan terhadap Raja Sisingamangaraja, saya mengecam aksi ini.
Mayarakat harus tau, bahwa pelaku
penghasutan hanyalah memanfaatkan masyarakat untuk kepentingan politik praktis.
Tidak usah jauh-jauh, beliau adalah simpatisan salah satu partai politik yang
saat ini berkuasa di Tapanuli Utara.
Saya berharap, jangan ada lagi
aksi-asksi dengan membawa-bawa identitas kesukuan semacam ini yang justru
merendahkan harkat dan martabat orang Batak itu sendiri secara umum.
Kita bebas dalam berdemokrasi. Aksi
seperti ini adalah aksi primordial yang bertujuan untuk membunuh karakter para
artis Batak kita yang selama ini bersusah payah merawat dan menjaga eksistensi
seni, budaya dan bahasa Batak di kancah Nasional dan Internasional.
EmoticonEmoticon