Tito Karnavian Memberi Saat Memberi Keterangan Kepada CNN Indonesia |
Siporsuk Na Mamora -
Atmosfer Pilkada DKI Jakarta semakin dekat, semakin mamanas saja. Terutama
tentang "Program Tamasya Al-Maidah" yang dikabarkan akan mengarahkan
massa yang berasal dari berbagai daerah kurang lebih sebanyak 13 ribu orang ke
TPS pada saat hari H pencoblosan tanggal 19 April 2017.
"Kita harapkan umat Islam untuk ke seluruh TPS di Jakarta yang jumlahnya 13 ribu. Di sana kita mengawal, memantau supaya pelaksanaan pilkada berjalan adil, jujur, dan demokratis" kata Ansufri di Masjid Raya Al-Ittihaad
Kegiatan
ini sebelumnya pada tanggal 13 April 2017 sempat diumumkan akan dibatalkan melalui
keterangan pers atas nama Ketua Gema Jakarta, Ahmad Lutfi Fathullah. Hal ini
dilakukan atas dasar ketakutan massa tidak bisa dikontrol di lapangan.
"Secara organisasi, kita batalkan. Pertama, takut tidak terkontrol, takut terpancing, dan semakin panas. Jadi lebih baik orang Jakarta nanti setelah mencoblos jangan pulang. Tapi tunggu untuk mengawasi di situ sampai selesai" ujar Lutfi
Namun
dalam beberapa hari berikutnya, program ini kembali diumumkan akan dilaksanakan
oleh Ketua Panitia Tamasya Al Maidah atas nama Ansufri ID Sambo.
Sempat
beredar juga berita bahwa Ketua KPU DKI Jakarta mendukung kegiatan ini secara
lisan. Hal ini diungkapkan oleh salah satu panitia Tamasya Al-Maidah. Akan
tetapi dibantah dengan tegas oleh Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno.
"Tidak benar. Memang mereka pernah beraudiensi ke KPU. Mereka meminta jadi pemantau. Mereka tidak nyinggung sama sekali soal Tamasya Al-Maidah. Hanya nanya-nanya soal pemantau" kata Sumarno saat dikonfirmasi, Senin (17/4/2017).
Penolakan
ini semakin dipertegas dengan keluarnya maklumat bersama antara Polda Metro
Jaya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, dan Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu) DKI Jakarta tentang larangan mobilisasi massa saat hari pemungutan
suara. Sebab, mobilisasi itu dapat menciptakan intimidasi secara fisik dan
psikis. Ini inti isi maklumatnya.
Pertama,
setiap orang dilarang melaksanakan mobilisasi massa yang dapat mengintimidasi
secara fisik dan psikologis, dalam bentuk apa pun. Karena itu, massa dilarang
datang ke TPS di Jakarta jika tidak berkepentingan menggunakan hak pilihnya.
Kedua,
jika ada sekelompok orang dari luar Jakarta yang akan melaksanakan kegiatan
tersebut, maka Polri, TNI, dan instansi terkait akan melakukan pencegahan dan
pemeriksaan di jalan. Massa pun nantinya diminta kembali ke daerah
masing-masing.
Ketiga,
bila sekelompok orang tersebut tetap memaksa datang ke Jakarta dan melanggar
aturan hukum, maka kepolisian akan melakukan proses hukum.
Tak
hanya Polisi, KPU dan BAWASLU DKI Jakarta yang melarang. Ketua Umum Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj juga ikut mengeluarkan statmen yang
menyatakan menolak gerakan tamasya Al Maidah.
"Dari dulu saya nggak senang ada pengerahan massa. Saya menolak. Mari kita percayakan, ada dari Bawaslu, ada pihak Ahok dan Anies jadi saksi. Kalau saya percaya, saya percaya sama Bawaslu, saya percaya kepada KPU dan saksi saksi" imbuh Said Aqil Siroj
Jika
semua lembaga diatas sudah menolak, maka siapakah mereka yang nekat dan
membandel untuk tetap melakukan aksi gerakan tamasya Al-Maidah ini? Saya
melihat, sikap seperti ini adalah perlawanan terhadap Negara.
Apel Siaga TNI |
Ini Ganjaran Untuk Pelaku
Yang Ngotot Bertamasya Al-Maidah Ke Jakarta
Larangan
untuk melakukan aksi pengerahan massa ke TPS pada hari H pencoblosan jauh-jauh
hari telah disampaikan oleh Bapak Kapolri Tito Karnavian. Menurutnya kehadiran
massa dalam jumlah besar akan berpotensi mengintimidasi para pemilih.
Kapolri
Jenderal Tito Karnavian akan melakukan tindakan tegas bila ada mobilisasi dan
pengumpulan massa di TPS-TPS dalam pilkada Jakarta lusa besok.
"Tolong jangan terjadi pengumpulan massa apapun alasannya ke TPS. Apalagi jumlahnya besar. Kalau jumlahnya besar pasti kita angkat" -Kapolri Tito Karnavian-
"Jangan tanggung-tanggung. Kalau ada yang berangkat dalam rangka ke Jakarta untuk politik lokal Jakarta, cegat dan gunakan diskresi" -Kapolri Tito Karnavian-
Tak
tanggung-tanggung, dalam memberikan kepastian jaminan keamanan bagi masyarakat
yang akan berpesta demokrasi di DKI Jakarta pada tanggal 19 April 2017, Polri
akan mengarahkan sebanyak 65 ribu petugas keamanan gabungan antara Polri, TNI,
Pemda dan Linmas. 30 Ribu diantaranya adalah personil Polri dan TNI.
"Polri dan TNI jumlahnya lebih dari 30 ribu. Itu sudah banyak dan lebih banyak dari (aksi) 212. Baik di TPS maupun kekuatan standby" -Tito Karnavian-
So,
untuk orang-orang yang merasa nekat dan ngotot ikut aksi gerakan Tamasya
Al-Maidah besok, berfikirlah kembali. Ketahuilah bahwa aksi ini tidak memiliki
izin dari siapapun. PBNU juga menolak. Itu artinya aksi ini adalah ilegal atau
terlarang demi keamanan Negara.
Berfikirlah
untuk hal yang lebih baik yang bisa anda lakukan selain ikut-ikutan aksi ilegal
ini. Penjarapun akan terbuka lebar untuk para pelaku.
Mari
jadi warga yang taat hukum, percayakan urusan keamanan kepada pemerintah.
EmoticonEmoticon