Aksi Solidaritas Penyalaan 1.000 Lilin Untuk Ahok di Kota Medan |
Siporsuk
Na Mamora - Segala
sesuatu tentang Ahok memang selalu menjadi fenomenal dan menginspirasi
masyarakat diseluruh Indonesia, dan bahkan sampai keseluruh penjuru dunia.
Tidak ada cerita tentangnya yang tidak mendapat perhatian masyarakat, baik yang
di kota maupun yang di desa.
Kamis (11/5/2017) malam bertempat
di Kota Medan, saya bisa secara nyata ikut serta merasakan atmosfir kecintaan
warga terhadap Ahok. Bersama dengan teman-teman yang lain, saya menyalakan
lilin di jantung Kota Medan, dalam rangka menyuarakan aspirasi untuk
penangguhan penahanan Ahok dari jeratan hukum dua tahun penjara yang baru saja
diputuskan oleh hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada hari Selasa
(9/5/2017) kemarin terkait kasus penistaan agama.
Aksi yang spontanitas ini sebelumnya
tidak saya perhitungkan akan dihadiri ribuan warga yang bersimpatik dan
bermpati kepada Ahok. Karena, saya yakin betul, selama dua hari ini banyak
warga Kota Medan yang telah berusaha menahan diri untuk tidak turun aksi
penyalaan lilin. Tapi, akhirnya saya dan mereka kalah dan tak bisa menahan diri
lebih lama lagi, dan kami putuskan bertemu di jalanan.
Lagu nyanyian kebangsaan dan
nasional menemani kami dalam aksi ini, menggema dan menghentak di kegelapan
malam. Semakin malam, semakin bersemangat pula.
Situasi Hujan Saat Aksi Solidaritas Penyalaan 1.000 Lilin Untuk Ahok di Kota Medan |
Diawal aksi, kami sempat mendapat
kendala karena ketiadaan surat ijin aksi dari pihak kepolisian. Polisi memaksa
agar bubar dan beberapa kali menegaskan bahwa aksi tidak boleh dilakukan malam
itu. Seperti biasa, alasan kepolisian membubarkan adalah karena tidak ada surat
ijin pelaksanaan aksi. Semua itu, dilewati dengan aman dan tertib, karena
mamang, aksi ini adalah aksi damai dan tidak ada wajah-wajah sangar seperti
pihak sebelah saat melakukan aksi yang katanya membela "agama",
apalagi fentungan dan spanduk-spanduk yang berbau rasis dan bernada mengancam.
Persoalannya, bagaimana ada surat
ijin pelaksanaan aksi sementara masyarakat berkumpul sama sekali tidak
dimobilisasi dan tidak diorganisir. Semua tergerak secara spontanitas dan
dengan kesadaran hati sendiri-sendiri untuk merespon penahanan Ahok yang
dinilai banyak kalangan tidak adil, atau dengan kata lain didiskriminasi.
Jujur saja, saya sampai-sampai
terbawa emosional melihat animo masyarakat Kota Medan terhadap kasus penahanan
Ahok. Bukan hanya soal jumlah yang mencapai lebih dari 5.000-an orang, tetapi
juga atas kesadaran yang benar-benar nyata dan tanpa rasa terpaksa atau merasa
rugi menghadiri aksi ini. Tidak ada doktrinisasi, tidak ada bawa-bawa bendera
dan kelompok. Semua menyatu menjadi satu, yaitu atas nama spirit nasionalisme
dan kebangsaan.
Bagi saya, Ahok itu telah mampu
menggerakkan dan menginspirasi seluruh anak bangsa, yang selama ini diam
menjadi tergerak untuk ikut memikirkan nasib bangsa ini. Belum pernah ada
fenomena yang sejenis ini saya lihat selama hidup. Jelas saya katakan bahwa
saya beruntung hidup menyaksikan sejarah ini. Mungkin selamanya akan abadi
dalam sejarah bangsa.
Kisah tentang Ahok memberi
pelajaran penting bagi bangsa ini. Dimulai dari kejujurannya, pelayanannya dan
kesuksesannya untuk merobah wajah DKI Jakarta. Dia telah memberi kita contoh
ideal seorang pemimpin, dan karena itulah dia dicintai masyarakat Indonesia.
Sementara kasus yang menyebabkan beliau dipencara, membawa bangsa ini di uji
jati dirinya sebagai bangsa besar yang menjunjung tinggi demokrasi dan sebagai
negara yang berdasarkan hukum diuji dimata dunia Internasional. Dan memang,
karena vonis hukuman dua tahun penjara kepada Ahok, citra dan wibawa negara
kita dimata dunia Internasional dipertanyakan.
Kalian tau kenapa lilin dipilih
sebagai media dalam menyampaikan dukungan masyarakat kepada Ahok? Karena Ahok
dinilai sama dengan lilin itu sendiri, yang rela tubuhnya habis untuk
memberikan cahaya kepa orang-orang yang berada dalam kegelapan.
Bangsa kita memang sedang dalam
masa-masa yang gelap, terutama dalam segi kepemimpinan dan keadilan sosial.
Sankin gelapnya, kita tak mampu melihat cahaya lilin itu, kita dibutakan oleh
kebencian antar sesama yang membuat kita gelap mata. Akibatnya, kita sulit keluar
dari zona gelap itu menuju zona yang terang, yang jelas-jelas akan lebih baik.
Dibangsa ini, -katanya- lebih baik pemimpin korupsi daripada pemimpin beda
agama. Justru disinilah kegelapan itu, kita terbelenggu dengan sifat-sifat
fundamentalis dan sektarian.
Disisi lain kita mengharapkan agar
Indonesia semakin lebih baik dan tidak ada korupsi, namun dalam kenyataannya
kita menolak seorang anak bangsa yang jujur, anti korupsi, tulus dan pekerja
keras hanya karena tidak seiman. Kita lebih memilih yang penampilannya agamais
dan kata-katanya santun, namun hati dan perilakunya penuh dengan kebencian dan
kebohongan.
Ahok Quote |
Lilin-lilin itu memang hanya
sebentar saja, tak sampai satu jam akan habis termakan api. Namun, ketahuilah
bahwa jasa-jasa dan kisah tentang seorang Ahok takkan hilang ditelan masa. Dia
sudah menjadi bagian terpenting dalam sejarah bangsa ini, yang takkan hilang
sampai kapanpun.
Salam sada roha dari anak Medan. HORAS!
EmoticonEmoticon