Monday, May 22, 2017

Lilin Itu Mungkin Akan Habis, Tapi Cerita Tentang Ahok Akan Abadi Selamanya

Aksi Solidaritas Penyalaan 1.000 Lilin Untuk Ahok di Kota Medan
Siporsuk Na Mamora - Segala sesuatu tentang Ahok memang selalu menjadi fenomenal dan menginspirasi masyarakat diseluruh Indonesia, dan bahkan sampai keseluruh penjuru dunia. Tidak ada cerita tentangnya yang tidak mendapat perhatian masyarakat, baik yang di kota maupun yang di desa.
Kamis (11/5/2017) malam bertempat di Kota Medan, saya bisa secara nyata ikut serta merasakan atmosfir kecintaan warga terhadap Ahok. Bersama dengan teman-teman yang lain, saya menyalakan lilin di jantung Kota Medan, dalam rangka menyuarakan aspirasi untuk penangguhan penahanan Ahok dari jeratan hukum dua tahun penjara yang baru saja diputuskan oleh hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada hari Selasa (9/5/2017) kemarin terkait kasus penistaan agama.
Aksi yang spontanitas ini sebelumnya tidak saya perhitungkan akan dihadiri ribuan warga yang bersimpatik dan bermpati kepada Ahok. Karena, saya yakin betul, selama dua hari ini banyak warga Kota Medan yang telah berusaha menahan diri untuk tidak turun aksi penyalaan lilin. Tapi, akhirnya saya dan mereka kalah dan tak bisa menahan diri lebih lama lagi, dan kami putuskan bertemu di jalanan.
Lagu nyanyian kebangsaan dan nasional menemani kami dalam aksi ini, menggema dan menghentak di kegelapan malam. Semakin malam, semakin bersemangat pula.
Situasi Hujan Saat Aksi Solidaritas Penyalaan 1.000 Lilin Untuk Ahok di Kota Medan
Diawal aksi, kami sempat mendapat kendala karena ketiadaan surat ijin aksi dari pihak kepolisian. Polisi memaksa agar bubar dan beberapa kali menegaskan bahwa aksi tidak boleh dilakukan malam itu. Seperti biasa, alasan kepolisian membubarkan adalah karena tidak ada surat ijin pelaksanaan aksi. Semua itu, dilewati dengan aman dan tertib, karena mamang, aksi ini adalah aksi damai dan tidak ada wajah-wajah sangar seperti pihak sebelah saat melakukan aksi yang katanya membela "agama", apalagi fentungan dan spanduk-spanduk yang berbau rasis dan bernada mengancam.
Persoalannya, bagaimana ada surat ijin pelaksanaan aksi sementara masyarakat berkumpul sama sekali tidak dimobilisasi dan tidak diorganisir. Semua tergerak secara spontanitas dan dengan kesadaran hati sendiri-sendiri untuk merespon penahanan Ahok yang dinilai banyak kalangan tidak adil, atau dengan kata lain didiskriminasi.
Jujur saja, saya sampai-sampai terbawa emosional melihat animo masyarakat Kota Medan terhadap kasus penahanan Ahok. Bukan hanya soal jumlah yang mencapai lebih dari 5.000-an orang, tetapi juga atas kesadaran yang benar-benar nyata dan tanpa rasa terpaksa atau merasa rugi menghadiri aksi ini. Tidak ada doktrinisasi, tidak ada bawa-bawa bendera dan kelompok. Semua menyatu menjadi satu, yaitu atas nama spirit nasionalisme dan kebangsaan.
Bagi saya, Ahok itu telah mampu menggerakkan dan menginspirasi seluruh anak bangsa, yang selama ini diam menjadi tergerak untuk ikut memikirkan nasib bangsa ini. Belum pernah ada fenomena yang sejenis ini saya lihat selama hidup. Jelas saya katakan bahwa saya beruntung hidup menyaksikan sejarah ini. Mungkin selamanya akan abadi dalam sejarah bangsa.
Kisah tentang Ahok memberi pelajaran penting bagi bangsa ini. Dimulai dari kejujurannya, pelayanannya dan kesuksesannya untuk merobah wajah DKI Jakarta. Dia telah memberi kita contoh ideal seorang pemimpin, dan karena itulah dia dicintai masyarakat Indonesia. Sementara kasus yang menyebabkan beliau dipencara, membawa bangsa ini di uji jati dirinya sebagai bangsa besar yang menjunjung tinggi demokrasi dan sebagai negara yang berdasarkan hukum diuji dimata dunia Internasional. Dan memang, karena vonis hukuman dua tahun penjara kepada Ahok, citra dan wibawa negara kita dimata dunia Internasional dipertanyakan.
Kalian tau kenapa lilin dipilih sebagai media dalam menyampaikan dukungan masyarakat kepada Ahok? Karena Ahok dinilai sama dengan lilin itu sendiri, yang rela tubuhnya habis untuk memberikan cahaya kepa orang-orang yang berada dalam kegelapan.
Bangsa kita memang sedang dalam masa-masa yang gelap, terutama dalam segi kepemimpinan dan keadilan sosial. Sankin gelapnya, kita tak mampu melihat cahaya lilin itu, kita dibutakan oleh kebencian antar sesama yang membuat kita gelap mata. Akibatnya, kita sulit keluar dari zona gelap itu menuju zona yang terang, yang jelas-jelas akan lebih baik. Dibangsa ini, -katanya- lebih baik pemimpin korupsi daripada pemimpin beda agama. Justru disinilah kegelapan itu, kita terbelenggu dengan sifat-sifat fundamentalis dan sektarian.
Disisi lain kita mengharapkan agar Indonesia semakin lebih baik dan tidak ada korupsi, namun dalam kenyataannya kita menolak seorang anak bangsa yang jujur, anti korupsi, tulus dan pekerja keras hanya karena tidak seiman. Kita lebih memilih yang penampilannya agamais dan kata-katanya santun, namun hati dan perilakunya penuh dengan kebencian dan kebohongan.
Ahok Quote
Lilin-lilin itu memang hanya sebentar saja, tak sampai satu jam akan habis termakan api. Namun, ketahuilah bahwa jasa-jasa dan kisah tentang seorang Ahok takkan hilang ditelan masa. Dia sudah menjadi bagian terpenting dalam sejarah bangsa ini, yang takkan hilang sampai kapanpun.
Salam sada roha dari anak Medan. HORAS!

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon