Monday, May 22, 2017

Sebut Penyalaan Lilin Untuk Ahok Berlebihan, Warga Kecam Pernyataan Walikota Sibolga Yang Provokatif!

Syarfi Hutauruk
Siporsuk Na Mamora - Hiruk pikuk aksi solidaritas penyalaan 1.000 lilin untuk Ahok di daerah lain boleh saja sudah redup, tetapi bukan untuk warga Kota Sibolga, Provinsi Sumatera Utara. Sampai hari ini, di daerah ini pembicaraan trntang aksi penyalaan 1.000 lilin untuk Ahok masih terbilang masih hangat perbincangkan masyarakat. Hal ini dipicu oleh pernyataan dari sang Walikota Kotamadya Sibolga, Syarfi Hutauruk yang dinilai bermuatan provokatif.
Warga Kota Sibolga sebelumnya ikut serta dalam memberikan dukungan kepada Ahok yang divonis 2 tahun penjara oleh hakim pengadilan Jakarta Utara atas dugaan penistaan agama terkait pidatonya di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu yang menyinggung surat Almaidah 51.
Metode aksinya sama dengan metode aksi yang dilakukan masyarakat diseluruh tanah air Indonesia, yaitu melalu aksi solidaritas penyalaan 1.000 lilin untuk Ahok dan NKRI. Tuntutannya juga sama, yaitu menuntut prnahanan Ahok ditangguhkan serta keadilan untuk Ahok.
Masyarakat Kota Sibolga sangat antusias dengan aksi yang dilakukan pada tanggal 13 Mei 2017 yang lalu bertempat di Pelataran Gedung Nasional Sibolga. Tercatat ada sekitar 1.500 orang warga Kota Sibola yang hadir pada saat aksi tersebut berlangsung.
Tidak ada yang menyalahi aturan dalam pelaksanaan aksi yang digagas para anak muda ini sebenarnya. Aksi tersebut mereka isi dengan nyanyian-nyanyian kebangsaan, hening cipta dan lagu-lagu nasional Indonesia, selain itu, aksi juga diisi dengan orasi, pembacaan kembali teks Sumpah Pemuda dan Pancasila. Aksi inipun berjalan dengan damai dan lancar hinggi selesai.
Tetapi persoalan muncul ketika sang Walikota Sibolga, Syarfi Hutauruk melontarkan penyataan provokatif dengan mengatakan bahwa aksi simpatik penyalaan 1.000 lilin untuk Ahok dan NKRI yang dilakukan warganya tersebut terlalu berlebihan dan bisa memicu aksi tandingan.
"Ya saya rasa aksi seperti itu sangat berlebihan, kejadiannya itu di Jakarta kenapa jadi dibawa-bawa sampai ke daerah terutama di kota Sibolga. Saya kira itu sangat tidak relevan”. Syarfi Hutauruk.
Sontak saja pernyataan ini langsung ditanggapi oleh masyarakat Kota Sibolga yang memang sedari awal tidak memiliki niat negatif dalam melaksanakan aksi solidaritas untuk Ahok tersebut. Tetapi menjadi negatif ketika ditimpali tanggapan negatif dan bernada provokatif dari pemimpin kota tersebut, Syarfi Hutauruk. Seolah-olah beliau secara tidak langsung membatasi hak warganya untuk menyampaikan pendapat yang dijamin oleh lonstitusi. Lagipula, pernyataan tersebut juga memancing pihak-pihak tertentu untuk melakukan aksi tandingan yang konta dengan Ahok, dan seolah-olah telah mendapatkan lampu hijau dari sang walikota. Pada akhirnya benturan itupun akan benar-benar menjadi kenyataan. Disitulah letak nilai provokatifnya pernyataan walikota tersebut yang kini ditentang keras oleh warganya.
Menanggapi pernyataan tersebut, warga Kota Sibolga peserta aksi solidaritas penyalaan 1.000 lilin untuk Ahok dan NKRI tak tinggal diam. Mereka melakukan perlawanan atas pernyataan walikota yang dialamatkan kepada mereka dengan mengeluarkan pernyataan resmi sebagai berikut.
Surat Pernyataan Warga Kota Sibolga
Dengan tegas, pemuda yang menamakan diri Aliansi Pemuda Peduli NKRI Poros Sibolga ini pada poin-poin tuntutannya yang ke-4, mengharapkan agar Walikota Sibolga berdiri diatas semua golongan, bukan sekedar menjadi pemimpin golongan tertentu dan mendiskreditkan kelompok yang lain. Tujuannya agar Kota Sibolga menjadi daerah yang harmonis, bersatu dan menjunjung tinggi sifat toleransi diatas perbedaan suku dan agama yang ada di Kota Sibolga yang sangat terkenal dengan mottonya "Negeri indah berbilang kaum" ini.
Sifat-sifat berbau profokasi dan intoleran seperti ini sebenarnya harus dijauhkan dari seorang pemimpin di negeri ini, mulai dari daerah, wilayah sampai pada tingkat nasional.
Saya memandang bahwa aksi solidaritas penyalaan 1.000 lilin ini tidak sekedar hanya untuk Ahok, tetapi pada hakikatnya adalah untuk menyuarakan penegakan keadilan untuk seluruh warga negara tanpa pandang bulu, baik agama, suku dan kelompok! Yang paling penting dari itu semua adalah tentang pesan-pesan persatuan kita Indonesia dan untuk keutuhan NKRI.
Masyarakat harus bersuara lantang terkait dengan hal ini, terlebih jika ada indikasi perlakuan diskriminatif dan provokasi aktif dar seorang kepala daerah. Agar bangsa kita terhindar dari perpecahan, terlebih terhindar dari kaum-kaum radikalis yang menginginkan bangsa ini menjadi bangsa yang berlandaskan satu agama saja.
Salam sada roha dari Anak Medan. HORAS!

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon