Syarfi Hutauruk |
Siporsuk
Na Mamora - Hiruk pikuk
aksi solidaritas penyalaan 1.000 lilin untuk Ahok di daerah lain boleh saja
sudah redup, tetapi bukan untuk warga Kota Sibolga, Provinsi Sumatera Utara.
Sampai hari ini, di daerah ini pembicaraan trntang aksi penyalaan 1.000 lilin
untuk Ahok masih terbilang masih hangat perbincangkan masyarakat. Hal ini
dipicu oleh pernyataan dari sang Walikota Kotamadya Sibolga, Syarfi Hutauruk
yang dinilai bermuatan provokatif.
Warga Kota Sibolga sebelumnya ikut
serta dalam memberikan dukungan kepada Ahok yang divonis 2 tahun penjara oleh
hakim pengadilan Jakarta Utara atas dugaan penistaan agama terkait pidatonya di
Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu yang menyinggung surat Almaidah 51.
Metode aksinya sama dengan metode
aksi yang dilakukan masyarakat diseluruh tanah air Indonesia, yaitu melalu aksi
solidaritas penyalaan 1.000 lilin untuk Ahok dan NKRI. Tuntutannya juga sama,
yaitu menuntut prnahanan Ahok ditangguhkan serta keadilan untuk Ahok.
Masyarakat Kota Sibolga sangat
antusias dengan aksi yang dilakukan pada tanggal 13 Mei 2017 yang lalu
bertempat di Pelataran Gedung Nasional Sibolga. Tercatat ada sekitar 1.500
orang warga Kota Sibola yang hadir pada saat aksi tersebut berlangsung.
Tidak ada yang menyalahi aturan
dalam pelaksanaan aksi yang digagas para anak muda ini sebenarnya. Aksi
tersebut mereka isi dengan nyanyian-nyanyian kebangsaan, hening cipta dan
lagu-lagu nasional Indonesia, selain itu, aksi juga diisi dengan orasi,
pembacaan kembali teks Sumpah Pemuda dan Pancasila. Aksi inipun berjalan dengan
damai dan lancar hinggi selesai.
Tetapi persoalan muncul ketika sang
Walikota Sibolga, Syarfi Hutauruk melontarkan penyataan provokatif dengan
mengatakan bahwa aksi simpatik penyalaan 1.000 lilin untuk Ahok dan NKRI yang
dilakukan warganya tersebut terlalu berlebihan dan bisa memicu aksi tandingan.
"Ya saya rasa aksi seperti itu
sangat berlebihan, kejadiannya itu di Jakarta kenapa jadi dibawa-bawa sampai ke
daerah terutama di kota Sibolga. Saya kira itu sangat tidak relevan”. Syarfi
Hutauruk.
Sontak saja pernyataan ini langsung
ditanggapi oleh masyarakat Kota Sibolga yang memang sedari awal tidak memiliki
niat negatif dalam melaksanakan aksi solidaritas untuk Ahok tersebut. Tetapi
menjadi negatif ketika ditimpali tanggapan negatif dan bernada provokatif dari
pemimpin kota tersebut, Syarfi Hutauruk. Seolah-olah beliau secara tidak
langsung membatasi hak warganya untuk menyampaikan pendapat yang dijamin oleh
lonstitusi. Lagipula, pernyataan tersebut juga memancing pihak-pihak tertentu
untuk melakukan aksi tandingan yang konta dengan Ahok, dan seolah-olah telah
mendapatkan lampu hijau dari sang walikota. Pada akhirnya benturan itupun akan
benar-benar menjadi kenyataan. Disitulah letak nilai provokatifnya pernyataan
walikota tersebut yang kini ditentang keras oleh warganya.
Menanggapi pernyataan tersebut,
warga Kota Sibolga peserta aksi solidaritas penyalaan 1.000 lilin untuk Ahok
dan NKRI tak tinggal diam. Mereka melakukan perlawanan atas pernyataan walikota
yang dialamatkan kepada mereka dengan mengeluarkan pernyataan resmi sebagai
berikut.
Surat Pernyataan Warga Kota Sibolga |
Dengan tegas, pemuda yang menamakan
diri Aliansi Pemuda Peduli NKRI Poros Sibolga ini pada poin-poin tuntutannya
yang ke-4, mengharapkan agar Walikota Sibolga berdiri diatas semua golongan,
bukan sekedar menjadi pemimpin golongan tertentu dan mendiskreditkan kelompok
yang lain. Tujuannya agar Kota Sibolga menjadi daerah yang harmonis, bersatu
dan menjunjung tinggi sifat toleransi diatas perbedaan suku dan agama yang ada
di Kota Sibolga yang sangat terkenal dengan mottonya "Negeri indah
berbilang kaum" ini.
Sifat-sifat berbau profokasi dan
intoleran seperti ini sebenarnya harus dijauhkan dari seorang pemimpin di
negeri ini, mulai dari daerah, wilayah sampai pada tingkat nasional.
Saya memandang bahwa aksi
solidaritas penyalaan 1.000 lilin ini tidak sekedar hanya untuk Ahok, tetapi
pada hakikatnya adalah untuk menyuarakan penegakan keadilan untuk seluruh warga
negara tanpa pandang bulu, baik agama, suku dan kelompok! Yang paling penting
dari itu semua adalah tentang pesan-pesan persatuan kita Indonesia dan untuk
keutuhan NKRI.
Masyarakat harus bersuara lantang
terkait dengan hal ini, terlebih jika ada indikasi perlakuan diskriminatif dan
provokasi aktif dar seorang kepala daerah. Agar bangsa kita terhindar dari
perpecahan, terlebih terhindar dari kaum-kaum radikalis yang menginginkan
bangsa ini menjadi bangsa yang berlandaskan satu agama saja.
Salam sada roha dari Anak Medan. HORAS!
EmoticonEmoticon