Monday, May 29, 2017

Malunya Habib Rizieq, Keinginan Menjadi Imam Besar Terhalang Kasus Lendir

Habib Rizieq Sedang Orasi
Siporsuk Na Mamora - Hari ini mungkin menjadi hari yang menyeramkan bagi Imam Besar FPI, Habib Rizieq. Orang yang sedari dulu ngotot bermimpi diangkat sebagai Imam Besar Umat Islam Indonesia ini sekarang (29/5/2017) telah resmi ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pornografi berasama Firza Husein.
Tapi keinginan, penampilan dan kata-katanya didepan publik malah membuat posisi Habib Rizieq semakin dibenci, apalagi sikapnya yang terkesan melarikan diri dan tidak bertanggungjawab dengan kasus yang menimpanya. Alhasil, taunya hanya berteriak-teriak "fitnah, dizolimi dan dikriminalisasi" dari negara lain yang menjadi persembunyiaannya saat ini.
Tidak ada integritas sedikitpun yang tergambar dari sikap dan tindakannya. Buktinya apa? Kita boleh lihat banyak video-video ceramahnya yang beredar di youtobe dan media sosial, termasuk melakukan aksi swiping ke tempat-tempat yang mereka klaim sebagai tempat maksiat dengan sesuka hatinya.
Salah satu kasus yang paling menonjol yang diteriaki oleh FPI adalah kasus yang menimpa Ariel, Luna Maya dan Cut Tari. Kasus yang memiliki banyak kesamaan dengan kasus yang menimpa Habib Rizieq dan Firza Husein saat ini.
Hanya saja, perbedaannya soal cara menghadapi dan cara mempertanggung jawabkan kasusnya. Ariel memilih untuk bertanggungjawab dan menghadapi masalahnya dengan cara yang jantan, sementara Habib Rizieq malah melarikan diri dan bilang "saya dizolimi, saya difitnah atau saya dikriminalisasi", dan yang paling parahnya adalah menuding pemerintahan Presiden Joko Widodo melakukan konspirasi terhadap kasus yang menimpa dirinya. Ada juga aksi mengintimidasi pemerintah melalui tekanan-tekanan massa agar pemerintah tidak melakukan pengusutan lebih lanjut terhadap kasusnya tersebut, dengan alasan bahwa dia adalah ulama.
Persoalannya adalah, apa keuntungan pemerintah melakukan konspirasi untuk dirinya? Yang benar saja, kasus Habib Rizieq itu kan kasus biasa aja, pornografi. Hanya saja, rasa malunya mungkin tidak terpikul Habib Rizieq karena terlalu banyak memfitnah dan mengadili orang lain dengan sebutan-sebutan "penjahat moral dan maksiat" melalui organisasi binaannya FPI. Tak jauh berbeda dengan HTI yang dulu menyebut diri anti-Pancasila, setelah di "gebuk" pemerintah, malah bilang "kami bukan anti-Pancasila kok..".
Kalau kita percaya adanya "karma", maka sebenarnya Habib Rizieq ini sekarang sedang mengalaminya. Merasa diri sebagai orang suci dan paling agamais membuatnya dengan mudah mencap orang lain "sesat", "kafir" atau "penjahat moral", terakhir tuduhannya malah mengarah sendiri pada dirinya.
Yang membuat saya semakin tidak habis fikir adalah tentang sikapnya sebagai warga negara dalam menghadapi kasus hukum yang menjeratnya, terkesan melawan dan tidak taat pada aturan.
Dulu Melawan Joko Widodo, Sekarang Bertekuk Lutut
Ada sedikit yang aneh kemudian setelah beliau ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian, yakni Polda Metro Jaya.
Ternyata Habib Rizieq memang tak segarang kata-katanya saat bersama jutaan orang yang disebutnya sebagai peserta aksi bela Islam berjilid-jilid itu, dan juga tidak segarang ceramah-ceramahnya saat bersama para pengikutnya.
Sikapnya ini seolah-olah ingin mengadu domba Polri dengan Presiden. Mereka berusaha menciptakan opini di publik bahwa Polri seolah-olah memproses kasus Habib Rizieq tanpa koordinasi dengan Presiden Joko Widodo.
Ini sangat kontradiktif dengan statmen mereka saat berdemo dulu di DKI Jakarta, yang mengatakan bahwa Joko Widodo melindungi Ahok melalui Polri dalam kasus tuduhan penistaan agama. Merekapun kemudian tak segan meneriakkan "revolusi".
Garangnya mereka meneriakkan "turunkan Joko Widodo" atau menuduh pemerintah "zolim" tak segarang saat pimpinan mereka Habib Rizieq tersangkut kasus pornografi.
Justru sebaliknya, saat ini mereka memohon kepada Presiden Joko Widodo agar memerintahkan Polri supaya menghentikan kasus pornografi yang akan menyeret Habib Rizieq kedalam jeruji besi dikemudian hari.
Apa mereka tidak tau malu lagi ya? Bayangkan mau ditaro dimana muka Habib Rizieq sekarang, memohon belas kasihan dari orang yang selama ini mereka zolimi dan fitnah? Walaupun keyakinanku mengatakan bahwa tidak akan mungkin Pak Joko Widodo mengabulkan permohonan mereka, karena baginya pelanggaran hukum tetaplah pelanggaran hukum yang harus diproses sampai selesai seadil-adilnya, tanpa mengenal siapa dan berasal dari kelompok mana, karena semua sama dimata hukum.
Situasi alamiah yang kemudian menempatkan Habib Rizieq pada posisi dipermalukan saat ini dengan kasus lendir yang dihadapinya.
Takkan lagi muluk-muluk akan diangkat sebagai Imam Besar Umat Islam Indonesia, bahkan menunjukkan muka saja saat ini sudah menjadi hal yang paling memalukan bagi dirinya. Konon lagi ada yang menginginkannya sebagai Imam Besar Umat Islam Indonesia? Itu hanya mungkin bagi kaum bumi datar seperti Jonru dan anggota FPI yang memang daya pikir warasnya sudah mati karena kebencian dan fanatisme membabi butanya terhadap Habib Rizieq!
Pesan saya, mengadili Habib Rizieq bukan berarti mengkriminalisasi ulama. Membenci Habib Rizieq besera FPI atau HTI juga bukan berarti membenci umat Islam.
Salam sada roha dari Anak Medan. HORAS!

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon