Sumber : JawaPos.com |
Siporsuk
Na Mamora - Entah
memang hanya lewat di beranda facebook milik saya saja atau di beranda facebook
milik teman-teman juga bersliweran status beberapa orang yang merasa dan
keberatan dengan kata "gebuk" yang disampaikan Pak Joko Widodo di
Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau pada tanggal 19 Mei 2017 lalu, mengacu pada
organisasi yang anti terhadap Pancasila.
Ada status yang bahkan dengan
terang-terangan menyebutkan organisasi mereka sedang digebuk saat ini oleh
pemerintah, tentu saja disertai dengan nada yang provokatif dan mengeneralisir
bahwa pemerintah telah menggebuk organisasi umat Islam di Indonesia.
Apa itu benar? Sementara dengan
jelas, dalam ceramah tersebut, yang di maksud Presiden Joko Widodo harus
digebuk itu adalah organisasi-organisasi yang anti-Pancasila dan Komunis. Lebih
luas, beliau menjelaskan bahwa negara kita Indonesia dengan Ideologi Pancasila
itu sudah final dan tidak boleh diganggu gugat lagi. Jadi, apabila ada
organisasi masyarakat yang ingin keluar atau mengganggu ideologi Pancasila
serta pilar negara yang lain, yakni UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika,
maka itu artinya bertentangan dengan hal yang sangat fundamental bagi bangsa
ini. Untuk itu, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa negara harus menggebuk
tanpa ragu.
Dasar yang paling kuat kenapa
Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan “gebuk” itu adalah Konstitusi
bangsa Indonesia yang telah disepakati para pendiri bansa. Sejalan dengan
janjinya sejak dilantik menjadi Presiden RI ke-7, yaitu menegakkan konstitusi
NKRI yang telah merumuskan bahwa Pancasila sebagai dasar negara sudah final dan
tidak boleh diganggu-gugat lagi, bahkan dengan ideologi manapun, termasuk
Komunis ataupun Khilafah.
Inilah yang perlu dipahami seluruh
masyarakat Indonesia, yaitu berpegang teguh pada konstitusi, bukan pada
kehendak agama mayoritas dan lain sebagainya. Itu artinya, Presiden juga
mengatakan bahwa tidak ada tempat bagi ideologi Khilafah di Indonesia, alias
ilegal atau musuh negara.
Mungkin banyak yang shock dengan pernyataan Pak Joko Widodo
ini, apalagi mereka yang sejak dulu menginginkan agar Indonesia menjadi negara
Islam yang berdasarkan Ideologi Khilafah! Alhasil, merekapun mencak-mencak dan
berteriak "kami bukan anti-Pancasila" setelah pemerintah benar-benar
menggebuknya.
Harus kita paham betul, bahwa
menggebuk kaum yang memaksakan Indonesia menjadi negara Islam yang berdasarkan
Ideologi Khilafah bukan berarti menggebuk umat Islam.
Lalu kenapa kemudian ada yang
berteriak "pemerintah sedang menggebuk umat Islam" setelah itu?
Pernyataan sejenis inilah yang
sedang marak di beranda media sosial milikku. Mungkin maksud mereka menyebarkan
pernyataan seperti ini adalah untuk memprovokasi umat Islam yang lain agar
terpengaruh dengan paham mereka -membenci pemerintahan yang sekarang yang sedang
menggebuk kaum radikalis- melalui media sosial.
Sebenarnya mereka sudah tau bahwa
ide Khilafah mereka tidak ada gunanya dipaksakan diberlakukan di Indonesia, ditambah
lagi pemerintah yang sekarang dengan tegas akan menghabisi mereka yang
anti-Pancasila.
Jadi yang mereka lakukan itu sama
seperti apa yang dilakukan oleh orang yang sedang hanyut terbawa arus sungai
yang deras, yaitu panik mencari pertolongan dan pegangan ranting atau apapun
yang ada disekitarnya, berharap agar mereka bisa selamat dan kembali
melancarkan politik anti-Pancasila-nya di Indonesia dengan berdalih kemudian
sungai itu yang salah dan berkata setelah sampai ditepian sungai, "aku
tidak hanyut kok, hanya terbawa arus".
Bagi mereka yang terlalu lama
terbawa arus dan hampir menemui ajal bisa jadi trauma dan terbawa ilusi
kemudian setelah sampai di daratan. Begitulah juga orang-orang radikal
anti-Pancasila ini, mereka selalu berilusi dengan impian mendirikan negara
Islam berdasarkan ideologi Khilafah-nya, bahkan sampai ada yang gila
teriak-teriak Khilafah seperti yang terjadi pada tokoh HTI di Kota Kediri.
Kembali ke konteks awal tentang
orang-orang atau kelompok yang merasa di gebuk oleh pemerintah saat ini,
tentang mereka yang memprovokasi masyarakat dengan mengatakan bahwa menggebuk
organisasi mereka yang radikal berarti pemerintah menggebuk organisasi umat
Islam.
Pernyataan-pernyataan seperti ini
mungkin akan kita anggap biasa, tetapi bagi mereka yang labil dan fundamental,
hal ini akan menjadi sangat berpotensi menjadikan mereka turut menjadi radikal.
Targetnya utamanya agar semakin banyak orang yang membenci Presiden Joko
Widodo.
Maka kita harus menjelaskan bahwa
yang dimaksud pemerintah adalah kelompok yang radikal, intoleran dan
anti-Pancasila, tak terkecuali apapun agama pelakunya. Karena sejatinya, mereka
yang radikal akan lebih mudah memasukkan pahamnya dengan mengatasnamakan agama.
Sementara untuk mengenali mereka
yang menganut paham radikal, lihat saja sikapnya. Jika mereka merasa digebuk
dan dihabisi pemerintah, berarti orang beserta organisasi yang diikutinya
memang benar-benar radikal dan anti-Pancasila.
Orang atau organisasi seperti ini
harus kita antisipasi dalam menyebarkan virus paham radikalnya. Jika perlu,
kita monitoring dan sebarkan di media sosial jika kita memiliki bukti berupa
video dan statmennya, bila perlu jangan ragu melaporkan kepada pihak berwajib.
Tujuannya agar semakin banyak orang yang waspada terhadap gerakan mereka, dan
yang paling penting, agar pemerintah segera menindak-lanjutinya.
Salam sada roha dari Anak Medan. HORAS!
EmoticonEmoticon