Sunday, May 28, 2017

Merasa Digebuk, Berarti Benar Mereka Kaum Radikal

Sumber : JawaPos.com
Siporsuk Na Mamora - Entah memang hanya lewat di beranda facebook milik saya saja atau di beranda facebook milik teman-teman juga bersliweran status beberapa orang yang merasa dan keberatan dengan kata "gebuk" yang disampaikan Pak Joko Widodo di Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau pada tanggal 19 Mei 2017 lalu, mengacu pada organisasi yang anti terhadap Pancasila.
Ada status yang bahkan dengan terang-terangan menyebutkan organisasi mereka sedang digebuk saat ini oleh pemerintah, tentu saja disertai dengan nada yang provokatif dan mengeneralisir bahwa pemerintah telah menggebuk organisasi umat Islam di Indonesia.
Apa itu benar? Sementara dengan jelas, dalam ceramah tersebut, yang di maksud Presiden Joko Widodo harus digebuk itu adalah organisasi-organisasi yang anti-Pancasila dan Komunis. Lebih luas, beliau menjelaskan bahwa negara kita Indonesia dengan Ideologi Pancasila itu sudah final dan tidak boleh diganggu gugat lagi. Jadi, apabila ada organisasi masyarakat yang ingin keluar atau mengganggu ideologi Pancasila serta pilar negara yang lain, yakni UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, maka itu artinya bertentangan dengan hal yang sangat fundamental bagi bangsa ini. Untuk itu, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa negara harus menggebuk tanpa ragu.
Dasar yang paling kuat kenapa Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan “gebuk” itu adalah Konstitusi bangsa Indonesia yang telah disepakati para pendiri bansa. Sejalan dengan janjinya sejak dilantik menjadi Presiden RI ke-7, yaitu menegakkan konstitusi NKRI yang telah merumuskan bahwa Pancasila sebagai dasar negara sudah final dan tidak boleh diganggu-gugat lagi, bahkan dengan ideologi manapun, termasuk Komunis ataupun Khilafah.
Inilah yang perlu dipahami seluruh masyarakat Indonesia, yaitu berpegang teguh pada konstitusi, bukan pada kehendak agama mayoritas dan lain sebagainya. Itu artinya, Presiden juga mengatakan bahwa tidak ada tempat bagi ideologi Khilafah di Indonesia, alias ilegal atau musuh negara.
Mungkin banyak yang shock dengan pernyataan Pak Joko Widodo ini, apalagi mereka yang sejak dulu menginginkan agar Indonesia menjadi negara Islam yang berdasarkan Ideologi Khilafah! Alhasil, merekapun mencak-mencak dan berteriak "kami bukan anti-Pancasila" setelah pemerintah benar-benar menggebuknya.
Harus kita paham betul, bahwa menggebuk kaum yang memaksakan Indonesia menjadi negara Islam yang berdasarkan Ideologi Khilafah bukan berarti menggebuk umat Islam.
Lalu kenapa kemudian ada yang berteriak "pemerintah sedang menggebuk umat Islam" setelah itu?
Pernyataan sejenis inilah yang sedang marak di beranda media sosial milikku. Mungkin maksud mereka menyebarkan pernyataan seperti ini adalah untuk memprovokasi umat Islam yang lain agar terpengaruh dengan paham mereka -membenci pemerintahan yang sekarang yang sedang menggebuk kaum radikalis- melalui media sosial.
Sebenarnya mereka sudah tau bahwa ide Khilafah mereka tidak ada gunanya dipaksakan diberlakukan di Indonesia, ditambah lagi pemerintah yang sekarang dengan tegas akan menghabisi mereka yang anti-Pancasila.
Jadi yang mereka lakukan itu sama seperti apa yang dilakukan oleh orang yang sedang hanyut terbawa arus sungai yang deras, yaitu panik mencari pertolongan dan pegangan ranting atau apapun yang ada disekitarnya, berharap agar mereka bisa selamat dan kembali melancarkan politik anti-Pancasila-nya di Indonesia dengan berdalih kemudian sungai itu yang salah dan berkata setelah sampai ditepian sungai, "aku tidak hanyut kok, hanya terbawa arus".
Bagi mereka yang terlalu lama terbawa arus dan hampir menemui ajal bisa jadi trauma dan terbawa ilusi kemudian setelah sampai di daratan. Begitulah juga orang-orang radikal anti-Pancasila ini, mereka selalu berilusi dengan impian mendirikan negara Islam berdasarkan ideologi Khilafah-nya, bahkan sampai ada yang gila teriak-teriak Khilafah seperti yang terjadi pada tokoh HTI di Kota Kediri.
Kembali ke konteks awal tentang orang-orang atau kelompok yang merasa di gebuk oleh pemerintah saat ini, tentang mereka yang memprovokasi masyarakat dengan mengatakan bahwa menggebuk organisasi mereka yang radikal berarti pemerintah menggebuk organisasi umat Islam.
Pernyataan-pernyataan seperti ini mungkin akan kita anggap biasa, tetapi bagi mereka yang labil dan fundamental, hal ini akan menjadi sangat berpotensi menjadikan mereka turut menjadi radikal. Targetnya utamanya agar semakin banyak orang yang membenci Presiden Joko Widodo.
Maka kita harus menjelaskan bahwa yang dimaksud pemerintah adalah kelompok yang radikal, intoleran dan anti-Pancasila, tak terkecuali apapun agama pelakunya. Karena sejatinya, mereka yang radikal akan lebih mudah memasukkan pahamnya dengan mengatasnamakan agama.
Sementara untuk mengenali mereka yang menganut paham radikal, lihat saja sikapnya. Jika mereka merasa digebuk dan dihabisi pemerintah, berarti orang beserta organisasi yang diikutinya memang benar-benar radikal dan anti-Pancasila.
Orang atau organisasi seperti ini harus kita antisipasi dalam menyebarkan virus paham radikalnya. Jika perlu, kita monitoring dan sebarkan di media sosial jika kita memiliki bukti berupa video dan statmennya, bila perlu jangan ragu melaporkan kepada pihak berwajib. Tujuannya agar semakin banyak orang yang waspada terhadap gerakan mereka, dan yang paling penting, agar pemerintah segera menindak-lanjutinya.
Salam sada roha dari Anak Medan. HORAS!

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon