Monday, September 11, 2017

Strategi Politik Busuk Dibalik Kemenangan Anies-Sandi

Tags

Asma Dewi bersama Anies-Sandi
Siporsuk Na Mamora – Pilkada DKI Jakarta memang sudah terlewat jauh. Ahok juga sudah di penjara karena postingan Buni Yani, dan Anies-Sandi juga sudah disahkan sebagai pemenang.
Namun kita tidak bisa serta merta melupakan semua dinamika politik yang terjadi selama perhelatan pilkada DKI Jakarta berlangsung. Ada catatan penting yang tidak begitu saja bisa kita lupakan, yaitu massivenya dan terstrukturnya kampanye bermuatan isu sara, ujaran kebencian, mobilisasi massa/demo bernomor togel berjilid-jilid, hoax, politisasi rumah ibadah dan sampai pada ancaman tidak menyolatkan mayat pendukung Ahok-Djarot. Inilah catatan penting dan memilukan yang kita warisi dari proses demokrasi di pilkada DKI Jakarta.
Ahok yang di mata masyarakatnya memiliki kinerja yang bagus, tegas dan terlebih anti korupsi harus rela keok di putaran kedua pilkada DKI Jakarta akibat dari banyaknya cara kampaye hitam yang diarahkan kepadanya secara terus menerus dan berskala besar-besaran. Jakarta tiba-tiba ramai dikunjungi oleh orang-orang dari luar daerah dengan tujuan untuk berdemo, sebagian dari mereka berteriak lantang “gantung Ahok!!!, bunuh Ahok!!!, Ahok kafir!!!” dan masih banyak lagi teriakan yang lain.
Kondisi politik yang tidak kondusif sengaja diciptakan kelompok tertentu selama pilkada DKI Jakarta secara tidak langsung waktu itu menguntungkan pihak Anies-Sandi.
Semua bertanya-tanya pada waktu itu, namun semua tidak menyangka bahwa ternyata ada segerombolan orang sindikat penebar konten berisi ujaran kebencian berbau sara dan hoax melalui media sosial/internet yang dimanfaatkan politikus tertentu yang haus akan kekuasaan guna untuk mencapai kemenangan.
Sebenarnya diawal telah mulai tercium kebusukan itu setelah tertangkapnya Ketua GPMF-MUI Bactiar Nasir oleh Bareskrim Polri dengan tuduhan pencucian uang yang menyangkut pembiayaan aksi 212. Namun itu ternyata belum seberapa dibanding dengan kasus sindikat Saracen yang terkuak kemudian.
Rentetan benang merah pelaku, atau pengorder konten isu sara kepada pengurus Saracen sudah mulai terlihat jelas dengan pengungkapan kasus sindikat Saracen. Melalui anggota-anggota Saracen yang sudah ditangkap polisi beserta rekam jejak mereka, kita bisa memahami dan mengetahui pihak siapa sebenarnya yang mengorder konten-konten keji kepada pihak Saracen.
Asma Dewi, nama yang belakangan mencuat karena kasus ujaran kebencian di media sosial. Polisi juga telah memastikan bahwa ibu rumah tangga yang berasal dari Sulawesi Utara ini turut terlibat dalam sindikat kelompok Saracen. Bahkan lebih jauh, polisi juga mengatakan bahwa Asma Dewi pernah mentransfer uang senilai Rp 75 juta kepada bendahara tim inti Saracen bernama Namlea Solo.
Sepanjang pengamatan saya, Asma Dewi memiliki peran yang sangat penting di pihak tim Anies-Sandi.
Fakta-fakta hubungan dekat Asma Dewi dan pihak tim Anies-Sandi bisa kita lihat dari rekam jejak foto elektronik milik Asma Dewi yang telah banyak menyebar di media-media sosial.
Selain itu, ada beberapa jabatan strategis organisasi taktis yang bertujuan menghadang Ahok agar tidak terpilih lagi sbagai gubernur DKI Jakarta periode ke-2 di duduki oleh Asma Dewi.
Pertama : Sekretaris Presidium Alumni 212 yang notabanenya adalah kelompok yang dulu berdemo di monas menuntut Jokowi menahan Ahok secepat mungkin terkait kasus penistaan agama Islam. (CNNIndonesia.COM)
Kedua : Bendahara tamasya Almaidah yang bertujuan untuk memobilisasi massa dari daerah ke DKI Jakarta pada pilkada putaran kedua guna untuk mengawasi dan mengamankan suara cagub muslim yang tidak lain adalah Anies. (Tirto.ID)
Posisi jabatan strategis organisasi taktis di atas inilah yang kemudian membuat saya dan teman-teman yang lain dapat melihat jelas akan siapa dan apa peran Asma Dewi dalam hubungan antara Saracen, 212 (GMF-MUI) dan Tamasya Almaidah dengan pihak Anies-Sandi dalam upaya memperoleh kemenangkan di pilkada DKI Jakarta.
Semua sudah mulai kelihatan terang-benderang kepada publik, siapa atau pihak mana yang doyan mengorder berita hoax dan ujaran kebencian kepada pengurus Saracen selama ini demi untuk meraih kemenangan dalam pilkada.
Karena itu, kita bisa berkesimpulan bahwa sebenarnya, kemenangan Anies-Sandi didapatkan dari cara-cara kotor dan menjijikkan! Karena mereka berkompromi dengan sindikat Saracen yang telah secara massive, terstruktur dan berpengalaman menebar isu-isu yang berisi ujaran kebencian, mengandung unsur sara dan hoax di media-media sosial/online.
Seyogyanya kemenangan adalah hal yang harus diraih dengan cara terhormat. Manakala kita meraihnya dengan cara-cara curang, maka hilanglah sudah kehormatan kita bersamanya.
Mari kita dorong pemerintah melalui kepolisian untuk mengusut tuntas sampai ke akar-akarnya kasus sindikat kelompok Saracen.
Salam sada roha dari Anak Medan. HORAS!

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon