Screenshoot Beritasatu.com |
Saat dulu, media mainstrim kebanjiran job, kekurangan kamera untuk dipasang di setiap persimpangan dan jalan-jalan macet yang lumpuh total puluhan kilo meter panjangnya. Sampai ada beberapa media yang harus pakai helikopter untuk menyoting panjangnya deretan mobil yang terjebak macet -lumpuh- dijalanan.
Situasi mudik di jaman pepo menurut para media kita lebih seksi dan lebih menguntungkan untuk di publis, makanya di bahasa secara beasar-besaran. Sedangkan di jaman Jokowi? Sama sekali tidak menarik, karena jika dibahas, pun yang ada nanti malah menunjukkan dan mempublikasikan keberhasilan Jokowi secara langsung. Rugi donkk...
Oke! Mari kita akui saja, bahwa keberhasilan ini adalah bukti nyata sebagai tolak ukur keberhasilan dan keseriusan Jokowi membangun bangsa, dan berhasil memberi pelayanan prima kepada rakyatnya.
Hanya orang gilak, tuli dan buta (hati) dan sirik kepada pemerintah yang tidak mengakui ini sebagai suatu keberhasilan.
Para kampret kejang-kejang, membisu dan sekaligus terpana. Tak mampu lagi berkata-kata, justru yang di akar rumput akan sadar, bahwa mereka selama ini hanya dibodoh-bodohi para elit partai oposisi.
Disaat mudik lancar dan tanpa ada hambatan dan masalah, media-media malah ramai membahas video HRS yang mengaku dapat SP3 kasus chat pornografi. Suatu hal yang menurutku tidak penting dan berfaedah untuk di bahas ramai-ramai. Kebohongan publik kok malah ramai-ramai di liput? Tapi, ya sudahlah...
Terimakasih P'de Jokowi, karena kerja kerasmu, macet cusss, mudikpun jadi asyikkk...
Salam sada roha dari Anak Medan.
h o r a s !
EmoticonEmoticon