Friday, November 23, 2018

Peran Pemuda dan Mahasiswa Untuk Mencegah Ancaman Keamanan Data Pemilu 2019


Penyampaian materi oleh Benardo Sinambela

PERAN PEMUDA DAN MAHASISWA
UNTUK MENCEGAH ANCAMAN KEAMANAN DATA PEMILU 2019 (1)
Oleh: Benardo Sinambela (2)

Pendahuluan
Tahun 2019 adalah tahun politik yang penting bagi Indonesia secara nasional. Ada 5 unsur penting yang akan dipilih melalui Pemilu 2019, antara lain: Presiden RI dan Wakil Presiden RI, DPR-RI, DPD-RI, DPR-D Provindi dan DPR-D Kabupaten/Kota.
Adapun jumlah DPT Pemilu 2019 yang dirilis KPU pada bulan Agustus 2018 sebanyak kurang lebih 185 juta pemilih.
Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, KPU RI telah menerapkan pemanfaatan teknologi internet dalam mendukung pendataan DPT, Caleg, Capres dan juga berupa penyajian data-data hasil pemilu yang terintegrasi dari pusat hingga ke daerah.
Persoalan-persoalan yang muncul kemudian adalah banyaknya ditemukan seranga cyber ke situs KPU, terlebih saat-saat agenda penting menuju pemilihan, baik di daerah ataupun di pusat, baik dalam pengumpulan data dan ataupun penyajian hasil pemilu. Ditambah lagi persoalan-persoalan sulitnya/lambatnya akses ke website KPU.
Yang paling penting dari semua persoalan yang muncul adalah tentang terjaminnya data-data para pemilih, hingga tidak tersebar kemana-mana yang berpotensi disalah gunakan oleh pihak lain. Terlebih lagi data yang ditampilkan di website KPU.
Penggunaan IT memang sudah menjadi kebutuhan penting dalam mendukung kerja-kerja lembaga Negara, agar pelayanan lebih cepat, efektif dan ekonomis. Namun seiring kebutuhan penggunaan IT meningkat, maka kejahatan cyber juga semakin banyak terjadi dimana-mana, termasuk yang beberapa waktu belakangan ini terjadi penyerangan terhadap website KPU, padahal, dari segi anggaran, pengeluaran KPU untuk IT sangat fantastis. Pengajuan terakhir oleh KPU untuk memperkuat system IT-nya sebesar Rp 35 M.
Persoalan-persoalan Pemilu di Era Digitalisasi
Pemuda dijaman sekarang sudah memiliki kegandrugan akan teknologi informasi. Sehingga bukan suatu hal yang sulit lagi bagi pemuda untuk belajar IT, bahkan banyak dari pelaku-pelaku kenakalan cyber belajar oautodidak atau mulanya hanya sekedar hobby lalu menjadi sebuah keahlian atau menjadi penjahat cyber dengan meretas situs-situs pemerintah dan pihak swasta. Terkadang bukan untuk mencari keuntungan pribadi, tetapi hanya sekedar iseng dan coba-coba, namun berakhir dipenjara, atau dampak yang ditimbulkan sangat merugikan banyak orang.
Pengamanan data pemilu di era digital memang menjadi suatu hal yang sangat vital, karena jika tidak dilakukan pengamanan secara ketat, maka data-data para pemilih bisa disalah gunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi kepentingan sesaat.
Ada beberapa persoalan yang muncul ketika system IT KPU tidak didesain dengan daya tahan yang kuat terhadap serangan cyber, antara lain:
Pertama: Dari segi data-data yang nantinya diambil dengan cara meretas, bisa dimanfaatkan untuk memodifikasi hasil pemilu dengan menyalah gunakan data tersebut.
Kedua: Jika KPU menggunakan system IT dalam pengiriman data-data hasil pemilu, maka sudah bisa dipastikan data hasil pemulu yang dikirim dari daerah bisa tidak sesuai dengan apa yang sampai ke pusat.
Ketiga: Akses oleh public ke situs KPU yang selalu bermasalah, yang mengakibatkan  pelayanan public tidak terpuaskan, sementara semangat awal penggunaan IT dalam system kepemiluan kita tidak lain adalah untuk mempercepat dan demi efektifitas pelayanan public.
Keempat: KPU telah menerapkan system IT dalam menampilkan data hasil pemilu yang masuk dengan menampilkannya secara real-time di website resmi KPU. Maka, jika terjadi kesalahan akibat diretas, hal itu bisa membentuk opini publik yang berbanding terbalik dengan data asli yang nantinya bisa mengundang kegaduhan pasca pemilu selesai.
Kontribusi Pemuda dan Mahasiswa
Ada beberapa hal yang harus dilakukan para pemuda dan mahasiswa dalam mendukung dan menjaga stabilitas keamanan pemilu di era digital, antara lain:
-       KPU harus mengajak oemuda dan mahasiswa agar terlibat langsung dalam memberikan kontribusi gagasan serta terobosan untuk memperkuat keamanan pemilu dan juga pengamanan data pemilu di situs KPU itu sendiri.
-       Pemuda senantiasa berperan aktif memberikan kritik dan saran-saran kepada KPU, terkhusus dalam rangka memperkuat system IT KPU dan demi kepentingan bangsa dan Negara.
-       Dengan melihat system IT KPU yang belum begitu kuat, maka pemuda dan mahasiswa diharapkan tidak cepat terpengaruh dengan apa yang ditampilkan di situs KPU nantinya, dalam artian harus tetap menunggu keputusan real dari KPU.
-       Dalam bertindak, pemuda dan mahasiswa disarankan agar terlebih dahulu memahami UU ITE dan sejenisnya yang berlaku di Indonesia, agar tidak terjerumus kedalam masalah hukum dan berakhir di penjara hanya karena iseng dan coba-coba semata.
-       Polri juga diharapkan bisa merangkul para pemuda dan mahasiswa yang memiliki kemampuan di bidang cyber atau IT, dan dibina serta diarahkan ke hal-hal yang lebih bermanfaat. Atau digandeng sebagai partner strategis dalam menyelesaikan persoalan-persoalan gangguan cyber yang berpotensi mengacaukan stabilitas Negara.
Penutup
Demikianlah tulisan singkat ini disampaikan, biarlah kiranya bermanfaat untuk semua pembaca, dengan harapan akan terciptanya stabilitas menuju pemilu yang damai dan bermartabat.
Terima kasih dan salam sejahtera untuk kita semua.


(1)  Disampaikan di FGD “Penguatan Sistem IT Pemilu Dalam Rangka Menjaga Keamanan Data Pemilu Tahun 2019” oleh Komite Mahasiswa dan Pemuda Pemantau Pemilu, Jakarta.
(2) Ketua Bidang Media Komunikasi dan Informasi Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon