Ruhut Sitompul |
Siporsuk Na Mamora : Belakangan Ruhut Sitompul sangat santer dalam kabar berita perpolitikan Republik ini, sebelumnya mungkin sudah populer juga, rasanya kepopulerannya tak pernah redup semenjak tahun 90-an. Jika dahulu dikenal dengan Sipoltak raja minyak dari medan, sekarang agaknya berganti dengan sebutan baru yang di "label" kan pada beliau ini yaitu "Sang Dukun Politik".
Komentar-komentarnya sangat nyentrik dan tajam menusuk ke target yang dituju, begitulah dia berbicara mulai dari awalnya sebagai bintang filem, pengacara dan sampai politikus. Jika akhir-akhir ini kita perhatikan, kepopulerannya tidak lain karena masa peralihan kiblat politik dari segi kepartaian (kalau ke penguasa itu tetap). Ditambah lagi gara-gara AHOK!
Kembali ke konten di awal "Sang Dukun Politik", sebutan ini disematkan kepada beliau karena ada keunikan dalam dirinya ketika mengambil sikap politik. Dimedan saja, jika bertemu dengan kawan-kawan sesama aktivis jalanan, sering terjadi gurauan perihal jika berbicara politik dan dukung-mendukung dan bahkan sampai pada menganalisis siapa yang akan menang, tak jarang muncul kata-kata "Kita tanya aja sama bang Ruhut" atau "Kita lihat kemana dukungan bang Ruhut, pasti itulah yang menang" Hehehehe. Mungkin ini bagi sebagian orang hanyalah gurauan "khas" medan, tetapi ada benarnya juga saya fikir.
Seakan insting politiknya sangat kuat, tahun 2014 beliau memutuskan untuk mendukung Jokowi-JK yang jika secara kasat mata tak berhubungan sama sekali, hanya mungkin beliau pernah sama berkiprah di Golkar dengan JK. Dukungan beliau tidak hanya sebatas cuap-cuap, beliau juga membentuk barisan relawan pemenangan dan dideklarasikan ditengah partainya PD mengambil sikap mendukung prahara. Hal ini tentu sangat beresiko bagi karir politiknya.
Seketika perhelatan pilkada DKI Jakarta akan digelar bulan Februari 2017, sekarang beliau juga mengambil sikap mendung AHOK, lagi-lagi tak berhubungan sama sekali jika dilihat secara kasat mata. Dengan demikian pilkada DKI Jakarta sebenarnya sudah selesai dengan AHOK sebagai pemenang. HEHEHE
Sebentar meninggalkan pilpres dan pilkada DKI, kita lihat ke pilkada Sumut yang akan di gelar tahun 2018, pertanyaan yang muncul kemudian adalah siapakan pemenangnya? apakah Ruhut hanya sebagai penonton or pendukung atau malah jadi salah satu kandidat Gubernur Sumatera Utara?
Kita lihat sepak terjangnya, yang pasti dari PD tak mungkin dapat rekomendasi, karena beliau telah berkali-kali membelot dari garis instruksi partai berlambang bintang mercy tersebut. Lalu kemanakah dukun politik akan berlabuh?
Kedengarannya offsite kalau saya sampaikan bahwa ada issu jika keluar dari PD dan mundur dari DPR, beliau akan diangkat jadi staff kepresidenan di Era Jokowi-JK ini, hal itu juga bisa menjadi bahan pertimbangan untuk memperkuat dugaan bahwa sang Dukun Politik sedang mendekat dengan partai penguasa PDI, kepentingannya sudah mungkin tak mengambil DPR lagi di pemilu 2019, ditambah lagi setidaknya beliau ini bukan politikus yang "lemah". Jika mengambil keputusan beliau juga pasti memperhitungkan karir politiknya kedepan.
Pada pemilu 2014, beliau calon dari dapil Sumut 1 meliputi Medan, Deli Serdang dan Serdang Bedagai, tak pelak berhasil mengumpulkan suara sebanyak 34 ribu lebih dan berhasil mengalahkan rekan separtainya Sutan Batugana Siregar yang tersandung korupsi. Kalu berbicara basis sudah pasti, terutama basis mama-mama yang masih jatuh cinta sampai hari ini sama beliau.
Kita tunggu saja perhelatan pilkada di Sumut 2018 disamping kita mengamati pilkada di DKI yang begitu sayang jika dilewatkan. :)
#SiporsukNaMamora
Komentar-komentarnya sangat nyentrik dan tajam menusuk ke target yang dituju, begitulah dia berbicara mulai dari awalnya sebagai bintang filem, pengacara dan sampai politikus. Jika akhir-akhir ini kita perhatikan, kepopulerannya tidak lain karena masa peralihan kiblat politik dari segi kepartaian (kalau ke penguasa itu tetap). Ditambah lagi gara-gara AHOK!
Kembali ke konten di awal "Sang Dukun Politik", sebutan ini disematkan kepada beliau karena ada keunikan dalam dirinya ketika mengambil sikap politik. Dimedan saja, jika bertemu dengan kawan-kawan sesama aktivis jalanan, sering terjadi gurauan perihal jika berbicara politik dan dukung-mendukung dan bahkan sampai pada menganalisis siapa yang akan menang, tak jarang muncul kata-kata "Kita tanya aja sama bang Ruhut" atau "Kita lihat kemana dukungan bang Ruhut, pasti itulah yang menang" Hehehehe. Mungkin ini bagi sebagian orang hanyalah gurauan "khas" medan, tetapi ada benarnya juga saya fikir.
Seakan insting politiknya sangat kuat, tahun 2014 beliau memutuskan untuk mendukung Jokowi-JK yang jika secara kasat mata tak berhubungan sama sekali, hanya mungkin beliau pernah sama berkiprah di Golkar dengan JK. Dukungan beliau tidak hanya sebatas cuap-cuap, beliau juga membentuk barisan relawan pemenangan dan dideklarasikan ditengah partainya PD mengambil sikap mendukung prahara. Hal ini tentu sangat beresiko bagi karir politiknya.
Seketika perhelatan pilkada DKI Jakarta akan digelar bulan Februari 2017, sekarang beliau juga mengambil sikap mendung AHOK, lagi-lagi tak berhubungan sama sekali jika dilihat secara kasat mata. Dengan demikian pilkada DKI Jakarta sebenarnya sudah selesai dengan AHOK sebagai pemenang. HEHEHE
Sebentar meninggalkan pilpres dan pilkada DKI, kita lihat ke pilkada Sumut yang akan di gelar tahun 2018, pertanyaan yang muncul kemudian adalah siapakan pemenangnya? apakah Ruhut hanya sebagai penonton or pendukung atau malah jadi salah satu kandidat Gubernur Sumatera Utara?
Kita lihat sepak terjangnya, yang pasti dari PD tak mungkin dapat rekomendasi, karena beliau telah berkali-kali membelot dari garis instruksi partai berlambang bintang mercy tersebut. Lalu kemanakah dukun politik akan berlabuh?
Kedengarannya offsite kalau saya sampaikan bahwa ada issu jika keluar dari PD dan mundur dari DPR, beliau akan diangkat jadi staff kepresidenan di Era Jokowi-JK ini, hal itu juga bisa menjadi bahan pertimbangan untuk memperkuat dugaan bahwa sang Dukun Politik sedang mendekat dengan partai penguasa PDI, kepentingannya sudah mungkin tak mengambil DPR lagi di pemilu 2019, ditambah lagi setidaknya beliau ini bukan politikus yang "lemah". Jika mengambil keputusan beliau juga pasti memperhitungkan karir politiknya kedepan.
Pada pemilu 2014, beliau calon dari dapil Sumut 1 meliputi Medan, Deli Serdang dan Serdang Bedagai, tak pelak berhasil mengumpulkan suara sebanyak 34 ribu lebih dan berhasil mengalahkan rekan separtainya Sutan Batugana Siregar yang tersandung korupsi. Kalu berbicara basis sudah pasti, terutama basis mama-mama yang masih jatuh cinta sampai hari ini sama beliau.
Kita tunggu saja perhelatan pilkada di Sumut 2018 disamping kita mengamati pilkada di DKI yang begitu sayang jika dilewatkan. :)
#SiporsukNaMamora
EmoticonEmoticon