Ilustrasi |
Siporsuk Na Mamora - Disepanjang perjalanan Pilgub DKI, baru soal ini yang paling membuat hati pilu dan sedih, betapa tidak, si Jongos ini menjadikan adat Batak sebagai komoditi politik.
Saya akan memilih diam jika sebelumnya dia telah menanamkan nilai-nilai ke-Batak-an itu sejak sedari awal dalam kehidupannya sebagai orang Batak dan si Jongos bergabung kedalam keluarganya sebagai hela. Kawan-kawan orang Batak pasti tau persis bagaimana jika seorang suku lain akan di adati dalam adat Batak jika dia mengambil boru Batak.
Hari ini hatipun terhentak dan bahkan tidak bisa di olah dalam fikiran. Kita semua tau jelas waktu pelaksanaan pernikahan si Jongos ini kan? Karena kalau saya tidak salah ingat pelaksanaan prosesi pernikahannya disiarkan LIVE di TV swasta beberapa hari, masih dalam ingatan saya tidak ada sedikitpun prosesinya bersentuhan dengan adat-istiadat Batak.
Sekiranyapun itu dilaksanakan, menurut adat Batak itu akan menambah berkat melimpah pada rumah tangga ini. Bukan persoalan sukuisme, tapi kawan-kawan bisa paham maksud saya, jawanisasi melalui pernikahan/mengambil boru Batak dan sebaliknya juga sangat sering terjadi. Bukan juga tidak toleran, dalam adat Batak sendiri ada aturan antara Perempuan yang dinikahi suku lain dan sebaliknya. Itu bukan Batakisasi, tetapi lebih kepada penghargaan dan disitulah letak toleransinya orang Batak yang begitu tinggi.
Kembali ke Pilgub DKI, seketika salah satu calon ini pamer dengan prosesi adat Batak di Instagram dan Facebook dan media sosial yang lain. Lebih menyakitkan jika ternyata adat Batak tersebut salah dalam teknis pelaksanaannya. Ini sangat terkesan bermain-main dan menyepelekan adat Batak itu sendiri yang bagi saya dan Batak-Batak yang lain adalah sangat penting untuk menjaga nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya.
Mungkin jika Ompu Raja Sisingamangaraja XII masih hidup pasti berpendapat sedemikian juga. Karena dalam adat itu yang paling penting adalah nilai luhur dan pesan yang ingin disampaikan kepada publik dalam prosesinya, maksudnya bukan sekedar ada ulos dan lain-lain atau hanya sebatas simbolis seremonial.
Semakin kentallah nuansa Politisasi adat Batak itu ketika itu dipamerkan dan dilaksanakan setelah ada kepentingan politik di DKI ditambah lagi seluruh pesertanya ramai di lengkapi dengan alat-alat peraga (kaos pemenangan, dll). Apa maksudnya???
Andai saja ada dewan adat dan bisa di gugat tentang pelecehan adat-istiadat akan saya adukan juga.
Dalam adat Batak perlu kekonsistenan dalam nilai dan prosesi, karna saya yakin, ada pesan kebaikan dan doa disana.
*Siporsuk Na Mamora
EmoticonEmoticon