Foto : Intoleransi |
Siporsuk Na Mamora - Memang benarlah, kalau agama itu
seperti pedang bermata 2, saya yang menulis dengan tenang disini sambil
sesekali mendengarkan lagu kesukaan "You Look So Beautiful In White -
Weslife" tak jarang mendapat inbox dan balasan komentar yang menurut saya
tidak perlu. Tapi aku tetap santai aja sambil minum kopi Silintong.
Kawanku,
para pembaca, saya tidak dalam hal mengadili saudara, tetapi hanya ingin
sekedar menstimulus logika dan rasa kemanusiaan anda, jangan sesekali ada
persoalan maka solusinya adalah kitab-kitab yang bagiku hanya karya tulis itu,
atau fanatik berlebihan hanya dengan janji "surga" yang abstrak itu.
Saya juga hanya ingin menghibur diri kok, menumpahkan isi pikiran dalam
tulisan-tulisan singkat yang terkadang juga panjang ini. Kumohon jangan
membenciku kawan.
Kita
harus menempatkan UUD 1945 sebagai landasan final hukum kita dalam bernegara,
dan Bhinneka Tunggal Ika adalah patokan rasa yang sama bagi seluruh anak bangsa
di republik ini.
Saya
perlu menyampaikan bahwa sebenarnya kita semua telah "makar" ketika
kita mengambil hukum lain atau bahkan hukum agama dalam menjalankan kehidupan
berbangsa di republik ini.
Sebentar
teman-teman pembaca komplain, karena katanya tulisanku "provokativ",
pada akhirnya mereka telisik bahwa aku pengikut Yesus, memang itu benar! Lalu
kenapa? Saya tidak bisa menulis lagi? Anda mau mendikte saya soal menulis
susunan huruf ini? Mana saya mau kawan, itu melenceng dari semangat menulisku
untuk menghibur diri, nanti aku malah makin stres jika mengikuti isi kepala
anda.
Seharusnya
kita juga harus menerapkan toleransi itu dalam berfikir, tidak hanya dalam
bertindak saja, apapun yang kutulis anda harus bisa menerima dan jangan
komplain terus! Karna aku juga tak akan komplain dengan apa yang anda pikirkan
setelah membaca tulisan-tulisanku ini.
Soal
toleransi, saya ingin sampaikan, jangan mencari pembenaran atas perlakuan
intoleran yang terjadi di republik ini, alat ukur kita harus satu yaitu
"UUD 1945", bukan mencari bukti bahwa Kristen melakukan penyiksaan
juga terhadap orang yang beragama muslim di negara lain, hingga itu yang menjadi
kebenaran atas tindakan apapun yang intoleran di republik ini! Alinea ini
berlaku juga sebaliknya, untuk agama manapun dan kepercayaan manapun yang ada
di bumi Ibu Pertiwi.
Jangan
kalian hubung-hubungkan aku dan Israel, Jahudi, ataupun yang lain-lainnya yang
melakukan kekerasan terhadap umat muslim, itu tidak ada hubungannya, bahkan itu
hanya ilusimu saja.
Aku
ini orang Batak, lahir di Tapanuli, kampung nenek moyangku di Bakara, Humbang
Hasundutan, Sumatera Utara tepat di pinggir Danau Toba. Aku lahir dan besar
sehari-harinya menatap Danau Toba yang maha indah itu, kadang-kadang dari
Balige, Sipiccur, Siborong-borong, Tomok, Tongging dan Muara. Bukan menatap
Sungai Nil dari Tembok Ratapan!
EmoticonEmoticon